Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Malam telah larut, dari arah kamar mandi sebuah rumah mewah terlihat Zero, sedang mencuci tangan dan wajahnya yang berlumuran darah di washtafel.
Perlahan kedua tangan serta wajahnya mulai bersih, dan darah-darah tadi mengalir keujung washtafel hingga hilang sama sekali.
Entah kemana darah dari korbannya tadi mengalir selanjutnya.
“Mau sampai kapan? Mau sampai kapan lo kayak gini?!!!” Ucapnya sembari berkaca dan melihat wajahnya disana.
“Arghhhh!!! “ Serunya lagi sambil
memukul cermin hingga retak dan membuat darah mengalir deras dari tangannya.
Tiba – tiba terdengar sirine mobil polisi, gadis berambut panjang ini dengan sigap memakai topeng dan sarung tangannya kembali. Ia melangkah cepat bahkan setengah berlari menuju pintu belakang dan meninggalkan seorang pengusaha kaya yang
sudah tak bernyawa. Serta dua sandera digudang yaitu anak dan istri korban.
Kini Zero sudah jauh meninggalkan rumah tersebut. Dan kini lagi, lagi, dan lagi, Ia lolos dari kejaran polisi.
* * *
Matahari bersinar cukup terik siang ini, tapi itu tak membuat gadis manis berambut panjang dengan kulit putih pucatnya itu duduk di kursi taman sambil menyesap sepuntung rokok.
Pohon mangga yang cukup besar yang berada di area taman kampus ini, sudah lebih dari cukup menyelamatkannya dari sengatan matahari siang ini.
Tapi, tentu saja itu tak menyelamatkannya dari setiap pasang mata yang kini sedang melihat aneh kearahnya sambil mencibir.
Awalnya Ia santai saja dengan keadaan ini, karena ini bukan kali pertama itu terjadi. Tapi lama kelamaan ia mulai risih dengan semuanya. Perempuan bermata tajam yang terkenal kasar dimata anak-anak kampus ini mulai ambil sikap.
"Eh ... Lo ngomongin gue??" Tanyanya menghampiri salah satu mahasiswa yang juga berada ditaman, yang memang sedari tadi mencibir kearahnya.
Cowok berkacamata yang sedang bersama dua temannya yang lain ini mulai gugup, karena mengingat dia tak akan segan-segan pada siapapun yang mengganggu ketenangannya.
Dia juga tak pernah terlihat ramah pada siapapun. Bahkan Ia juga tak pernah berbicara santun pada dosen-dosennya. Dia adalah Arista Lucy. She's real a badgirl.
"Ng-Nggak, gue nggak ngomongin lo kok," jawabnya gugup.
"Jangan bohong lo!!" Bentak Arista sembari menarik kerah baju cowok tersebut.
"Serius Ta, kita nggak ngomongin lo, " ucap cowok berkacamata ini semakin terlihat cemas.
"Ahh ... basi lo !!!" Bentaknya kian keras, dengan tatapan tajam dan penuh amarah.
Arista tengah bersiap mendaratkan bogem mentah kearah wajah cowok berkacamata yang ia anggap sudah mengganggu ketenangannya itu.
"Arista !!! Berhenti !!!" Teriak Kania sahabat karibnya dari kejauhan dan kini berjalan mendekat kearahnya. Teriakan itu sukses membuat Arista mengurungkan niatnya.
"Inget !! sekali lagi lo ganggu ketenangan gue, gue pasti'in lo bakal nyesel seumur hidup. PAHAM LO !!" Bisik Arista dengan kata-kata kasarnya pada cowok berkacamata tadi.
"Ta ... lo apa – apa 'an sih? Lepasin nggak?" Pinta Kania dan Arista mau tak mau menurut.
"Gue mau ngomong sama lo," ucap Kania sembari menarik lengan Arista. Lalu menyeretnya pergi begitu saja.
***
"Ngapain kita kesini???? " Tanya Arista dengan wajah heran, karena Kania menyeretnya penuh paksaan tadi hanya untuk ke toilet. Tempat ini jelas bukan tempat ternyaman untuk ngobrol.
Kania bukannya menjawab, Ia lebih memilih mencipratkan air ke wajah Arista, dengan air keran yang baru saja Ia ambil.
"Nia ... !" Arista tampak kaget bercampur kesal.
"Itu tujuan kita kesini?"
"Apa?" Arista masih tak mengerti dengan maksud dan arah pembicaraan sahabatnya itu.
"Ta, lo sadar nggak sih apa yang udah lo lakuin?"
Arista hanya memasang tampang tak peduli sembari mengeringkan wajahnya dengan tissue. Ini pasti masih soal sikap Arista saat di taman tadi. Huft ... Kania kadang terlalu cerewet.
"Lo tahu, lo bisa aja beneran di drop out dari kampus karena sikap kasar loe."
"Maksud Lo?"
"Tadi gue nggak sengaja ngedengarin pembicaraan dosen-dosen tentang lo. Lo kemungkinan bakal di DO kalau sikap kasar lo masih belum bisa berubah sampai bulan depan," terang Kania dengan raut wajah serius. Sangat serius.