Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Perempuan Lain Di Pemakamanmu

Perempuan Lain Di Pemakamanmu

WuSaKoRi

5.0
Komentar
1.6K
Penayangan
36
Bab

Tepat di hari kematian Mas Afnan - suaminya, seorang wanita asing datang bersama seorang laki-laki dewasa. Tangis histerisnya membuat Ayna seketika menyusut mata. Siapa dia? Mengapa ia tampak lebih berduka darinya? “Maaf, anda siapa?” “Mbak Ayna, saya Maria istri kedua mas Afnan. Kami telah menikah diam-diam selama 30 tahun ini. Kenalkan ini Riko, anak kami."

Bab 1 Linchpin

“Maaf bu, bapak tidak bisa diselamatkan...”

Barisan kalimat yang membuat gelap duniaku. Pangeranku, kekasih hatiku, pergi meninggalkanku.

Tadi malam, kita masih berbincang sebelum lelap di peraduan, masih kau bisikkan kata cinta di telingaku. Pujian-pujian untukku, betapa cantik dan menariknya kulitku yang telah tipis dan keriput ini bagi pandangmu.

60 tahun sudah usia kita berdua, tapi kamu tak pernah bosan mengatakan cinta. Di masa tuaku, aku bahagia membersamaimu. Anak-anakku, tinggal di belahan bumi berbeda tapi aku tak pernah merasa kesepian, karena ada sahabat dengan bentuk paket lengkap di hidupku. Mas Afnan.

Siapa yang menyangka, tidur kita tadi malam adalah gerbang terbuka yang memisahkan fisik dan ragamu. Tak ada yang berbeda, bahkan semalam aku bermimpi indah tentang kita. Mas Afnan, kala aku membangunkanmu pagi tadi. Kau tak meresponku, tubuh kakumu membuatku takut.

Kau berjanji untuk membiarkanku mati lebih dulu agar tak sempat merasa sedih kehilanganmu, janji pertama yang kau ingkari. Mas, semua tak akan pernah sama. Bagaimana aku bisa hidup tanpamu?

Senja sudah usiaku, tubuh jompo yang biasa saling menopang ini kini limbung, salah satu tungkainya hilang.

Hamim dan Hanana, dua anak kita datang secepatnya begitu mendengar kabar kepergianmu, tangis mereka sama derasnya denganku. Begitu besarnya mereka menyayangimu.

Pagi itu asing, aku merapatkan syal renda yang kau belikan kala menempuh pendidikan di Belanda. Kain penghangat leher favoritku, kubawa kemana-mana. Kini kain itu kudekap erat, ingin merasakan hadirmu di sana.

Biasanya pagi ini kita duduk bersama makan bubur ayam berdua. Bubur yang kau belikan selepas shalat berjamaah di masjid komplek. Kutemani kamu yang sibuk membolak balik koran sambil merajut. Kau tak membiarkanku masak, kau selalu ingin ditemani.

“Cintaku, tidak usah repot-repot memasak untukku, duduk manis saja di sini menemaniku, aku tak ingin kau lelah memasak 2 jam lamanya hanya untuk dihabiskan 15 menit saja.”

Begitulah bujukmu, dan aku akan dengan senang hati duduk di kursi sebelah menungguimu. Celetukan-celetukan yang mungkin ribuan kali pernah kudengar, tapi aku selalu merasa senang. Aku menghargai setiap waktu yang kita habiskan berdua.

Pagi ini asing, aku memegang syal pemberianmu di dada, meminta kekuatan. Ada Hamim dan Hanana di kanan kiriku, mengaji untukmu. Sementara para pelayat datang silih berganti, menyalamiku dan mengucapkan kalimat duka.

Aku hanya sanggup mengangguk tanpa mengeluarkan suara. Air mata mengalir tanpa henti, bagaimana mungkin tubuh tua ini masih memiliki cadangan air mata dalam kantungnya?

Lalu, dua orang asing itu datang. Wajah yang tak pernah kutemui sebelumnya. Hamim dan Hanana yang tadinya mengaji seketika berhenti dan menegang. Tangan tua ini digenggam erat oleh Hanana. ‘Ada apa? Apakah kedua anakku mengenal mereka?’

Wanita itu tampak baru memasuki kepala 5, beberapa uban tumbuh di dekat keningnya. Tinggi semampai nan anggun, di lengannya menggandeng seorang laki-laki remaja. Wanita dan anak lelaki yang tak pernah kukenal itu, menangis meraung memeluk tubuhmu.

Tangis histerisnya membuatku menyusut air mata, siapa dia? Mengapa dia tampak lebih berduka dariku?

Saat wanita itu telah tenang, aku memberanikan diri bertanya.

“Maaf, anda siapa?”

“Mbak Ayna, saya Maria istri kedua mas Afnan. Kami telah menikah diam-diam selama 30 tahun ini. Kenalkan ini Riko, anak kami.”

Mas Afnan, matilah saja kamu. Aku membencimu.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh WuSaKoRi

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku