Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Istri Mudaku Meresahkan!

Istri Mudaku Meresahkan!

tintaku.com

5.0
Komentar
1.6K
Penayangan
27
Bab

Yasmin gadis berusia 20 tahun terpaksa harus menikah dengan seorang duda kaya raya agar perusahaan orang tuanya tidak jatuh bangkrut, bahkan gadis itu harus menerima sebuah perjanjian kontrak. "Kamu pilih Vira atau Anggara? jika kamu pilih lelaki itu, itu artinya pernikahan kita hanya sampai disini." ujar Galih. "Bukankah dari awal perinkahan kita hanya sebuah kontrak? kamu bisa mengakhirinya sesuka hati, tapi kenapa sekarang kamu justru memberikanku pilihan? aku menyayangi Vira seperti anakku sendiri, tapi Anggara... " Yasmin tidak sanggup lagi untuk lanjukan perkataannya karena menangis. Galih memalingkan wajahnya, kedua tangannya terkepal saat melihat istrinya lebih memilih pria itu ketimbang putrinya. Itu artinya sudah tidak ada lagi harapan bagi rumah tangganya dengan Yasmin. "Mulai sekarang jangan pernah temui Vira lagi, dan aku tidak akan pernah mengizinkan kamu menemuinya untuk selamanya. Karena kamu bukan siapa-siapanya," kata Galih dengan tegas. Yasmin segera menggelengkan kepala dengan linanganang air mata, ia meraih lengan Galih dan berkata. "Tidak, dia anakku, aku adalah ibunya hiks aku-" "Kamu bukan ibunya, skarang juga aku talak kamu Yamsmin." Deg.

Bab 1 Terpaksa

"Mami mohon, untuk kali ini kamu harus menerima lamaran putra teman papi! Hanya ini satu-satunya cara agar perusahaan papi tidak jatuh bangkrut, keputusanmu menentukan nasib keluarga kita. Jika kamu masih sayang dengan keluargamu, kamu tidak akan membiarkan keluarga ini menjadi gelandangan." Ucap Hesti.

Perkataan Hesti selalu berputar di kepala Yasmin, sepanjang malam gadis itu merenung di dalam kamar memikirkan nasib keluarganya yang berada di ujung jurang.

Seluruh tubuhnya ia sembunyikan di balik selimut tebal berwarna merah dengan motif bunga mawar, kamar itu hanya disinari cahaya rembulan yang masuk ke dalam kamar melalui etalase kaca balkon dengan gordeng yang tidak ditutup.

Sudah 6 jam Yasmin mengubur dirinya dengan selimut, tidak ada suara apapun kecuali dentingan suara jam yang terus berputar tanpa henti seperti detak jantung gadis itu. Matanya memang terpejam, namun hati dan pikirannya sedang bergejolak memikirkan masalah dan masa depannya.

Di usianya yang baru memasuki 20 tahun tepat pada tanggal 27 Mei minggu lalu, kini harus menerima lamaran seorang duda yang memiliki satu anak.

Di sia mudanya saat ini tentunya ia memiliki masa depan dan harapan besar seperti gadis seusianya, namun semua itu direnggut dengan perjodohan yang tidak diinginkannya.

Setelah menikah nanti ia tidak akan bebas seperti sebelumnya, ia harus mengurus suami, mengurus anak, mengurus rumah dan hal yang berkaitan dengan rumah tangga itu belum ada dalam rencana dan hatinya.

"Ya Allah, akankah aku bisa menjadi ibu dan istri yang baik untuk mereka? bukankah tidak baik jika memaksakan sebuah pernikahan tanpa cinta? akankah cinta yang tulus akan tumbuh jika kami sudah menikah nanti? apa aku juga masih bisa mewujudkan cita-citaku? kenapa juga harus duda, yang perjaka dan masih banyak."

Ribuan pertanyaan itu datang saat ibunya mengatakan lamarannya harus diterimanya, berat hati dan pikiran sampai membuat gadis itu tidak ingin membuka matanya dan berharap jika semua itu mimpi buruknya malam ini.

Tok tok tok.

"Yasmin ayo bersiap dan turun, mereka sebentar lagi sampai. Kami tunggu lima menit, jangan membuat papimu malu." Teriak Hesti dari depan pintu kamar.

Yasmin sengaja mengunci pintunya karena tidak ingin diganggu, ia butuh istirahat dan pikiran yang tenang sebelum mengambil keputusan menyangkut masa depannya.

Di lantai satu semua orang sedang sibuk menyiapkan jamuan makan malam untuk menyambut tamu agung, Hesti dan Reno suaminya sudah menyusun semuanya agar tidak ada yang terlewatkan malam ini.

Mulai dari menu makanan yang lengkap dan mewah dihidangkan di meja makan, layaknya restoran bintang lima sengaja mereka buat supaya memberikan kesan yang baik untuk keluarga yang akan menjadi besannya.

