Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
My Love And My Obsession

My Love And My Obsession

NaomiCandy

5.0
Komentar
77
Penayangan
7
Bab

Perjalanan hidup Sana sebagai kekasih palsu dan kolega Jay yang mengalami masa-masa yang tidak menyenangkan. Dimana persaingan tidak sehat membuat dua perusahaan bangkrut secara bersamaan. Pelaku yang masih misterius membuat mereka ingin mencari kebenaran nya namun dengan cara yang kurang tepat dan mengakibatkan adanya pertumpahan darah. Apakah mereka masih bisa medebutkan artis mereka dan Akankah kedua couple bisa mengatasi masalah ini? Simak kisah mereka ...

Bab 1 Prolog

Sana adalah seorang CEO wanita yang kini telah menginjak usia 25 tahun. Sana menjabat posisi penting yaitu pemimpin sebuah agensi perusahaan musik. Ia sangat disukai oleh banyak karyawan maupun para calon idol-nya karena kepemimpinannya yang dinilai baik dan sangat memahami karyawan. Sana menjalani kehidupannya sebagai wanita yang independen secara finansial maupun secara mental. Perjuangan karirnya merupakan salah satu yang membuat Sana terus berjuang dalam mempertahankan posisinya sebagai posisi terpenting di perusahaan musik terkemuka tersebut.

Namun, tiba-tiba ia dikejutkan dengan sebuah berita yang bahkan tidak ia duga akan ia dengar dalam waktu dekat. Berita tersebut adalah ia akan dijodohkan oleh kedua orang tuanya dan orang tua dari pemilik agensi tersebut dengan anak dari pemilik agensi. Anak dari pemilik agensi itu diketahui bernama Jay. Sosok Jay berusia 3 tahun lebih tua dari Sana. Namun, masalahnya, Sana tidak pernah mempermasalahkan umur, hanya saja Sana tidak menyukai sifat Jay. Jay dikenal sebagai CEO tampan yang juga sukses di usia muda. Namun, perihal tampang saja, rasanya tidak cukup untuk memikat hati seroang Sana. Hal inilah yang tidak dapat dipenuhi oleh Jay.

Jay memiliki sifat yang sangat killer terutama jika berada di lingkungan perusahaan. Jay dikenal sebagai sosok tanpa senyum yang selalu tegas dalam menerapkan kedisiplinan kepada karyawannya. Namun, ada satu hal yang tidak Jay tunjukkan kepada bawahannya maupun Sana. Yaitu sifat Jay yang sebenarnya tidak sekejam yang ia tampilkan, malahan, ia adalah orang yang sangat penyayang. Hanya saja, ketegasannya dalam bekerja menutupi sifat penyayangnya tersebut.

Orang tua Sana dan Jay berusaha memperkenalkan mereka guna membangun hubungan yang akrab. Siasat ini mereka wujudkan dengan mempertemukan keduanya di acara reuni SMA mereka. Orang tua Sana meyakinkan putri mereka untuk datang dan berkenalan dengan Jay. Tidak lepas dari itu, bujukan orang tua Sana juga terus menekankan pada Sana sebagai junior Jay, haruslah sopan dan menghadiri acara tersebut. tanpa Sana dan Jay ketahui, orang tua kedua belah pihak telah saling kenal dalam waktu yang lama. Hanya saja, memang kedua anak mereka yang bertolak belakang dalam sifat ini susah untuk dipertemukan, apalagi untuk dijodohkan menjadi sepasang kekasih.

"Sana, apakah kamu mau ikut ke acara reuni sekolahmu?" tanya Ibu Sana.

"Tidak Ma, memangnya kenapa?" balas Sana.

"Coba kamu ikut saja, siapa tau kamu dapat relasi," Ibu Sana tetap berusaha untuk membujuk putrinya yang memang keras kepala itu. Sana terdiam sejenak dan berpikir keras.

Agensinya kini memang sedang membutuhkan suntikan dana yang cukup lumayan dari investor. Tidak ada salahnya bagi dirinya sebagai seorang pemimpin perusahaan untuk mencari relasi di pesta reuni tersebut.

