Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Obsession Or Love

Obsession Or Love

Pecinta donat

5.0
Komentar
1.1K
Penayangan
21
Bab

Kisah tentang seorang gadis bernama Alexa yang harus menghadapi bagaimana perlakuan Erlangga terhadap dirinya, lelaki yang dikenalkan oleh neneknya, dan dijodohkan dengan Alexa. Bagaimana kehidupan keduanya? Benarkah cinta yang Erlangga taruh di hatinya untuk Alexa, atau bukan?

Bab 1 Pertemuan Dengan Vero

"Sorry, gue gak sengaja," ucap Alexa, kepada seorang lelaki yang tak sengaja dia tabrak di minimarket.

Lelaki tersebut menggunakan masker, sama seperti Alexa dan tak mengucapkan apa-apa. Alexa membantu lelaki yang belum diketahui namanya itu memasukkan barang-barangnya ke keranjang. Setelah itu, keduanya saling berpandangan. Entah kenapa melihat kedua manik mata lelaki itu membuat Alexa langsung merasa jatuh hati. Mata lelaki itu sipit, dia menggunakan hoodie berwarna hitam.

Akhirnya, Alexa memutuskan kontak matanya dan langsung beranjak menuju kasir untuk membayar makanan yang dibelinya. Alexa membeli cemilan untuk menemaninya belajar malam ini karena besok pagi hari pertamanya di kampus untuk UTS. Alexa merupakan mahasiswi dari fakultas psikologi di Universitas Indonesia yang ada di kota Jakarta. Alexa pergi ke minimarket diantar oleh sepupunya yang bernama Deviaska atau biasa dipanggil Devi.

"Gimana? Udah? Lama banget sih lo," komentar Devi.

Alexa tersenyum girang ketika tiba di mobil. "Gila sih lo harus tahu ini, tadi gue gak sengaja nabrak cowok di dalem. Ternyata gila sih ganteng banget! Kayak orang Korea, matanya sipit! Ini sih harus gue cari tahu."

"Cie lah, siapa tuh? Buat gue aja kali," goda Devi.

"Enak aja, kagak-kagak. Udah cepetan balik, udah malem gue mau belajar!" perintah Alexa.

Devi mengendarai mobil dengan kecepatan sedang karena hari sudah malam, sehingga penerangan pun tidak terlalu jelas. Di mobil Alexa tertidur, sangat pulas karena kelelahan seharian ini tidak istirahat sama sekali. Alexa dan Devi merupakan sepupu, mereka tinggal satu rumah karena Devi ditinggal kerja oleh orang tuanya di Amerika, kedua orang tuanya sudah sangat percaya kepada keluarga Alexa.

Mobil berwarna merah yang dikendarai Devi telah sampai di depan sebuah rumah mewah, rumah milik Eza, Ayahnya Alexa. Saat tiba di rumah, Alexa masih belum juga bangun. Devi ingin membangunkan tapi tak tega, alhasil Devi memutuskan untuk berdiam diri di mobil menunggu Alexa terbangun. Hari sudah semakin malam, udara terasa semakin dingin.

Mau tak mau Devi harus membangunkan Alexa karena besok pagi keduanya harus kuliah. Sedikit informasi, Devi dan Alexa kuliah di kampus yang berbeda.

Devi menepuk pundak Alexa, kemudian berucap, "Lexa, bangun kita udah sampe nih. Buruan gue ngantuk banget," ucapnya.

Alexa mengucek matanya, lalu melihat jam berapa di ponselnya. "Sunpah? Ini jam sepuluh? Kenapa lo gak bangunin gue sih Dev? Kan lo tahu gue mau belajar malam ini, ah lo mah gak asih."

"Ya kan gu-" Belum sempat Devi menyelesaikan ucapannya, Alexa sudah memotongnya lebih dulu.

"Gue gak mau denger, pasti lo mau bilang kalo lo kasihan sama gue. Iya 'kan? Udah deh gue males." Alexa keluar dari mobil dengan perasaan kesal.

Di dalam kamar Alexa memulai kegiatan belajarnya, dia menghapal dengan serius. Alexa dikenal di kampus sebagai mahasiswi yang berprestasi, cantik dan banyak dikejar-kejar oleh lelaki di kampusnya. Tapi setelah diselingkuhi oleh masa lalunya, Alexa sampai saat ini belum berniat memiliki kekasih lagi. Dia masih menghilangkan ketakutan dari masa lalunya itu dan fokus dengan kegiatannya sebagai mahasiswi.

"Lexa." Pintu kamar Alexa terbuka, ada sosok Gita Neneknya Alexa yang datang membawakan susu untuk cucu kesayangannya itu.

Alexa menatap Gita dan tersenyum. "Nenek, padahal gak usah repot-repot. Aku juga bisa ambil susunya sendiri nanti, lagian ini udah ada makanan."

"Nenek ke mari, sekalian mau bahas sesuatu sama kamu," ucap Gita. "Nenek udah bicarakan hal ini sama papa kamu, jadi kita berdua sepakat untuk menjodohkan kamu sama anak temen papa kamu, kamu mau ya sayang?" Lalu, Gita menaruh susu cokelat kesukaan Alexa di meja belajar Alexa.

Alexa memejamkan kedua matanya. "Kasih aku waktu dulu ya, nek. Nanti kalo aku udah dapet jawabannya pasti aku kabarin nenek."

"Ya sudah, nenek tunggu jawaban kamu ya. Jangan begadang besok harus bangun pagi," nasehat Gita, kemudian dia meninggalkan kamar Alexa.

Gawat, kalo gue dijodohin. Gimana rencana gue buat dapetin hati cowok yang tadi di minimarker? Gak bisa dibiarin ini, batin Alexa.

***

Pagi ini Alexa bangun lebih awal, setelah semalaman dia belajar dan begadang mencari informasi tentang cowok yang ditemuinya di minimarket. Alexa tidak bisa tidur, maka dari itu dia memutuskan untuk telepon bersama Herawhaty saja, salah satu teman akrabnya di kampus. Sebelum berangkat, Alexa sarapan terlebih dahulu bersama Gita, Eza dan Devi. Mereka sarapan dalam keadaan hening, hanya ada suara sendok dan piring yang beradu.

Di sela-sela sarapan itu, Gita kembali menanyakan tentang pembicaraannya dengan Alexa semalam. Dia tak sabar ingin melihat cucu kesayangannya itu naik ke pelaminan bersama anak dari teman kerja Eza. Gita sudah tahu siapa yang akan dijodohkan dengan Alexa, lelaki yang baik, namun masih kuliah juga sama seperti Alexa. Hanya saja anak dari teman Eza itu sudah berada di semester akhir yang tandanya sebentar lagi akan lulus.

"Jadi gimana, Lexa? Apakah kamu mau menerima perjodohan itu?" tanya Eza.

Alexa mengembuskan napasnya kasar. "Maaf yah, kayaknya aku gak bisa terima perjodohan itu."

"Tapi Lexa, mau sampai kapan kamu sendiri terus? Buka pintu hati kamu untuk orang lain, Lexa. Umur kamu juga sudah semakin tua, gak mungkin kamu terus sendirian," komentar Eza.

"Sabar yah, aku juga lagi usaha supaya bisa buka hati. Tapi susah, ayah gak tahu gimana masa lalu aku. Udah lah yah, aku jadi gak ada mood makan." Alexa meninggalkan ruang makan dan memutuskan untuk langsung berangkat ke kampus.

Alexa berangkat ke kampus menggunakan mobil, yang biasa dikendarai sendiri. Eza hanya bisa memaksa Alexa saja untuk memenuhi keinginannya sendiri. Berbeda dengan Ibu Alexa, Ranti yang sudah lima tahun telah tiada. Ratih tidak pernah memaksa kehendak Alexa, justru wanita itu selalu menginginkan apa yang menjadi keputusan Alexa. Mengingat itu, Alexa jadi rindu akan sosok Ranti di sisinya.

Selama perjalanan Alexa hanya bisa menahan kesalnya, perutnya masih lapar karena sarapannya tadi belum habis. Sesampainya di kampus, Alexa ke kantin terlebih dahulu untuk membeli makanan dan kebetulan sekali Hera sudah menunggunya di sana. Hera tengah menyantap bakso kesukaannya, salah satu hobi Hera memang makan. Tapi siapa sangka, Hera juga termasuk salah satu mahasiswi aktif di kampusnya.

"Hei jegeg ayu, tumben lo sarapan di sini? Mau gue pesenin apa?" tawar Hera.

Alexa menggelengkan kepalanya, kemudian berucap, "Gue kesel, masa iya gue mau dijodohin? Ga banget 'kan? Jadi tadi pagi gue sarapan sedikit, mau makan di sini. By the way, biar gue pesen sendiri aja tunggu di sini bentar," jelasnya.

Ketika Alexa selesai memesan makanannya yaitu bakso dan jus jeruk, tiba-tiba ada seorang lelaki yang tengah memesan menu yang sama seperti Alexa, untuk kedua kalinya Alexa saling berpandangan dengan lelaki itu. Dia adalah lelaki yang kemarin bertemu dengan Alexa di minimarket, melihat Alexa kembali lelaki itu jadi penasaran akan sosok gadis yang ada di depannya saat ini.

"Lo, yang kemarin malam di minimarket itu 'kan? Kenalin gue Vero, gue dari fakultas ekonomi." Vero menjulurkan tangannya, mengajak Alexa untuk berkenalan.

Dengan cepat, Alexa membalas juluran tangan Vero. "Gue Alexa, d-dari fakultas psikologi. Salam kenal ya, eum ngomong-ngomong boleh tukeran wa atau ig? Biar lebih deket aja."

"Oh iya boleh, sebentar."

Vero mulai menyebutkan nomor teleponnya dan menyebut pula apa nama media sosialnya, setelah berhasil mendapatkan nomor telepon dan media social Vero, Alexa kembali ke mejanya. Di sana Hera sudah menantinya, bakso yang Hera pesan sudah hampir habis. Alexa datang dengan wajah yang gembira, hatinya seperti dihujani ribuan bunga. Ternya Vero benar-benar mirip orang Korea, wajahnya benar-benar tampan.

"Kenapa sih lo? Kesambet ya?" Hera bergidik ngeri melihat Alexa yang senyum-senyum sendiri.

"Sembarangan lo ya kalo ngomong, gue tuh lagi seneng aja. Lo kenal Vero gak? Anak dari fakultas ekonomi, dia ganteng bener udah dua kali ketemu sama gue. Gemes banget pengen gue kejar terus sampe dapet," ucap Alexa dengan senyum yang terus terukir di wajahnya.

Hera menatap Alexa serius. "Woy, serius? Wah jangan deh Lexa, lo gak tahu? Dia udah punya pacar, tapi emang sih cewenya bukan di kampus kita. Intinya cewenya tuh anak kampus lain, sebelas dua belas lah sama lo cantiknya."

"Ah, masa sih? Tapi keliatannya kayak jomblo. Gak percaya, intinya gue mau deketin dia dulu. Temenan juga lama-lama bisa jadi demen," jelas Alexa.

Hera memutar kedua bola matanya malas, kemudian berucap, "Susah deh bilang sama lo, terserah dah tapi kalo lo dilabrak sama cewenya jangan salahin gue," ungkapnya dengan perasaan kesal.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku