/0/24873/coverorgin.jpg?v=3bb5d9f52074eb9898689abd6ad7c196&imageMogr2/format/webp)
Di atas kapal pesiar, seorang gadis terdampar. Bukan tanpa alasan, itu karena dirinya mengikuti seorang pria yang diduga pembunuh ayahnya, tetapi karena pria itu tidak bodoh, alih-alih ditangkap justru gadis bernama lengkap Alesya Amanda seolah menjadi bulan-bulanan di atas kapal hingga dirinya tidak mendapatkan fasilitas apapun, dirinya hanya gelandangan di atas benda ini. "Menyebalkan!" rutuknya di bawah angin besar yang menerpa rambutnya, "kenapa tiba-tiba nasibku seperti ini, padahal tadi itu tinggal sejengkal saja aku akan mendapatkan pria itu. Ck!”
Pakaian yang dimiliki Alesya hanya tinggal dua helai saja, hanya yang dia gunakan, semua benda bawaannya sudah dibuang ke laut oleh beberapa pegawai kapal karena menganggapnya sebagai penyusup padahal sebelumnya gadis berusia dua puluh tiga tahun ini adalah tamu terhormat sama dengan yang lainnnya.
Sementara di dalam sana, pria yang diikuti Alesya justru hidup sangat tenang nan damai. Pria bernama Barra sedang bersulang menggunakan gelas berkaki berisi red wine. Dirinya seorang pengusaha yang bergerak di bidang pertambangan dan beberapa bisnis di bidang berbeda-beda.
Edward baru saja meninggalkan tempat duduknya. "Maaf, saya perlu ke toilet." Sikap santun dipasang di hadapan ayah serta beberapa tamu sang ayah. Pria berperawakan propesional ini mencoba mencari-cari keberadaan Alesya, gadis yang beberapa menit lalu diketahui namanya dari seorang bawahan. "Di mana dia? Apa mungkin dia ikut ditenggelamkan." Tawa hambarnya.
Seorang bawahan kembali berbisik, maka Edward dapat menemukan gadis itu dengan mudah, sedang duduk memeluk lutut di bawah sinar matahari. Langkah lebarnya menapaki kapal sangat santai, tetapi cukup cepat menggapai tempat Alesya. Jas berwarna hitam yang digunakan sebagai lambang keagungannya, segera menutupi kepala si gadis. "Kamu bisa sakit kalau terkena angin dan sinar matahari terlalu lama." Suara bariton itu terdengar indah.
Alesya segera menengadahkan wajahnya, tetapi karena pantulan sinar matahari terlalu brutal, maka segera dirinya mengurungkan niat mencari tahu seorang pria yang mengajaknya bicara. Perlahan, kedua kakinya menopang tubuh semampainya hingga hampir sejajar dengan si pria berkat bantuan heels setinggi lima senti meter di kakinya. "Siapa kamu?”
Tangan kanan Erdward segera mengulur ke arah Alesya. "Edward." Senyuman menjadi penambah pesonanya.
"Ck!" Alesya tidak menyambut uluran tangan si pria. Padahal tangannya saja sangat indah, apalagi wajahnya, tetapi bukan saatnya bagi gadis ini mengagumi salah satu ciptaan Tuhan. "Kamu bisa bantu aku keluar dari sini dengan aman?”
"Maksudnya?" Sebelah alis Edward terangkat seolah tidak tahu apapun.
"Aku dianggap penyusup di sini. Beberapa pekerja bilang aku akan diawasi dan tidak akan dibiarkan lepas, termasuk saat turun dari kapal, aku akan diamankan." Decak kesalnya.
Alih-alih iba mendengar sederet cerita kemalangan si gadis, justru Edward terkekeh kegelian karena nasib sial yang diciptakan sang ayah pada gadis cantik bergaun putih gading ini. "Apa kamu kabur dari acara pernikahan?”