"Baiklah, saya akan mendatanginya" ujar Sana yang membuat ibunya kegirangan.

Sementara itu, di kediaman Jay terjadi perdebatan antara dirinya dengan ayahnya. Jay bersikeras bahwa dirinya tidak merasa perlu untuk menghadiri pesta tersebut.

"Jay, kenapa kamu tidak ingin pergi ke acara reuni sekolahmu?" tanya Ayah Jay

"Tidak bisa yah, saya ada rapat dengan dewan direksi agensi. Ini penting untuk dibahas," Jay mengelak sambil menyebarkan pandangannya pada seisi rumah.

"Memangnya, kamu tidak rindu dengan teman-teman SMA mu? Bukankah sudah lama kalian tidak berkumpul bersama?" Ayah Jay pantang menyerah dan terus melancarkan bujukan demi bujukan agar anaknya pergi ke acara tersebut.

Jay yang jengkel pun membalas, "Apa urusannya dengan ayah? Ini sudah termasuk urusan pribadiku ayah!" Mendengar perkataan anaknya itu, ayah Jay hanya dapat menghela nafas panjang dan berat.

"Ayah hanya ingin kamu memiliki interaksi yang lebih banyak di lingkungan luar dengan orang-orang baru. Tidak mungkin selama hidupmu kamu hanya akan bolak-balik rumah dan kantor saja" celoteh sang ayah.

"Penting bagimu untuk menemui orang baru, bergaul dengan orang baru." sambungnya menuturi sang anak. Mendengar perkataan ayahnya tersebut, Jay sontak diam-diam merenung. Namun, sedetik kemudian, ia mulai menyiapkan pakaian kantornya.

"Nah, lihat apa kata ayah. Mau kemana kamu sekarang?" Ayah Jay berkacak pinggang melihat kelakuan anaknya yang keras kepala ini.

"Mau ke kantor sebentar" jawab Jay sekenanya.

"Kamu saja sama dengan ibumu yang keras kepala itu, tetapi aku tetap mencintainya" jawab Ayah Jay sambil berbalik hendak meninggalkan anaknya.

"Jangan pernah berani-beraninya kamu membawa-bawa nama ibuku!" Jay dengan muka marah langsung pergi dari rumahnya.

Di tengah jalan, mobil Jay kehabisan bahan bakar. Sehingga, ia memutuskan untuk menenangkan diri sejenak di kafe. Di sana, ia tidak sengaja bertemu dengan teman sekolahnya dulu. Teman itu bernama Momo. Jay tidak mengenalinya, namun Momo mengenali Jay sebagai ketua OSIS pada zaman sekolah dulu. Keduanya pernah dihukum di ruangan yang sama. Jay akhirnya memutuskan untuk pergi ke reuni bersama karena mendengar bujukan dari Momo.

***************************

Sementara itu, agensi yang dipimpin Sana tengah melakukan audisi untuk merekrut beberapa calon idola baru. Namun, sayangnya Sana tidak bisa hadir. Posisinya sebagai juri digantikan oleh temannya yang lebih senior. Sana juga tidak perlu takut untuk ketinggalan segala informasi tentang audisi yang sedang digelar, karena ia mempunyai sekretaris yang bisa diandalkan. Sekretaris tersebut telah bekerja bersama Sana dengan waktu yang lama, namanya Meimei.

Penilaian dilakukan tidak hanya pada bagaimana calon idola menari, menyanyi, dan dari tampangnya saja. Namun, juga dinilai melalui etika dan perilaku mereka. Dibukanya audisi ini untuk merekrut 4 anggota guna membentuk grup idola baru dengan nama IDOL NITE. Salah satu dari banyaknya anak muda yang mengikuti audisi ini adalah Victor. Victor sendiri adalah teman masa kecil Sana. Selain memiliki tampang yang tampan dan memukau, ia juga memiliki etika yang sopan.

