Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
PERNIKAHAN DIATAS KERTAS

PERNIKAHAN DIATAS KERTAS

Rara Qumaira

5.0
Komentar
64K
Penayangan
83
Bab

Jarvis Dharmawangsa adalah seorang pengusaha kaya raya. Dia memiliki seorang anak laki-laki bernama Nathan Ivander Dharmawangsa. Istrinya bernama Adelia. Slamet Baskoro adalah adalah seorang penjual nasi goreng. Slamet memiliki seorang anak perempuan bernama Nindy. Pertemuan tak sengaja mereka membuat mereka bersahabat. Di kedai nasi goreng milik Slamet, Jarvis sering bertemu Nindy. Kesederhanaan Nindy membuatnya terpesona dan dia berencana akan menjodohkan putranya dengan Nindy. Rencana pernikahan mereka terpaksa dipercepat karena kondisi kesehatan Slamet yang terus menurun. Usai akad nikah, Slamet meninggal dunia. Nathan terpaksa menerima peenikahan itu. Namun, ternyata, di belakang Nindy, Nathan juga menikahi kekasihnya. Satu tahun usai pernikahan Nathan dan Nindy, Jarvis meninggal dunia. Atas desakan sang Mama, kesempatan tersebut dimanfaatkan untuk menceraikan Nindy. Apalagi, saat itu Jovanka sedang hamil. Empat puluh hari usai kematian Jarvis, pengacara keluarga datang dan membacakan surat wasiat. Ternyata, semua aset diwariskan kepada Nindy. Bagaimana kisah mereka selanjutnya?

Bab 1 HARI PERNIKAHAN

BAB 1

HARI PERNIKAHAN

"Saya terima nikah dan kawinnya Anindya Larasati Utami binti Slamet Baskoro dengan mas kawin seperangkat alat salat dan uang tunai seratus juta rupiah dibayar tunai."

"Bagaimana saksi? Sah?"

"Sah!"

"Alhamdulillahirobbil 'alamin."

Sang penghulu memimpin doa.

Usai penghulu membacakan doa, Pak Slamet menghembuskan napas terakhir. Tunai sudah tanggung jawabnya. Kini, dia bisa pergi dengan tenang.

"Bapak!" teriak Nindy.

"Pak, jangan tinggalkan Nindy, Pak! Bapak!" teriak Nindy histeris. Rukmini, Ibu Nindy pun tak kuasa menahan air matanya.

"Nindy, kamu yang sabar! Bapak kamu sudah tenang!" ujar Jarvis, Papa Nathan, suami Nindy.

"Nindy sekarang sudah tidak punya siapa-siapa, Om!" ujar Nindy sembari menangis.

"Tenang saja! Sekarang kan, kamu sudah punya kami! Nathan, kamu tenangkan istri kamu! Biar Papa urus administrasinya!" ujarnya.

"Papa disini saja, biar aku yang urus administrasi! Papa kan gak boleh kecapekan!" sahut Nathan.

"Baiklah!"

Nathan segera melangkah meninggalkan ruangan mertuanya. Dia tak mau berlama-lama disana, apalagi duduk berdua dengan wanita yang baru saja dinikahinya.

*************

Jarvis Dharmawangsa adalah seorang pengusaha kaya raya. Dia memiliki seorang anak laki-laki bernama Nathan Ivander Dharmawangsa. Istrinya bernama Adelia.

Slamet Baskoro adalah ayah Nindy. Dia dan Papa Nathan bersahabat. Sebenarnya, perkenalan mereka awalnya tanpa sengaja.

Saat itu, Jarvis kemalaman pulang dari kantor. Tiba-tiba, dia mengalami insiden ban pecah. Dengan terpaksa, Jarvis meminggirkan kendaraannya.

Saat dia tengah memeriksa roda mobilnya, tiba-tiba datang dua orang pemuda yang membawa senjata tajam hendak merampoknya. Beruntung, saat itu Pak Slamet sedang melewati jalan itu dan menolong Jarvis.

Meski harus mengalami memar di wajahnya, Pak Slamet berhasil mengalahkan dua orang berandalan itu. Jarvis merasa sangat berhutang budi kepada Pak Slamet. Sejak saat itu, mereka bersahabat.

Saat itu, Pak Slamet sedang pulang berjualan. Dia adalah penjual nasi goreng keliling. Untuk membalas jasanya, Jarvis membuatkan sebuah kedai nasi goreng sederhana di depan rumah Pak slamet.

Kedai sederhana karena memang itu keinginan Pak Slamet. Dia tidak mau dianggap memanfaatkan kebaikan orang lain. Lagi pula, kedai sederhana itu adalah impiannya sejak lama. Sudah lama, dia berencana membuka kedai nasi goreng di depan rumah mereka agar dia tak lagi capek berkeliling dan tidak perlu meninggalkan putri semata wayangnya. Meski sederhana, beliau merasa sangat bersyukur.

Sejak saat itu, ketika ada waktu senggang, Jarvis sering mengunjungi kedai tersebut. Kesederhanaan Pak Slamet benar-benar membuatnya terpesona dan betah berlama-lama berdiskusi di sana.

Di kedai tersebut, Jarvis sering bertemu Nindy. Dia setiap hari membantu ayahnya berjualan disela-sela tugas kuliahnya. Kesederhanaan Nindy pun juga membuatnya terpesona dan dia berencana akan menjodohkan putranya dengan Nindy.

Akhir-akhir ini, kondisi kesehatan Pak Slamet terus menurun. Dia mengkhawatirkan putrinya. Bagaimana dengan putrinya jika dia sewaktu-waktu dipanggil Tuhan?

