Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Simpanan Miliarder Tampan

Simpanan Miliarder Tampan

caramelsky

5.0
Komentar
19
Penayangan
4
Bab

"Mau menjadi wanita simpananku?" "Apa keuntungannya?" "Aku akan menikahimu jika sudah berhasil mencintaimu." "Kau gila? Kau masih memiliki istri." "Dia memang istriku, tapi hubungan kita hanya sebatas status saja. Aku tidak pernah mencintainya, dan tidak pernah sekalipun menyentuhnya." Damian Athalaric, seorang Miliarder tampan yang menjabat sebagai Presdir QT Group itu memiliki rahasia yang sangat kelam. Ia terpaksa menikah dengan wanita pilihan ayahnya demi kepentingan bisnisnya. Lima tahun, Damian dan istrinya menjalani pernikahan sandiwara itu. Mereka tidak saling mencintai, bahkan istrinya sudah memiliki hubungan gelap dengan pria lain. Hingga kini, takdir tiba-tiba mempertemukannya dengan seorang gadis cantik yang mampu menggoyahkan hati dinginnya.

Bab 1 SMT-1

Hiks ... hiks ...

Dengan langkahnya yang gagah dan penuh kharisma, Damian mendekati sumber suara yang berasal dari sudut ruangan. Ia meletakkan sebotol red winenya di atas meja yang ditempati oleh gadis yang sedang menangis itu. Lalu tanpa meminta izin, ia menarik kursi dan duduk di hadapan gadis tersebut.

"Mau minum denganku?" tawarnya. Membuat gadis itu langsung mengangkat kepalanya dan menatapnya dengan wajah yang sembab.

Gadis itu hanya menggeleng sebagai jawaban. Kemudian Damian bertanya lagi, "Apa yang membuatmu menangis?"

"Aku kehilangan pekerjaanku," jawabnya sambil mengusap air matanya.

"Itu bukan masalah yang besar. Kau masih bisa mencari pekerjaan di tempat lain. Tidak perlu menangis sampai pergi ke Klub malam seperti ini."

Ya, mereka memang sedang berada di Klub malam saat ini. Damian datang ke sini untuk menghibur dirinya setelah seharian bekerja, sementara gadis itu berada di sini karena sedang menghadapi masalah dengan pekerjaannya.

"Tidak semudah itu mencari pekerjaan. Aku hanya lulusan SMA dan belum punya banyak pengalaman."

"Berapa umurmu?"

Gadis itu menatap Damian lagi. "18 tahun," jawabnya.

Damian mengangguk-anggukkan kepalanya. "Kenapa harus bekerja? Kenapa tidak melanjutkan sekolah?" tanyanya.

Gadis itu menghela napas. "Aku orang miskin," jawabnya singkat.

"Oh." Hanya itu saja tanggapan Damian. Kemudian ia menuang red winenya ke dalam gelas kecil, lalu meminumnya dalam sekali tegukan.

Gadis itu menatapnya tak suka, mungkin merasa risih melihat pria matang seperti Damian yang asyik meminum alkohol di hadapannya.

"Apa kau pernah meminum alkohol?" tanya Damian.

Gadis itu menggelengkan kepala. Ia sontak memundurkan kepalanya ke belakang, saat Damian tiba-tiba mendekatkan wajahnya.

"Lalu kenapa datang ke Klub ini? Di sini tidak ada yang menjual es teh manis, Nona."

"Temanku bekerja di sini. Aku datang ke sini untuk menemuinya, bukan untuk meminum alkohol."

"Oh, ya? Lalu di mana temanmu?"

Gadis itu menunjuk salah satu Bartender yang sedang melayani pelanggan. Sedangkan Damian hanya mengangguk-anggukkan kepalanya sebagai balasan.

"Kenapa kau tidak bekerja di sini saja?"

Gadis itu menghela napasnya lagi. "Di sini sedang tidak membuka lowongan. Aku butuh pekerjaan secepatnya untuk membayar tagihan hutang. Setiap hari, aku seperti teroris yang dikejar-kejar rentenir," ucapnya bercerita.

"Wow, kau cukup berani. Di usiamu yang masih muda, kau sudah berani berurusan dengan lintah darat."

"Mau bagaimana lagi? Aku terpaksa melakukan itu untuk membantu biaya pengobatan bibiku."

Damian mengerutkan keningnya. "Bibi?" tanyanya bingung.

Gadis itu mengangguk. "Ya, aku tinggal dengan bibiku sejak kecil. Sebagai balasan atas kebaikannya selama ini, aku rela berurusan dengan rentenir-rentenir sialan."

Damian tertawa kecil. "Kenapa tidak mencoba melakukan pekerjaan yang sedikit ekstrim?" tanyanya.

Gadis itu mengerutkan keningnya bingung. "Maksudmu? Aku harus jadi perampok gitu?" tanyanya.

Damian mendekatkan wajahnya lagi. Membuat gadis itu kembali memundurkan kepalanya ke belakang.

"Menjadi sugar baby," bisiknya.