Sejak dulu, Victor dan Sana memang sudah sangat dekat. Keduanya sering bermain bersama dan pergi ke sekolah bersama. Victor sangat melindungi Sana. Hal inilah yang membuat Sana perlahan menyadari bahwa perasaannya kepada Victor sudah mulai mencapai batas yang lebih dari sekedar teman saja. Namun, kesibukan Sana membuatnya sering tidak menyadari hal tersebut. Ia lebih mementingkan karirnya yang telah ia bangun susah payah. Lagipun, karir Victor sebagai seorang idola papan atas pasti akan mendapatkan pengaruh buruk apabila mereka berdua tertangkap basah tengah berkencan.

Sore harinya, Sana kembali ke kantor setelah menyelesaikan rapat gabungan dengan pimpinan agensi lainnya. Rapat hari ini melelahkan, pemimpin agensi tersebut terlalu keras kepala. Namun, bukan Sana namanya kalau tidak bisa mengendalikan keadaan dengan baik. Di koridor kantor, Sana bertemu dengan Victor yang tampak sedang menunggunya di depan ruangan Sana. Sana pun dengan senang menghampirinya.

"Victor, belum pulang?" Sana menghampiri Victor dengan girang

"Belum, aku menunggumu. Mau makan sebentar di kafe seberang? Pasti rapat hari ini melelahkan," timpal Victor seraya tersenyum hangat

"Boleh, ayo. Aku memang perlu asupan kafein" sahut Sana menerima tawaran Victor.

Sekarang keduanya berjalan beriringan di koridor kantor. Sempat bertemu dengan beberapa karyawan lainnya. Namun, semua telah tahu bahwa keduanya memiliki hubungan yang lebih dari sekedar teman saja. Sesampainya di kafe tersebut, Sana dan Victor berbincang terkait banyak hal. Membahas tentang perjalan karir Victor sekarang, juga tentang perkembangan agensi Sana. Pembahasan terus berlanjut, hingga Sana memutuskan untuk bercerita terkait perjodohannya dengan Jay kepada Victor.

Respon Victor biasa saja, hal ini tentu membuat hati Sana sedikit kecewa. Victor mengajak Sana untuk pergi bersama dengannya ke reuni SMA tersebut. Sekalian, ia berniat hati untuk berkenalan dengan Jay. Sana pun setuju, lebih baik ia pergi dengan Victor daripada pergi sendirian saja. Keduanya terus berbincang, hingga tak sadar bahwa malam telah menyelimuti kota mereka. Reuni itu masih satu minggu lagi, masih banyak yang harus Sana kerjakan sebelum menghadapi Jay yang dingin dan arogan itu.

***************************

Satu minggu kemudian, di reuni SMA Sana

Reuni SMA Sana diselenggarakan di sebuah restoran tepi laut. Pemandangan lautnya yang jernih nan biru sungguh memanjakan mata. Setidaknya, hal ini membuat Sana dapat beristirahat sejenak dari kepenatan sehari-harinya dalam memimpin perusahaan agensi. Terlebih, ada Victor di sampingnya membuatnya selalu merasa senang dan nyaman.

Sana melihat Jay masuk ke restoran dari kejauhan. Jay melihat Sana sekilas, namun pergi menjauhinya. Sana tidak peduli, lebih baik ia tidak melihat Jay lagi. Sana dan Victor terus berbincang. Reuni tersebut tidak hanya diadakan untuk satu angkatan sekolah saja. Namun, juga digabung dengan para adik kelas dan kakak kelas lainnya semasa SMA dulu. Maka, tidak heran, bahwa Sana bertemu dengan Chan. Chan adalah seorang calon idol yang nantinya akan berada dalam satu grup IDOL NITE dengan Victor. Chan juga merupakan sepupu jauh dari Sana, sehingga Sana juga tidak begitu mengenalnya namun hubungan keduanya baik.

