/0/26469/coverorgin.jpg?v=fc1ceb5883144d608f870aadd772a8c4&imageMogr2/format/webp)
"Saya tidak mau!" teriak gadis itu di depan Tuan Muda.
Bagaimana bisa tuan muda berpikir untuk mengajaknya tidur jika usianya saja masih 16 tahun?
Wajah gadis itu memerah dengan tangan mengepal siap untuk melayangkan bogeman pada Tuan Muda yang ada di depannya saat ini. Sudah cukup dia datang, haruskah sampai melakukan 'uh-uh' juga?!
"Kamu pasti berpikiran aneh lagi. Qila, dengarkan saya. Saya hanya memintamu untuk tidur. Hanya sebatas tidur okey, tidak lebih. Otakmu saja yang selalu berpikir kotor mengenai diriku ini."
Tuan Muda itu tersenyum. Jenis senyuman yang sangat manis, bagi perempuan lain tentunya. Karena bagi Syaqila, pria berusia 23 tahun itu hanya seorang pedopil. Tidak boleh lebih!
"Tuan, saya minta maaf tapi saya tidak bisa." Gadis bernama Syaqila itu berbalik mau melangkah pergi, akan tetapi terhenti saat suara merdu itu menyanyikan nyanyian kematian.
"Kembali atau hutang ayahmu batal kulunasi?" Tawa remeh terdengar setelahnya.
Dia benci! Benci fakta bahwa ayahnya memang telah menjualnya. Dan lebih benci fakta bahwa dia selalu tak bisa menolak keinginan ayahnya itu.
Qila menghela napas dalam-dalam. Dia harus bersikap lebih dewasa. Entah pria yang lebih tua 7 tahun darinya ini akan melakukan apa lagi. Terakhir seminggu lalu dia terbangun dengan dua kancing piyama atasnya terbuka.
Lalu dua hari lalu dia terbangun dengan bekas gigitan di sekitar area lehernya. Sungguh pria tua menyebalkan!
Namun, memang benar, satu fakta yang membuatnya merasa aman. Karena pria itu tak mengambil kehormatannya sebelum dia menyandang status sebagai Nyonya besar keluarga Garrett.
"Tuan memang selalu saja tau kelemahan saya, kapan ya saya tahu kelemahan Anda?" tanya Syaqila dengan nada mencibir tentunya.
Qila berbalik lalu dia menuju ke arah kasur empuk itu dan segera melepas ikat rambutnya. Sejak dia bertunangan dengan pria itu 3 bulan lalu. Dia memang tinggal di rumah ini. Lebih tepatnya, dia diusir oleh ayahnya.
Dan parahnya lagi, dia selalu saja terlambat bangun dan dengan terpaksa dia harus menjalani hukuman karena selalu datang terlambat ke sekolah. Sebetulnya Qila tak pernah melakukan hal itu sebelumnya, semua ini gara-gara Aditya hingga dia sedikit menggila! Stress deh pokoknya!
Dan tentunya segala hal sulit yang dialaminya terjadi karena Aditya selalu membuatnya terjaga hampir setiap malamnya. Jangan berpikir yang tidak-tidak. Karena Qila hanya berjaga-jaga siapa tau Aditya tiba-tiba memakannya. Walau niatnya begadang itu tak pernah berhasil, karena setiap melewati jam 11 malam Qila akan tertidur layaknya beruang kutub yang sedang hibernasi panjang.
Ah iyah, semenjak 3 bulan lalu pula seluruh kebutuhan hidupnya Aditya lah yang menanggungnya. Mulai dari biaya sekolah hingga uang untuk membeli kuota. Dan tentunya Qila tak menolak saat dia diberi uang jajan yang setiap minggunya setara dengan harga ponsel berlogo apple itu.
"Andai kamu selalu jadi anak penurut seperti ini." Aditya menepuk pelan kepala Qila.
"Tuan juga. Andai tuan tidak pedofil mungkin saya bisa hidup bebas sekarang." Dan Aditya hanya bisa tertawa mendengarnya.
Qila selalu saja membuatnya makin jatuh cinta. Dan Aditya tak akan melepaskannya. Karena....
... gadis ini, gadis ini lucu sekali.
***
"Jangan biarkan dia pergi kemanapun selain ke sekolah." Suara dingin nan tegas itu membuat para pekerja di sana hanya melakukan satu hal, mengangguk.
Aditya melangkahkan kakinya keluar rumah. Hari ini dia akan pergi ke California untuk menemui Mamanya yang sedang dalam mode ngambek berat itu. Sebenarnya Aditya malas ke sana, bukan karena tak punya uang. Namun masalah utamanya adalah dia pasti akan dipaksa untuk segara menikah lagi.
Lagipula Aditya sudah punya Qila, lalu untuk apa Mamanya itu selalu repot-repot mencari menantu yang katanya 'pantas' untuk dijadikan pendamping hidupnya?
Jam masih menunjukkan pukul 5 pagi. Dan semua orang yang ada dalam rumah itu dibuat heboh dengan kelakuan abnormal Aditya.
/0/10887/coverorgin.jpg?v=fa43449dedb7a96610a9331b748acfe1&imageMogr2/format/webp)
/0/4056/coverorgin.jpg?v=0428bcf7dca705ee25be30e0599d8620&imageMogr2/format/webp)
/0/6639/coverorgin.jpg?v=db738a8cdac87a5646c65647c90a198b&imageMogr2/format/webp)
/0/9691/coverorgin.jpg?v=33d241f60ee8cd7b8b1794c29783df65&imageMogr2/format/webp)
/0/13319/coverorgin.jpg?v=8603278625dd8f6188ac17074885d3cf&imageMogr2/format/webp)
/0/18455/coverorgin.jpg?v=461de4ca899be095048ba151eb083bf6&imageMogr2/format/webp)
/0/21430/coverorgin.jpg?v=bb6b2af5e13960097cb2ac04e197db57&imageMogr2/format/webp)
/0/9734/coverorgin.jpg?v=75231a671b602aa53845fef1e01b5947&imageMogr2/format/webp)
/0/5837/coverorgin.jpg?v=3cbde385afc2a23d8278dcfe8f2380bf&imageMogr2/format/webp)
/0/5168/coverorgin.jpg?v=79b9005cb01a5264f8298e6bdffd90fd&imageMogr2/format/webp)
/0/4018/coverorgin.jpg?v=75ebe4a84c4bd048562a22b8412670d3&imageMogr2/format/webp)
/0/7196/coverorgin.jpg?v=7592a2eb81064573854cf2324235abe9&imageMogr2/format/webp)
/0/10909/coverorgin.jpg?v=5122a39c4be9b04d20fc1c65de293bfa&imageMogr2/format/webp)
/0/2958/coverorgin.jpg?v=41f7d5bb6f4e9e1173ee4c6625ac580e&imageMogr2/format/webp)
/0/3577/coverorgin.jpg?v=9a10b40436f7abf9f3b857b8ccdd06e1&imageMogr2/format/webp)
/0/17014/coverorgin.jpg?v=1d98bce93c1c3b71e0890adca4a8cbe0&imageMogr2/format/webp)
/0/20965/coverorgin.jpg?v=c7c87510ad8d8ff2b3f00ab65b0630d8&imageMogr2/format/webp)