"Kau gila?!" pekik gadis itu dengan mata yang melotot tajam.

Damian tersenyum. "Aku bisa menjadi sugar daddymu kalau kau mau," tawarnya sambil menaik turunkan sebelas alisnya.

Gadis itu berdecih. "Kau pikir aku wanita murahan? Sampai kucing beranak kambing pun, aku tidak akan menjual diriku sendiri," ucapnya ketus.

Damian tertawa menggelegar. Merasa terhibur dengan ucapan gadis itu.

"Ini bukan tentang menjual dirimu, Baby. Ini tentang mendapatkan keuntungan dari situasi yang mendesak. Kau sendiri yang bilang, mencari pekerjaan itu bukan hal mudah."

"Lebih baik aku menjadi buronan rentenir seumur hidup, daripada melakukan hal yang tidak bermoral," balas gadis itu dengan tegas.

Damian menaik turunkan alisnya. "Kau yakin?" tanyanya.

Gadis itu mendengus kesal seraya memalingkan wajahnya ke arah lain. "Aku tidak serendah itu, sampai harus menjual tubuhku ke pria mesum seperti dirimu."

"Baiklah, aku hanya menawarkan opsi. Tidak ada paksaan di sini. Tapi ingat, dunia ini keras dan penuh dengan pilihan sulit."

Gadis itu terdiam, matanya menatap Damian dengan tatapan sinis.

"Bagaimana kalau one night stand? Aku akan memberimu uang berapapun yang kau butuhkan," tawar Damian lagi sambil tersenyum miring.

"Kenapa kau memaksa sekali? Kalau kau butuh belaian, carilah wanita lain. Aku bukan targetmu," kesal gadis itu.

Damian terkekeh. "Kalau kau berubah pikiran, kau bisa menghubungiku di sini," ucapnya sambil berdiri dan meletakkan sebuah name card di depan gadis itu.

Gadis itu menatap kepergian Damian sambil mendesis kesal. Kemudian ia meremas name card tersebut, lalu ia masukkan ke dalam tasnya.

*****

Setibanya di mansion mewahnya, Damian langsung melangkah masuk dan berjalan menaiki tangga menuju kamarnya yang berada di lantai dua.

Sekilas ia berpapasan dengan istrinya. Namun mereka tidak bertegur sapa karena hubungan mereka tidak sehangat pasangan suami istri lainnya.

"Tuan Damian, kalau sudah selesai mandi, langsung turunlah. Bibi sudah menyiapkan sup hangat untukmu!" teriak sang Pembantu yang melihatnya berjalan menaiki tangga.

"Ya!" sahut Damian dengan suara keras.

Sesampainya di kamar, Damian langsung melempar jasnya ke atas kasur. Ia membuka kemejanya dan melangkah ke kamar mandi dengan bertelanjang dada.

Damian memiliki bentuk tubuh yang sangat bagus, dengan dada yang bidang dan perut yang rata. Tak heran jika banyak wanita di luar sana yang menyukainya, karena selain tampan dan menawan, ia juga memiliki tubuh yang atletis.

Beberapa menit kemudian, Damian selesai mandi. Ia mengenakan pakaian santainya sebelum menuju ke ruang makan.

Setelah memakai parfum dan menyisir rambutnya, Damian segera turun ke bawah untuk makan malam. Di meja makan, ia melihat sang istri yang sudah berada di sana, menikmati makanannya sambil berbicara dengan seseorang di telepon.

"Malam, Bi," sapa Damian pada sang Pembantu.

Wanita paruh baya itu tersenyum. "Malam juga, Tuan," balasnya.

Damian langsung menyantap makanan yang sudah disiapkan oleh bibinya. Meskipun duduk berhadapan dengan istrinya, ia tidak memiliki keinginan untuk menatapnya.

"Baiklah, nanti aku hubungi lagi. Love you, Dear."

Damian meliriknya sekilas. Setiap hari, ia sudah terbiasa disuguhi pemandangan seperti ini. Awalnya kesal, tapi lama-lama sudah terbiasa.

"Besok aku pergi ke Bali," ucap wanita itu.

"Hmm," sahut Damian acuh.

"Kirimkan uang ke rekeningku. Aku butuh sepuluh juta."

Damian tersenyum sinis. "Bukankah uang di rekeningmu masih banyak?" tanyanya.

"Tidak. Hanya tersisa 50 juta."

"Kau bisa memakai kartu kreditmu."

"Kartu kreditku diblokir Papa."

Damian mendengus kesal. "Apa kau tidak malu, meminta uang kepadaku untuk berkencan dengan kekasihmu?"

"Kirimkan saja dan jangan banyak bicara. Telingaku gatal mendengar suaramu," ucapnya ketus.

Damian kembali tersenyum sinis. Karena saldo di rekeningnya terlalu banyak, ia sama sekali tidak keberatan mengeluarkan uang sebanyak itu.

Selesai mentransfer, ia pun lantas menunjukkan buktinya pada sang istri sambil berkata, "Pergilah dan jangan pernah kembali. Aku muak melihat wajahmu."

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku