Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Istri Di Atas Kertas

Istri Di Atas Kertas

Memey Yin

5.0
Komentar
6.5K
Penayangan
30
Bab

Siapakah aku? Aku hanyalah seorang wanita yang dinikahi karena sebuah alasan perjodohan klasik. Lelaki yang beberapa jam lalu baru saja mengucapkan ijab kabul ternyata adalah suami wanita lain. Queena Bulan Latief berharap menjadi satu-satunya. Namun harapan hanya tinggal angan ketika pengakuan dan kenyataan itu menamparnya akan sebuah status bahwa ia hanyalah yang kedua, walaupun di mata hukum ia adalah yang pertama dan satu-satunya. Ketika takdir telah digariskan untuknya. Mampukah Bulan bertahan dengan keadaan yang mengharuskannya berbagi suami dengan istri pertama.

Bab 1 Hancur

Kejujuranmu seputih kapas yang bersih sebelum terkena noda, tetapi kamu lupa bahwa hati perempuan serapuh kaca.

-Queena Bulan Latief-

"Saya terima nikah dan kawinnya Queena Bulan Latief binti Jacob Al Latief dengan mas kawin seperangkat alat salat dan emas batangan seberat 100 gram dibayar tunai."

Untaian kalimat sakral janji pernikahan terucap lantang dan lancar dari seorang laki-laki berperawakan tinggi dengan garis rahang tegas dan wajah yang tampan. Wajah yang sedari terlihat tegang akhirnya sedikit lega ketika berhasil mengucapkan ijab kabul.

"SAH!"

Suara sahutan terdengar diiringi untaian doa panjang yang diaminkan semua orang. Alfan Fatih Herlambang kini telah resmi menyandang status suami dari Queena Bulan Latief.

Perlahan sang pengantin yang berbalut kebaya berwarna putih itu menoleh ke arah sang suami dan mencium punggung tangannya, diakhiri dengan laki-laki tersebut yang memberikan kecupan di kening dengan sikap canggung.

Suasana haru menyerbu dada. Perempuan itu masih tak menyangka bahwa kini statusnya telah berubah hanya dalam waktu singkat. Tidak ada hubungan sepasang kekasih yang pernah terjadi. Namun mereka sudah sedikit saling mengenal karena telah melewati beberapa pertemuan untuk mengurus pernikahan.

Pada malam hari, acara dilanjutkan dengan resepsi di sebuah hotel bintang lima yang terletak di kawasan Jakarta Pusat. Suasana meriah dan mewah itu mengiringi perayaan pernikahan mereka. Tamu yang diundang juga tak main-main karena dua keluarga besar itu merupakan salah satu pengusaha sukses dengan bisnis yang tersebar di mana-mana. Kemeriahan yang tidak akan mungkin dilupakan begitu saja. Para penyanyi terkenal Indonesia turut hadir dan memeriahkan acara tersebut.

Pesta itu usai menjelang tengah malam, satu persatu tamu mulai meninggalkan tempat acara. Semua keluarga sudah kembali menuju kamar yang telah disediakan, termasuk juga dengan sepasang pengantin baru. Malam ini mereka semua akan menginap di hotel.

Di sebuah kamar dengan tipe president suites, yang telah dihias dengan kelopak bunga membentuk sebuah hati di atas ranjang. Benar-benar disiapkan untuk pengantin baru yang akan melewati malam panjang. Keduanya melangkah ke dalam dan pintu tertutup dengan otomatis.

"Bersihkan dirimu, aku perlu bicara setelah ini, Bulan." Alfan berlalu menuju balkon setelah berbicara.

Bulan memilih menuju kamar mandi dan perlahan melepaskan seluruh aksesoris yang menempel pada tubuhnya.

"Mas Alfan," panggil Bulan ketika laki-laki itu masih berada di balkon.

"Kamu sudah selesai mandi?"

"Sudah, Mas."

Alfan langsung berbalik dan berjalan melewati Bulan begitu saja tanpa melirik. "Duduklah. Ada yang ingin kukatakan."

Mereka duduk berhadapan. Bulan melihat tatapan sang suami selalu menghindar, seperti enggan menatap dan menolak kehadirannya secara halus dengan bersikap acuh tak acuh.

"Ada apa, Mas?" Perasaan Bulan tiba-tiba menjadi tidak enak. Ada sesuatu yang akan terjadi, tetapi taktahu itu apa.

"Maaf," ujar Alfan dengan suara berat.

Bulan mengerutkan kening dan menghela napas pelan, merasa bingung dengan kata maaf yang terlontar tiba-tiba tanpa penjelasan.

"Aku akan mengatakan sebuah kejujuran ini kepadamu," sambung Alfan seraya mendongak menatap sang istri. Baru kali ini mereka saling menatap dengan intens dalam jarak dekat. Tatapan mereka terasa berbeda, juga degupan jantung seakan lebih cepat dari biasanya, tetapi dengan alasan yang berbeda.

"Kamu menakutiku, Mas." Bulan bergidik ngeri.

Alfan menarik napas pelan. "Aku serius. Dengarkan baik-baik," lanjutnya. Hening beberapa saat, "Sebenarnya diriku sudah memiliki istri."