Hari itu adalah hari kelulusan Nindy. Dia lulus dengan nilai terbaik. Jarvis datang mengunjungi Pak Slamet dan menawarkan pekerjaan untuk Nindy di perusahaannya. Saat mereka sedang berbincang, tiba-tiba

Pak Slamet pingsan. Jarvis bersama Nindy segera membawa Pak Slamet ke rumah sakit. Ternyata, radang paru-paru yang dideritanya sudah cukup parah.

Satu harapan terakhir Pak Slamet, dia ingin menjadi wali di pernikahan putrinya. Akhirnya, rencana pernikahan itu dipercepat. Hari ini pernikahan tersebut digelar secara sederhana di kamar rumah sakit. Nindy, gadis sederhana berusia 22 tahun dinikahkan dengan Nathan, CEO muda yang kini berusia dua puluh tujuh tahun.

***********

Selama acara pemakaman, Nindy tak berhenti menangis. Para tetangga yang datang melayat, memandang heran atas kedatangan keluarga Jarvis.

Usai pemakaman, rencananya Nindy segera diboyong ke rumah besar Jarvis.

"Nindy, sekarang kan kamu tinggal sendiri. Sebaiknya, kamu ikut kami sekarang. Lagi pula, kamu dan Nathan kan sudah sah menjadi suami istri,"ujar Jarvis.

"Maaf, Om, kalau boleh, Nindy mau disini dulu sampai selesai acara tujuh harian bapak," sahut Nindy.

"Baiklah, biar Nathan yang menemani kamu disini."

"Pa, masak Nathan disuruh tinggal di gubuk sih? Gak mau!" protes Nathan.

"Iya, Pa. Lagian, Nathan mana bisa tidur di tempat seperti ini?" sahut Adel, istri Jarvis yang tampak jijik melihat kondisi rumah Nindy.

"Tidak perlu, Om. Saya bisa ditemani Bu Asih," sahut Nindy.

"Baiklah, jika itu mau kamu. Nanti, Nathan yang akan jemput kamu usai acara tujuh harian. Ini terimalah, untuk biasa selamatan! Jangan ditolak!" ujar Jarvis.

"Terimakasih, Om!"

"Mulai sekarang, jangan panggil Om. Panggil Papa! Sekarang, kamu sudah menjadi menantu Papa!"

"Iya, Pa!" sahut Nindy sembari menunduk.

***************

Tepat usai tujuh harian Pak Slamet, Nathan datang menjemput Nindy.

"Masuk dulu, Mas!" ujar Nindy sopan. Dia mencoba meraih tangan Nathan dan menciumnya, namun ditepis oleh Nathan.

"Mau ngapain kamu? Gak usah aneh-aneh. Aku nikahi kamu itu karena dipaksa Papa. Udah, cepetan beberesnya," sentak Nathan.

Nindy tersentak kaget mendapati respon Nathan. Segera, dia membereskan barangnya yang tak banyak. Setelah memastikan rumahnya terkunci, dia segera menyusul Nathan ke mobil.

Sepanjang perjalanan, tak ada perbincangan sama sekali. Mereka sama-sama larut dalam pikiran masing-masing. Setelah menempuh perjalanan selama hampir satu jam, kini mereka memasuki pelataran sebuah rumah mewah.

Setelah memarkirkan kendaraannya, Nathan segera masuk ke dalam rumah tanpa menunggu Nindy. Nindy yang ditinggalkan pun merasa kebingungan.

"Non Nindy, ya?" sapa seorang wanita paruh baya.

"Iya, Bu!" sahutnya sopan.

*Ayo masuk, Non! Bapak sudah menunggu di dalam!" ujar wanita tersebut.

"Iya, Bu!"

Wanita tersebut terkekeh melihat tingkah kikuk Nindy.

"Panggil saya Bik Siti saja! Saya asisten rumah tangga disini! Mari, saya bawakan barangnya!"

"Gak usah, Bik! Cuma sedikit, kok!" tolaknya.

Sementara di dalam rumah, Nathan langsung duduk di ruang tengah.

"Mana Nindy?" tanya Papanya.

"Tuh, di depan," sahut Nathan cuek.

"Kenapa kamu tinggal? Ajak dia masuk!"

"Dia sudah besar, Pa. Bisa jalan sendiri."

"Nathan!" bentak Papanya.

Dengan malas, Nathan bangkit dan menjemput Nindy.

"Lelet sekali sih, jalannya!" ujar Nathan, lalu menarik tangan Nindy kasar. Dengan terseok, Nindy mengikuti langkah panjang Nathan.

"Nih, pesenan Papa," ujar Nathan.

Nindy berdiri sambil menunduk. Adel mencebik menatap penampilan menantunya itu.

"Nindy, duduklah!" ujar Jarvis.

Dengan ragu, Nindy duduk tak jauh dari Nathan.

"Nathan, Nindy, sekarang kalian sudah menikah! Jadi, Papa harap, kalian mau saling mengenal. Nathan, tolong jaga Nindy. Perlakukan dia dengan baik!" ujar Jarvis.

"Iya, Pa!" sahut Nathan ogah-ogahan.

"Nathan, yang serius kamu. Kalau sampai kamu menyakiti Nindy, Papa tak segan-segan mencoret nama kamu dari daftar ahli waris," bentak Jarvis.

"Iya, Pa. Nathan paham."

"Ya sudah, ajak dia ke kamar. Biarkan dia Istirahat," ujar Jarvis.

"Pa, boleh Nathan mengajukan permintaan?"

"Apa itu?" tanya Jarvis.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Rara Qumaira

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku