Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Sang Pemuas
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
"Aku sudah menyerahkan semua uang padamu. Lalu, kemana uang itu? Kamu tahu, bukan? Hubungan kita tidak direstui ibuku, sehingga aku harus banting tulang agar bisa menikah? Agar aku bisa buktikan kepada ibuku kalau kita bisa membuat pesta pernikahan tanpa bantuan darinya?"
Seorang pria tampak mencecar dan memaki seorang gadis, di sebuah gubuk yang ada di tepi sawah. Pria yang kerap disapa Kendra itu tidak sanggup menahan emosinya, ketika mengetahui uang yang selama ini dititipkan kepada sang kekasih habis tanpa sisa. Digunakan untuk bermain judi, oleh calon mertuanya sendiri.
"Ma-maksudmu aku, Mas. Aku sungguh tidak memiliki maksud untuk menyerahkan uang itu kepada ayah. Hanya saja aku tidak sanggup menolak keinginan ayah yang ingin meminjam uang itu." Gadis bertubuh mungil itu mulai terisak. "Kalau aku tidak mau, ibu yang akan menjadi sasarannya. Aku tidak mau itu terjadi, Mas."
"Ck, benar kata ibuku. Tidak seharusnya aku menikah denganmu!" Kendra memotong perkataan gadis yang telah dipacarinya selama dua tahun belakangan ini. Sungguh ia kecewa dan sakit hati pada gadis bernama Naya Agustin tersebut.
"Mas, tolong mengerti. Aku tidak bisa menolak keinginan ayah. Aku sangat menyayangi ibu."
"Bukan begitu caranya. Kamu tidak bisa menuruti keinginan ayahmu seperti ini. Kalau sudah habis begini, bagaimana caranya kita menikah? Semua yang yang aku titipkan padamu sudah habis tak bersisa. Sekarang apa? Pakai apa kamu mau bayar wedding organizer yang telah aku booking? Dengan apa? Tubuhmu?"
Kendra menatap tajam kepada Naya, yang tampak ketakutan karena suaranya yang begitu tinggi.
"Lebih baik batal saja. Daripada harus menanggung malu. Aku sudah terlanjur mengatakan kepada semua warga kampung akan mengadakan acara pernikahan besar-besaran. Tapi nyatanya ini yang kudapat," keluh Kendra, patah semangat. Ia tidak bisa membayangkan betapa malunya jika menikah tanpa pesta, pasca satu tahun lebih merantau ke negeri orang. Hanya demi sebuah pesta pernikahan.
Sekaligus membuktikan kepada sang ibu, ia sanggup menanggung hidup Naya tanpa bantuan dari harta kedua orang tuanya.
Bahkan Kendra sudah membuat sebuah tabungan untuk membuka toko kecil-kecilan setelah menikah nanti. Tapi nyatanya apa? Naya malah memberikan seluruh uang yang di kirim kepada ayahnya untuk berjudi.
Kini Kendra pulang hanya untuk mendengar kepahitan.
Tubuh Kendra terasa lemah. Ia bersandar pada tiang gubuk yang kini mereka tempati. Tatapannya begitu nanar menatap hamparan sawah yang terbentang luas.
"Maafkan aku, Mas. Aku mohon maafkan aku. Aku akan melakukan apa saja asalkan kita tidak batal menikah. Aku sangat mencintaimu. Maafkan kebodohanku yang tidak menjaga amanat darimu." Naya melompat turun dari gubuk dan bersimpuh di hadapan Kendra.
Gadis itu benar-benar takut sekarang. Kendra tidak lagi mau menikah dengannya, setelah uang yang ada di rekening habis tanpa sisa. Naya berani bersumpah demi apapun, dua minggu yang lalu masih cukup untuk menggelar pesta pernikahan. Akan tetapi, tadi pagi sudah habis tanpa sisa, setelah ATM nya hilang beberapa hari yang lalu.
Anehnya, sang ayah tiba-tiba saja datang dan menyerahkan kartu tersebut. Dengan dalih, ditemukan di dekat kamar mandi. Padahal Naya tidak pernah mengotak-atik kalau bukan untuk mengambil uang.
Naya tidak pernah menyangka bisa menjadi seperti ini. Andai saja hari itu ia mendengarkan kata hatinya, mungkin semua ini tidak akan pernah terjadi. Andai saja hari itu ia pergi ke mesin ATM untuk memeriksa saldo, tentu saja ini tidak akan pernah terjadi. Ia dan Kendra sudah pergi ke wedding organizer untuk mempersiapkan pernikahan mereka. Bukannya duduk di sebuah gubuk yang ada di tepi sawah, membicarakan pembatalan rencana pernikahan mereka.
"Tidak. Aku tidak bisa melanjutkan pernikahan ini. Kita cukup sampai disini." Kendra mencengkram kuat lengan Naya dan menuntunnya untuk berdiri. "Tapi, aku tidak akan melepaskan kamu begitu saja. Kamu harus tetap tanggung jawab dan mengganti uang itu!" Menyergah tepat di hadapan wajah cantik Naya.
Naya menggeleng cepat. "Aku mohon, Mas. Jangan begini, ayah sudah janji akan mengganti uang itu. Katanya dia menang judi."
"Tidak, aku tidak lagi ingin menikah denganmu. Aku tidak sudi memiliki istri pembohong dan mertua tukang judi seperti ayahmu!"
Kendra mendorong Naya, hingga terduduk di atas lantai papan gubuk. Sebelum gadis itu sempat bangkit, Kendra segera beringsut naik dan menindih tubuh mungilnya.
"Apa yang kamu lakukan, Mas?"
Naya tersentak. Ketika Kendra menyilangkan kedua tangannya di atas kepala. Tanpa belas kasih Kendra menahan kedua tangan Naya, agar tidak bisa melawan apa yang akan dilakukannya.
"Jangan banyak tanya.. Cukup diam dan nikmati saja." Kendra mengusap salah satu dada Naya, yang masih tertutupi baju kaos lengan panjang. "Aku akan mengambil bayaran atas uang yang telah dihabiskan oleh ayahmu." Meremas kuat benda bulat dan kenyal milik Naya.
Kendra yang telah dikuasai emosi, akan mengambil kegadisan Naya sebagai ganti rugi agar sakit hatinya terbalaskan. Setelah ini ia akan kembali ke Malaysia dan menghapus seluruh mimpinya untuk menikah dengan Naya.