Deg!

"Jangan bercanda, Mas Alfan!" Bulan menggelengkan kepala dengan keras menolak ucapan laki-laki yang ada di hadapannya. Ini candaan yang benar-benar tidak lucu!

"Itulah kenyataannya. Aku sudah menikah dan sudah memiliki istri lain."

Ucapan itu jelas sangat menyakiti hati Bulan. Baru beberapa jam mereka menjadi pasangan pengantin yang bahagia, tetapi mulai detik ini sang suami meruntuhkan segala kebahagiaan yang baru dirasakan. Alfan memang laki-laki yang jujur, tetapi kejujuran ini benar-benar sangat menyakitkan dan memorak-porandakan hatinya.

"Lalu kenapa kamu mau menerima perjodohan ini jika pada akhirnya harus ada yang terluka?" Bulan sekuat tenaga menahan isak tangis.

"Aku minta maaf, karena ini keinginan kedua orang tuaku dan tidak bisa kumenolaknya."

Bulan tertawa miris. "Lalu memilih membuatku sakit hati, begitu? Kamu jahat, Mas!"

"Aku mencintai Zahra," ucap Alfan dengan tertunduk. Mulai bercerita tentang apa yang terjadi. "Kami sudah menikah secara siri sekitar setahun yang lalu saat ditugaskan oleh Papa untuk mengurus cabang di Bandung."

"Kenapa bukan perempuan itu saja yang kau nikahi? Kenapa harus aku yang dijadikan perempuan bodoh yang menikahi suami orang?"

"Papa dan Mama tidak setuju dengan Zahra karena alasan klasik, yaitu bibit, bebet, dan bobot yang tidak sepadan. Mereka juga menganggap istriku itu tidak tulus."

Bulan memilih mendengarkan walaupun hatinya terasa perih dan sesak.

"Karena kami saling mencintai dan memilih untuk menikah diam-diam. Beberapa bulan kemudian, ibunya jatuh sakit hingga harus dirawat dengan perawatan insentif. Papa mengancam akan mengeluarkanku dari daftar ahli waris jika tidak menyetujui perjodohan ini. Aku butuh biaya untuk tetap merawat ibu mertuaku dan menghidupi mereka," ungkap Alfan yang sama sekali tidak menyentuh hati.

"Lalu kamu mengorbankan aku yang tidak tahu apa-apa?" sahut Bulan dengan cepat. "Kamu tidak tega membuatnya menangis, tapi kamu membuatku menangis. Apa itu adil, Mas? Aku tidak tahu apa-apa, kamu menumbalkanku karena keegoisanmu."

Tak pernah dibayangkan oleh Bulan bahwa perjodohan ini membawanya dalam kehidupan yang rumit. Baru saja menyandang status istri dari seorang Alfan Fatih Herlambang, tetapi ternyata ia hanya yang kedua kembali mengoyak sudut hati. Mimpi-mimpi dan harapan tentang kehidupan yang bahagia ternyata hanyalah sebuah angan yang tertiup angin.

"Lebih baik kita berpisah saja, Mas." Bulan mengucapkannya dengan lirih.

"Lalu apa yang akan dikatakan orang-orang pada keluarga kita? Kita baru saja menikah, Bulan. Bagaimana cara menjelaskan ini kepada keluarga?" Bukan karena emosi sesaat Bulan memutuskan memilih berpisah, tetapi sudah melalui beberapa pertimbangan. Salah satunya karena tidak ingin menyakiti hati perempuan yang telah menjadi istri pertama dari Alfan, walaupun dia sendiri tengah terluka.

Sebenarnya bukan salah Bulan jika ternyata menjadi yang kedua, karena ia hanya korban dari keegoisan Alfan yang menutupi kebohongan.

Andai ... andai dia tahu bahwa sang suami telah menikah walau secara siri, tentu hal pertama yang akan dilakukan adalah menolak perjodohan ini.

"Istrimu tahu tentang ini?" Bulan melihat sang suami menggeleng dengan wajah muram. "Bagaimana jika dia tahu?"

Alfan kembali menggeleng dengan lemah. "Aku akan mengatakannya," sambungnya dengan lirih.

"Kamu benar-benar ...." Bulan sampai tidak dapat menyelesaikan ucapannya.

"Maaf," ucap Alfan lagi.

Apa kata maaf bisa mengembalikan keadaan? Ragaku memang baik-baik saja, tetapi hati ini terluka, Mas, batin Bulan perih.

Dada perempuan itu menjadi sesak, air mata meleleh begitu saja. Kepalanya seperti baru saja dipukul palu godam. Pandangan mata tiba-tiba kabur dan sesak itu membuat Bulan jatuh tak sadarkan diri.

Tanpa pikir panjang Alfan langsung menghubungi dokter dan memintanya datang ke hotel. Dokter mengatakan bahwa Bulan mengalami syok berat dan akhirnya jatuh pingsan. Alfan memaki dirinya sendiri. Gumaman kata maaf terus keluar dari bibir, merasa bersalah dengan apa yang terjadi. Setelah mendapatkan suntikan vitamin, dokter berpesan banyak hal untuk tidak membuatnya stres dan banyak pikiran.

To Be Continue ....

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku