Dara pikir Bryan adalah cinta pertama dan terakhirnya. Namun, tiba-tiba dia memilih bersama Tasya, sahabat perempuan yang selama ini selalu menjadi prioritasnya. Saat itu Nayla benar-benar hancur. Hubungan yang terjalin hampir dua tahun kandas di tengah jalan meninggalkan kekecewaan yang teramat dalam. Lantas, bagaimana usaha Dara agar bisa cepat melupakan Bryan? Dan bisakah kedatangan Zyan mampu membuatnya bangkit?
Kedua kaki Dara mundur dengan perlahan. Bulir bening yang sedari tadi dia tahan mulai meluruh dari kedua kelopak matanya. Dara merasakan sesak yang seolah menghantam dadanya. Tatapan Dara menyiratkan rasa kecewa yang amat dalam kepada seorang lelaki di hadapannya.
"Maaf, Dara. Aku benar-benar minta maaf ...."
Dara mencoba menarik kedua sudut bibirnya meskipun isak tangis masih mengudara. "Aku tidak menyangka. Ternyata kamu memang sejahat itu, Bryan."
"Aku tahu, dan aku minta maaf. Ini memang salahku."
"Kenapa harus aku, Bryan? Kenapa bukan orang lain saja yang kamu bodohi?" Dara tertawa hambar, dia menahan Bryan agar tidak mendekat.
"Jangan menyentuhku. Kamu menjijikkan."
Bryan mengepalkan jemari tangannya di sisi celana. Dia mengembuskan napas panjang setelahnya. "Aku bisa menjelaskan semuanya, kita bisa bicara baik-baik, Dara. Jangan seperti ini."
"Maaf ... aku sudah tidak membutuhkanmu lagi. Aku harap kamu bisa bahagia dengan gadis itu. Dan sekali lagi aku minta maaf karena belum bisa menjadi yang terbaik untukmu."
"Dara?" Bryan menatap Dara dengan sorot sendu. Menyesal, khawatir, semuanya menjadi satu.
Dara tertawa pahit. "Kita tidak ditakdirkan, dan kenyataannya kamu lebih memilih dia. Lalu, apalagi yang harus dijelaskan? Semuanya sudah selesai, Bryan."
"Tasya sakit, dan dia membutuhkanku. Aku tidak bisa meninggalkan dia, tapi aku juga tidak mau kehilanganmu. Kamu yang aku cintai, Dara. Bukan Tasya," jelas Bryan, mencoba menggapai tangan Dara, namun segera ditepis kasar oleh gadis itu.
"Basi. Bukankah sudah jelas jika dia lebih kamu prioritaskan? Lucu sekali jika kamu mengatakan bahwa kamu mencintaiku, tapi juga menyayangi gadis lain? Sudahlah, lebih baik aku pergi saja agar kalian bisa bahagia."
Senyuman Dara memudar. Tergantikan dengan helaan napas panjang. "Kita sampai di sini, Bryan. Kamu bukan takdirku. Dan aku tidak pantas untukmu. Maaf ... aku pergi. Dan tolong, jangan temui aku lagi ...."
Bryan memejamkan matanya sejenak, merasakan kalimat menyakitkan yang keluar dari bibir Dara. Lelaki itu membuka matanya kembali ketika mendengar suara derap langkah menjauh. Bryan melihat Dara yang berlalu pergi meninggalkan dirinya.
Bryan menatap punggung Dara dengan hati yang tercabik-cabik. Dia berteriak sekencang mungkin. "Dara! Berhentilah, Dara! Aku mohon! Aku mohon berhenti, Dara!"
Sayangnya, teriakan itu tidak mampu menggoyahkan hati Dara untuk berbalik. Dara tetap meneruskan langkahnya sampai suara Bryan tidak terdengar lagi. Dara menahan tangis, isakan, serta rasa sakit yang menusuk hatinya karena seorang lelaki yang telah membuatnya kecewa.
Dara baru menghentikan langkahnya ketika sampai di sebuah bangku kecil yang berada di taman. Dara mendudukkan dirinya dan menumpahkan semua yang ditahannya. Dara menangis, sepuasnya, dan tidak memedulikan seberapa dinginnya air hujan yang mulai jatuh mengenai tubuhnya.
"Aku memang bodoh, sangat-sangat bodoh hingga mau mempertahankan lelaki seperti dia. Aku sungguh menyesal dan sia-sia karena telah mengenalnya," lirih Dara dengan kepala menunduk.
Suara petir menggelegar, angin kencang, serta derasnya air hujan yang mengguyur tidak mampu membuat Dara beranjak sedikit pun. Dara membiarkan bulir bening itu jatuh bersama dengan hujan yang seolah ikut meratapi takdirnya yang menyakitkan, serta nasibnya yang begitu menyedihkan.
Dara memejamkan mata, merasakan dinginnya air hujan yang menusuk kulit putihnya. Namun, Dara terkejut ketika tiba-tiba dia tidak lagi merasakan itu semua. Tubuhnya bahkan terasa hangat seperti diselimuti oleh kain tebal. Serta suara seseorang yang seketika membuat Dara membuka matanya.
"Hai?"
Dara terkesiap, dia mengerjapkan mata beberapa kali. Seorang lelaki berdiri di hadapannya dengan payung yang dipegangnya. Dara refleks mendongak, melihat dia kini telah terlindungi dari hujan karena payung yang lelaki itu bawa.
"Mari berteduh, nanti kamu sakit."
Lelaki itu berkata lagi, yang membuat Dara tidak sanggup membalasnya. Dara masih bergeming, menatap lelaki bertubuh tinggi dengan alis tebal itu tanpa berkedip. Dara tiba-tiba merasakan sentuhan aneh pada tubuhnya.
"Jangan bengong, ayo berdiri." Lelaki itu menyentuh lengan Dara dengan pelan.
Bab 1 Bukan Takdir
21/01/2024
Bab 2 Lelaki Menawan
21/01/2024
Bab 3 Sahabat Setia
21/01/2024
Bab 4 Bertemu Kembali
21/01/2024
Bab 5 Pelukan Terakhir
21/01/2024
Bab 6 Permen Stroberi
21/01/2024
Bab 7 Es Krim
21/01/2024
Bab 8 Menyesali Semuanya
21/01/2024
Bab 9 Perasaan Hancur
21/01/2024
Bab 10 Melupakan Mantan
21/01/2024
Bab 11 Ajakan Zyan
21/01/2024
Bab 12 Rumah Pohon
21/01/2024
Bab 13 Ingin Membantumu
21/01/2024
Bab 14 Tentang Hobi
21/01/2024
Bab 15 Pantas Bahagia
21/01/2024
Bab 16 Obat Untukmu
21/01/2024
Bab 17 Gejolak Aneh
21/01/2024
Bab 18 Tumbuhlah Darinya
21/01/2024
Bab 19 Menghilangkan Kenangan
21/01/2024
Bab 20 Sangat Peka
21/01/2024
Bab 21 Tumor Otak
21/01/2024
Bab 22 Akan Melepaskanmu
21/01/2024
Bab 23 Sangat Jahat
21/01/2024
Bab 24 Bermain Hujan
21/01/2024
Bab 25 Dia Lupa
21/01/2024
Bab 26 Kekhawatiran Dara
21/01/2024
Bab 27 Seasing Itu
21/01/2024
Bab 28 Centang Satu
21/01/2024
Bab 29 Emosi Bryan
21/01/2024
Bab 30 Ungkapan Tasya
21/01/2024
Bab 31 Menjadi Milikku
21/01/2024
Bab 32 Cinta Pertama
21/01/2024
Bab 33 Awal Baru
21/01/2024
Bab 34 Permintaan Maaf
21/01/2024
Bab 35 Gadis Berbeda
21/01/2024
Bab 36 Kesempatan Memilikimu
21/01/2024
Bab 37 Menyembuhkan Lukaku
25/01/2024
Bab 38 Bersedia Menungguku
06/02/2024
Buku lain oleh Purplexyiii
Selebihnya