"Ish, aku sedang serius. Kamu bisa bantu aku atau tidak!" Jas milik si pria segera dikembalikan dengan kasar, didesak pada dadanya yang bidang.
"Sudah terlalu lama kamu berada di bawah sinar matahari, berteduh dulu sebelum kepala kamu terbakar,” ejek Edward bersama tawa singkat.
"Ish, menyebalkan sekali orang ini!" Namun, bagaimanapun pria di hadapannya, Alesya tetap menguntit karena sejak tadi tidak ada seorang pun yang menganggap ada, kecuali pria asing ini. Tidak sampai lima menit, kini akhirnya Alesya sudah mendapatkan kursi dan tempat berteduh, dirinya duduk canggung di hadapan Edward.
Pria yang menggunakan pakaian formal lengkap dengan dasinya segera memesan dua buah minuman dingin. "Aku tahu tenggorokan kamu tidak berbeda dengan gurun pasir.”
Alesya segera memalingkan wajahnya tanpa ingin memberikan jawaban ataupun berterimakasih, kemudian dirinya kembali menatap Edward. "Kamu bisa bantu aku, kan? Buktinya kamu mengajakku kesini.”
"Hm ..., tergantung." Sejenak, Edward ingin memainkan gadis di hadapannya terlebih dahulu.
/0/12164/coverorgin.jpg?v=9d5b2f3dedf65b2fa4b83f700a555c0c&imageMogr2/format/webp)
/0/8015/coverorgin.jpg?v=f3b7e56eb98d1739554ddbb89d9dcd73&imageMogr2/format/webp)
/0/16424/coverorgin.jpg?v=8c2663e3156d9460a8aa6c31436e0dff&imageMogr2/format/webp)
/0/3570/coverorgin.jpg?v=d5742184555360c3885488556c45dfc7&imageMogr2/format/webp)
/0/19245/coverorgin.jpg?v=22b1f68eeefe2fcb98fb459b90630e51&imageMogr2/format/webp)
/0/6239/coverorgin.jpg?v=a550e4fdde05d5a66d8b168ae72b9974&imageMogr2/format/webp)
/0/18892/coverorgin.jpg?v=bf25a176b00c418376355bc8252f0915&imageMogr2/format/webp)
/0/3092/coverorgin.jpg?v=6017a83f5795db14f6aeff4606c5d9c3&imageMogr2/format/webp)
/0/4019/coverorgin.jpg?v=e1ef4fa87eee2dc58998acc3365705d4&imageMogr2/format/webp)
/0/7429/coverorgin.jpg?v=84e91445dd5a8d6ad3350ad2d733146b&imageMogr2/format/webp)
/0/30691/coverorgin.jpg?v=dcfd293ed4ecd50f1a2adda1ce0fa51f&imageMogr2/format/webp)
/0/16982/coverorgin.jpg?v=6618733b14796c2fef1e9c4cb40ad6fe&imageMogr2/format/webp)
/0/16783/coverorgin.jpg?v=6f5af9220dd74d8a2e32f1388e982978&imageMogr2/format/webp)
/0/8828/coverorgin.jpg?v=9f0cb9a48303b3fe771a93609807e46a&imageMogr2/format/webp)
/0/7370/coverorgin.jpg?v=00309cc73bf41177261dc1503e2463a9&imageMogr2/format/webp)
/0/6523/coverorgin.jpg?v=8e0004fc35f893d47a86f931aafe544d&imageMogr2/format/webp)
/0/15159/coverorgin.jpg?v=3a71ec34291e2bd259b4575096d502d8&imageMogr2/format/webp)
/0/17957/coverorgin.jpg?v=368c61d9274a8a54da1a3732e4636293&imageMogr2/format/webp)
/0/13481/coverorgin.jpg?v=05af35bf6937c4c2c3759c55661896ae&imageMogr2/format/webp)
/0/17389/coverorgin.jpg?v=d7def4e12df47253961864e859457197&imageMogr2/format/webp)