"Semoga mereka senang dengan penyambutan kita," ujar Reno membuang nafas pelan setelah semuanya siap.

Hesti memeluk suaminya dari samping dan berkata. "Pasti mereka akan senang, apalagi jika Yasmin menerima lamarannya. Kamu tenang saja mas," katanya.

Reno mengangguk pelan dengan senyuman tipis di wajahnya, sebetulnya ia juga tidak ingin memaksakan putrinya untuk menikah di usianya yang masih muda. Ia juga tahu jika kehidupan rumah tangga tidak mudah, harus siap dalam segala hal baik itu fisik maupun mental.

Namun Reno tidak ada pilihan lain selain mengorbankan putrinya untuk menikah dengan pria duda yang belum dikenalnya, ia hanya berharap kehidupan rumah tangga putrinya nanti akan baik dan bahagia walau awalnya karena terpaksa.

Mata Reno berbinar melihat putrinya yang berjalan menunduk menuruni anak tangga dengan gaun berwarna merah jambu dan indah melekat dalam tubuh Yasmin, riasan dan rambutnya digerai dengan natural tanpa tambahan apapun memperlihatkan kecantikan alami dengan wajah imut.

Hesti melepaskan pelukannya menyadari tatapan suaminya yang terlihat senang, ia pun mengikuti arah pandang suaminya dan terkejut menutup mulutnya yang terbuka dengan satu tangan.

"Wah bidadari sudah turun ternyata, anak mami dan papi cantik banget." Ujar Hesti kagum berjalan cepat menghampiri putrinya.

Yasmin mengingat senyuman paksa di sudut kedua bibirnya, sebetulnya ia merasa tidak nyaman dengan pakaian yang memperlihatkan pundak mulusnya yang terasa dingin menusuk tulangnya.

Jantungnya berdegup kencang saat melihat Reno pergi ke ruang tamu, yang artinya calon suami dan keluarganya sudah datang.

Hesti mengapit lengannya berjalan pelan menyusul Reno untuk menyambut mereka, setiap langkahnya terasa berat dan gelisah mulai gugup dengan keringat di keningnya mulai muncul.

Deg.

Bimo Pramono, pengusaha terkaya di Indonesia yang akan menjadi mertuanya. Mereka sudah duduk berdampingan dengan sang istri Winda Atmaja dan putranya Galih Pramono tengah memangku balita kecil yang tak lain adalah anaknya, Winda tampak kagum melihat penampilannya dan tersenyum ramah menghampirinya.

Sedangkan pria tampan itu acuh dan asik mengajak putrinya berbicara dengan santai, wajah dan paras Galih memang gagah tidak bisa ditolak oleh perempuan manapun.

Diam-diam Yasmin memperhatikan calon suaminya, ia memicingkan mata dan berkata. "Dilihat dari mukanya tidak terlalu tua, sepertinya duda memang lebih menggoda." Gumam Yasmin dalam hati.

Pria itu melirik Yasmin sekilas memperhatikan wujudnya dari atas kepala sampai ujung kaki membuat gadis itu risih, setelah itu ia bersuara dengan tegas membuat mereka terdiam untuk mendengarkannya sejenak.

"Jujur saja saya tidak tertarik dengan hal seperti ini, apalagi harus menikahi anak kecil sepertinya. Maaf saya tidak bisa," ucap Galih melengos membawa putrinya pergi.

Mereka begitu tercengan mendengar penolakan pria itu, terdengar geraman dan emosi dari Pramono yang memarahi putrnya, ditambah Winda istrinya yang terus memanggilnya tetapi tidak membuat pria itu menghentikan langkahnya.

Justru hati Yasmin sedikit lega mendengarnya, namun sebagian hatinya sedikit tersentuh dengan penolakan pria itu yang mengatainya anak kecil, untuk pertama kalinya ia ditolak seorang laki-laki yang seharusnya tidak pernah ada kata penolakan dalam kamus hidupnya.

"Baru kali ini gue ditolak, sama dudu lagi. Sungguh memalukan," kesalnya dalam hati.

Padahal begitu banyak pria yang menginginkan gadis itu menjadi pacarnya, bahkan beberapa pria terang-terangan ingin melamar dan menikahinya.

Sikutan di lengannya menyadarkan lamunannya, ia melirik maminya yang berbisik. "Cepat kejar dan bujuk dia, kalau tidak bagaimana dengan nasib kita. Pikirkan itu baik-baik," perintah Hesty membuat gadis itu kesal.

"Dia aja sudah nolak, kenapa aku harus mengemis dan membujuknya. Ck, seperti tidak ada pria lagi didunia ini." Kesalnya dalam hati.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh tintaku.com

Selebihnya

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Romantis

4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku