Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Sang Pemuas
Gairah Sang Majikan
"Ahelah, ini kelas gue dimana coba!"
Ify melangkah lebih cepat menyadari koridor menuju kelas terasa semakin sunyi,
dia celingukan ke kanan dan kiri, rasanya seperti melewati jalanan yang sama berulang kali tapi ruangan yang dicarinya belum juga ketemu.
"Kalau gini ceritanya, nyesel gue bilang ke Bu Ira buat nyari kelas sendiri” omelnya masih celingukan mencari nama disetiap pintu yang dia lewati, berharap ada petunjuk.
Brukk…
“Aduh” Ify meringis menyadari dirinya jatuh tersungkur di sisi kanan koridor, rupanya dia hilang focus sehingga tidak menyadari jika lantai yang dia lewati lebih tinggi dari lantai sebelumnya hingga membuatnya tersandung. Dia menyipitkan mata, mengamati tulisan di dekat pintu dan menghela nafas lega kemudian, cepat saja mengayunkan tangan, “Permisi, Assalamuaikum…”
"Masuk..."
Ify melangkah masuk, "Permisi Bu, maaf saya terlambat, tadi saya nyasar, Bu" jelas Ify sopan.
"Oh, Iya tidak apa-apa, Saya Bu Winda, wali kelas kamu"
Ify tersenyum senang, sepertinya Bu Winda ini guru yang ramah, cantik lagi, baik, dia jadi tidak sabar memulai hari pertama sekolah bersama beliau.
"Baiklah anak-anak, karena hari ini kita kedatangan teman baru, kita kenalan dulu ya, yuk silakan perkenalkan diri kamu”
Ify mengangguk, "Perkenalkan nama saya Alyssa Saufika biasa dipanggil Ify, salam kenal ya semuanya..."
Prok..
Prok…
Prok…
Tepuk tangan menyambut perkenalan sederhana yang membuat Ify tersenyum semakin lebar, senang kehadirannya disambut dengan baik.
"Baiklah Ify, kalau begitu kamu duduk dibangku kosong sebelah sana ya" suruh Bu Winda menunjuk bangku kosong kedua dari pojok kanan. Disebelahnya ada seorang siswa lain yang duduk dengan muka tertelungkup diatas meja. Ify diam saja dan segera menggeser bangku itu untuk duduk.
Bunyi kursi berderit itu rupanya cukup menganggu dan membuat siswa laki-laki tadi bangun dari posisinya dan menatapnya binggung, "Siapa lo? ngapain lo disini?" ujarnya datar, tampaknya laki-laki ini tidak suka kursi disebelahnya di tempati orang lain.
"Gu-gue Ify, K-Ka-kata Bu Winda gue disuruh duduk disini" jawabnya Ify takut.
"Hah!"
Ify terkejut bukan main saat tiba-tiba siswa di sampingnya bangkit sambil melepas headset dari telinganya, 'jadi daritadi nih anak dengerin musik?'
"Maaf, Bu. tapi bangku ini tidak kosong, bagaimana mungkin Ibu meminta orang lain untuk duduk disini?" Intrupsinya keberatan.
"Saya rasa bangku itu kosong, Rio"
"Tapi, ini bangku Alvin, Bu!”
"Alvin nanti biar jadi urusan saya!" Balas beliau santai.
"Taa... tapi Bu?" Rio masih tidak terima. enak saja, istana megahnya dengan Alvin mau diserahkan orang lain, tidak bisa begitu.
"Tapi apa? memangnya kamu keberatan duduk sama Ify?"
"Yah.. tidak juga sih. tapi kan, saya sudah duduk sama Alvin dari jaman kapan juga!" Rio tidak mau kalah.
"Saya Wali Kelas kamu, Saya punya hak mengatur tempat duduk kamu dan siswa yang lain, Lagipula kamu kalau disatukan sama Alvin bikin ribut terus dikelas saya"
"Yaah Bu, tapi kan ..."
"Kamu mau duduk atau belajar di luar!" Tutup Bu Winda yang seketika membuat siapapun tidak kuasa membantah.
"Oke deh, Bu. Saya nyerah." akhirnya, Rio melambaikan tangan ke kamera. ah ralat, melambaikannya ke udara lalu kembali duduk dengan kesal.
Ify menelan ludah, sepertinya cowok bernama Rio ini mengancam ketentramannya dimasa depan.
"Ify, Ayo duduk, mau sampai kapan kamu berdiri disitu?" tanya Bu Winda lembut seperti pertama kali mereka berbicara, berbanding terbalik dengan apa yang baru saja dia lihat.
"Bu, sepertinya lebih baik saya duduk dibelakang saja deh, masih kosong kok" katanya mencari garis tengah. Malas memulai masalah disekolah baru.
"Alyssa, saya memerintahkan kamu untuk duduk disamping Rio. Jadi jangan membantah!" Lanjut beliau telak. Ify terlonjak dan tanpa berkata apa-apa dia lansung duduk.
"Gila, padahal kelihatannya ramah, ternyata ganas juga" dumel Ify sambil mengeluarkan buku tulis dan pensil.
Rio tersenyum tipis melirik gadis itu, "Emang susah ngebantah Bu WInda mah, Macan berbulu Kucing. baru ketemu aja kelihatannya baik, tapi ya gitu, lo liat sendiri ganasnya beliau kayak apa!"
"Emang Bu Winda itu galak banget ya?"
"Nggak kok, Singa aja takut sama dia."
"Hah? serem amat!" Ceplos Ify ngeri
"Ehmm, Masih sereman gue sih kayaknya" Rio senyum-senyum sendiri melihat muka kaget Ify.
"Huuu... aneh Lo!"
"Waah... Lo orang ke sekian yang bilang gue aneh" sahutnya enteng. "Oiya, kita belum kenalan, nama gue Mario. panggil Rio aja" Rio mengulurkan tangannya dihadapan Ify.
"Gue Alyssa, panggil Ify aja" Ify membalas jabatan Rio ramah.
Selang beberapa menit kemudian pintu kelas kembali terbuka, menampakkan dua siswa yang datang bersamaan dengan nafas terengah.
"Maaf Bu, saya terlambat..."ujar keduanya nyaris bersamaan