Sepanjang reuni berlangsung, Sana dan Jay tidak pernah berinteraksi. Padahal, orang tua kedua belah pihak berharap dan berpesan agar mereka dapat lebih mengenal satu sama lain. Sana mungkin tidak sadar bahwa ada orang yang selalu mengawasinya dari jauh. Orang itu adalah Jay. Jay memang terlihat arogan pada awalnya, namun sebenarnya ia adalah orang yang sangat penyayang dan juga peduli. Hanya saja, ia tidak tahu bagaimana harus mengekspresikan perasaannya tersebut. Jay belum menyukai Sana, namun ia kagum dengan kegigihan Sana dan kesuksesan yang Sana raih di usia yang bahkan lebih muda darinya. Hal ini membuat Jay merasa penasaran dengan seorang Sana dan mencoba untuk membuka dirinya pada Sana.

Jay akhirnya mulai berjalan kearah Sana. Sana terlihat masih meminum jus buah sambil berbincang dengan Victor dan Chan. Kehadiran Jay sontak membuat ketiganya kaget, terutama Sana. Sifat Jay yang arogan di mata Sana, perlahan-lahan luntur dan berganti dengan sifat pendiam. Sana sadar, prasangkanya terhadap Jay salah. Jay bukanlah orang yang arogan dan sombong, ia hanya terlalu pendiam dan bodoh dalam hal mengemukakan perasannya saja.

Keempatnya berbincang seru, mulai dari kehidupan masing-masing hingga pekerjaan yang digeluti. Latar belakang mereka berempat yang semuanya berasal dari dunia dan industri musik membuat keempatnya tidak terasa telah berbincang untuk waktu yang lama.

Waktu cepat berlalu, hingga Sana memutuskan untuk pulang. Ia meminta Victor untuk mengantarnya pulang, karena awalnya keduanya memang datang bersamaan. Namun, hal tersebut ditolak oleh Jay.

"Biar aku saja yang mengantarnya pulang. Rumah kami satu arah " Jay berkata sembari mengambil jaket luarnya dan bersiap berjalan kearah mobilnya.

"Apakah tidak merepotkan? Aku bisa ikut Victor dan Chan saja kalau memang kamu sedang sibuk" Sana bertanya sekali lagi, takut menganggu Jay yang terkenal sibuk itu.

"Tidak, aku juga memang ingin pulang ke rumah. Kamu bisa ikut aku kalau mau," Jay berjalan lebih dulu kearah mobil sedan hitamnya. Sana pun mengangguk dan mengucapkan selamat tinggal kepada Victor dan Chan.

Keduanya masih tidak percaya akan Jay hari ini yang tampak lebih ramah dan lebih baik dari biasanya. Di dalam mobil, Sana dan Jay tidak banyak berbicara. Hanya bertanya seputar orang tua masing-masing yang baru belakangan ini mereka ketahui sudah berteman sejak lama. Rumah Sana dan Jay memang satu arah, hanya saja keduanya yang tidak begitu dekat membuat keduanya tidak menyadari hal tersebut.

"Ternyata kamu tidak seburuk yang aku bayangkan," Sana berkata mememcah suasana hening yang tercipta selama 10 menit terakhir.

"Memangnya, aku seburuk apa?" Jay bertanya tanpa menolehkan kepalanya dan tetap fokus menyetir.

"Arogan dan sombong, tapi ternyata tidak. Setidaknya, kamu tidak sombong," Sana terkekeh kecil

Jay hanya tersenyum seadanya, ini adalah kesekian kalinya ia mendengar sifat sombong dan arogan disematkan pada dirinya.

Sesampainya di rumah Sana, orang tua Sana menyuruh Jay untuk turun dan berkunjung sebentar. Namun, Jay menolak dengan alasan ingin cepat pulang ke rumah karena akan ada rapat online. Sana tertidur lelap di sebelah Jay, Ia ingin membuka sabuk pengaman tetapi tiba-tiba sana matanya terbuka.Sana kaget , tetapi hati nya belum sepenuhnya terbuka bagi Jay sebagai calon suaminya walaupun keduanya hanya dijodohkan secara paksa. Namun, setidaknya sifat dan citra Jay yang dingin telah berubah di mata Sana. Perubahan inilah yang nantinya akan membuat cerita keduanya semakin manis dan berbumbu.

***************************

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku