this story has been deleted
Dekorasi malam itu terlihat sangat mewah. Ballrom hotel mewah sebuah hotel berbintang lima di Jakarta itu benar-benar disulap seperti dunia sihir yang penuh kilauan lampu juga taburan bunga yang indah. Dekorasi dan pajangan yang dirancang oleh seorang WO profesional terlihat memanjakan mata. Pelayan-pelayan yang bertugas di tempat mereka masing-masing pun terlihat sangat cekatan.
Abaikan Ballrom itu, karena di salah satu kamar hotel, Ervin Chandra Dwigupta sedang menatap terpana pada calon wanita yang akan dilamarnya hari ini. Wanita bernama Nadia Putri itu terlihat sangat menawan dengan balutan gaun merah muda dan riasan yang sangat flawless, benar-benar cantik untuk wajahnya yang menarik.
Selama Nadia didandani, Ervin tak henti menatap Nadia. Sesekali mereka tidak sengaja bertemu pandang dan hal tersebut membuat mereka pun tersenyum satu dengan lainnya.
"Jangan gugup, ya~" ucap penata rias, saat dia menangkap Nadia tersipu dengan wajah yang menatap ke arah cermin. "Jangan gugup, jangan nangis juga. Kasihan make up-nya nanti luntur."
"Apaan sih, itu liat, Ervin ngeliatin terus, kan jadinya malu." Jawab Nadia masih dengan wajah tersipu malu.
"Aduh, pengantin laki ... kan, udah rapi tuh pakaiannya, mending keluar deh, biar pengantin perempuannya nggak grogi." Usir si penata rias yang sedikit keibuan itu. Hingga tiba-tiba asistennya yang juga ikut merasa canggung dengan saling tatapnya calon raja dan ratu malam itu pun langsung mengamini ucapan si penata rias tersebut dan mengusir Ervan dari kamar di mana Nadia masih dirias.
Karena tidak tahu harus pergi ke mana, padahal acara masih sekitar dua puluh menit lagi dimulai, membuat Ervin hanya bisa menunggu di koridor sambil memainkan ponselnya. Tapi, saat dia sedang asik melihat-lihat thread di tweeter. Pria berusia tiga puluh tahunan ini dihampiri sepupunya.
"Kak, ngapain di sini?"
"Tuh, make up artisnya nyuruh gue ke luar. Kamu mau ke mana?"
"Mau ngajak kakak turun. Yuk, sekalian cek tamu. udah pada mulai dateng tuh."
"Papa sama Mama udah dateng?"
"Justru om sama tante yang nyuruh aku jemput kakak buat turun."
"Ya udah, kalau begitu." Ervin meraih bahu sepupunya itu dan berjalan berdampingan menuju ke lantai bawah.
Ervin terkejut, ketika dia tiba di bawah dan menemukan banyak sekali orang yang dia kenal, mereka langsung menghampirinya, memeluk pria itu dan mengucapkan selamat sambil menepuk punggung Ervin beberapa kali sebagai tanda bahwa mereka bangga satu dengan lainnya. Dan tentu saja, itu juga yang Ervin lakukan ketika dia mengucapkan terima kasih.
"Nggak nyangka gue, bro. Elu bakal secepat ini." Celetuk seorang teman.
"Hei, di umur dia yang sekarang, seenggaknya dia ini udah jadi bapak, hahaha ...." tawa yang lain sambil menepuk-nepuk pundak Ervin.
"Sembarangan, begini-begini gue masih muda." Sanggah Ervin.
"Iya deh, iya. Haha ...."
Candaan demi candaan terdengar di antara Ervin juga teman-temannya. Hingga perhatian Ervin tertuju pada siluet sepasang suami istri yang sedang duduk dan mengobrol satu sama lain, di sebuah bangku di meja bundar tempat jamuan.
"Bro, gue tinggal sebentar, ya."
"Oh, oke."
Ervin berjalan mendekati pasangan suami istri berusia sekitar enam puluh tahunan itu. Meski beberapa kali langkahnya terhenti karena disapa oleh beberapa tamu yang mengucapkan selamat padanya, tapi, akhirnya Ervin bisa menghampiri kedua orang tersebut.
"Pak Gunawan, Bu Anisina. Apa kabar?" sapa Ervin penuh hormat.
Mendengar nama keduanya dipanggil, pasangan ini langsung menghentikan obrolan mereka dan memfokuskan pandangan ke arah Ervin, yang menjadi bintang utama malam acara ini.
"Nak, Ervin. Selamat, ya." Ucap wanita paruh baya dengan wajah tua yang terlihat teduh dan menyejukkan itu. Bibirnya melengkung indah, memberikan senyum tulus pada Ervin meski meski sebenarnya, Ervin bisa menangkap kesedihan di mata mereka. Namun, pria ini mencoba untuk tidak terlalu membahas hal tersebut.
"Senang bisa melihat Anda berdua datang ke acara ini, pak, bu." Ucap Ervin lagi.
"Kami datang karena kami pernah mengenalmu. Jadi, anggap saja ini sebagai basa-basi kami untukmu." Jawab pria paruh baya yang dipanggil pak Gunawan oleh Ervin. Ada rasa tidak nyaman di hatinya tapi, Ervin tetap berusaha tersenyum.
Beberapa obrolan terjadi di antara Ervin dengan pasangan itu hingga acara pun dimulai. Ervin minta diri untuk naik ke mimbar untuk menghampiri pasangannya yang sudah cantik, mengenakan gaun berwarna merah muda yang semakin membuat penampilan Nadia semakin cantik.
MC acara memulai pekerjaannya, mengawali acara dengan beberapa candaan, sambutan juga banyak sekali tertawaan. Orang tua Ervin juga Nadia terlihat menangis haru karena acara tersebut. namun, tidak dengan Ervin sendiri. Karena, saat Ervin hendak melakukan acara tukar cincin, sepasang mata Ervin melihat seorang wanita yang sangat dia kenal, memakai gaun panjang yang sangat indah, memperlihatkan lekuk tubuhnya yang sangat bagus, sangat memesona. Bahkan, pesona wanita itu seolah menjadi daya tarik tersendiri, melebihi mempelai wanita malam tersebut.
Rambutnya yang panjang, terlihat bergelombang di ujung, anting-anting panjang yang bertabur swarovsky yang indah terlihat menjuntai di telinganya. Gaun panjang hingga menyapu lantai yang dia pakai juga terlihat sangat pas di tubuh indah perempuan itu, membuatnya sangat menawan hingga semua bibir berdecak kagum kala melihatnya. Terutama ketika dia tersenyum.
Dengan rasa terpesona yang sama juga karena merasa sangat mengenal wanita itu, Ervin yang baru saja selesai menyematkan cincin di jari manis Nadia pun langsung menghampiri wanita tersebut. wanita yang menatapnya sangat serius.
"Kamu...,"Ucap Ervin terbata, dengan tatapan tidak percaya, dia terus menatap wanita yang malam ini menjadi sorotan kedua dari sang tuan rumah acara.
"Lama tidak bertemu."Sapa wanita itu sambil tetap tersenyum menanggapi keterkejutan Ervin.
"Samantha...?" sapa Ervin sedikit ragu. Tapi, yang disapa hanya tersenyum. "Kau...sudah kembali ke Indonesia?" tanyanya lagi dan mendapat jawaban dengan sebuah anggukan ringan dari Samantha. "Kap-kapan balik-"
"Samantha, paman mulai mengeluh dan ingin kita pergi." Panggil seorang pria dengan setelan jas berwarna abu-abu gelap sambil menyentuh bahu kurus Samantha, memotong kalimat Ervin yang belum sempurna.
Namun, Ervin tidak seketika itu saja membiarkan Samantha pergi begitu saja. Pria ini menahan tangan wanita berparas cantik itu. "Siapa dia?"Tanya Ervin dengan sedikit penekanan pada pertanyaannya.
"Kenapa kau penasaran?" Samantha tersenyum dengan sedikit mencemooh. "Kau akan tahu, tapi aku datang kemari hanya untuk memberimu selamat untuk acara ini dan jujur, ini adalah acara yang sangat mewah. Selamat tapi, aku harus pergi." Ucap Samantha sambil mengajak teman prianya.
Beberapa kali Ervan meminta agar Samantha untuk menunggu tapi, Samantha sama sekali tik mau menunggu. Wanita berparas indah bak porselen hidup itu pun terus bergerak menjauh bersama teman prianya. Bahkan, saat mereka melewati pintu ke luar ballroom dan menghampiri pasangan Gunawan yang tak lain adalah orang tua Samantha. Ervin benar-benar tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Tentu saja, karena selama lebih dari dua tahun setelah mereka berpisah ini adalah kali pertama mereka bertemu kembali.