Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Sang Pemuas
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
"Tolong jangan saling menyiksa. Kita sama-sama terluka. Atas rasa yang pernah ada, aku bersumpah akan menikmatimu suatu hari nanti," kalimat yang masih diingat hingga saat ini.
Keduanya saling melepas penat mengabaikan keringat yang membuat mereka nikmat. Sherly menjambak rambut tebal milik laki-laki di hadapannya. Mereka sangat dekat. Jarak pun berhenti menjadi penghambat.
"Nice baby! Do it now!"
"Shit!"
"Badai itu datang tiba-tiba membuatku tidak siap menyambutnya. Yang membuatku takut untuk kembali jatuh cinta, kini aku tersesat dengan dua rasa," ucap wanita kepada bayangannya.
Biasa disebut Angel ataupun Sherly. Wanita berusia dua puluh tiga tahun yang berhasil menduduki kursi CEO di perusahaan ternama. Bahkan Sherly merupakan salah satu CEO wanita di negara kelahirannya.
Jangan lupakan, penyandang nama lengkap Sherly Angel ini adalah pemilik perusahaan tempat dimana dia mendapatkan kedudukan tertingginya. Berparas cantik rupawan, serta senyum menawan membuat wanita itu sering kali terkekeh geli karena kesempurnaannya.
"Big thanks God, telah memberiku anugerah wajah secantik ini," gumam Sherly pada diri sendiri.
Bukan karena sombong, hanya saja hidupnya sekarang berbanding terbalik dengan masa lalunya. Latar belakang yang sangat buruk. Bahkan bisa dibilang lebih dari sekedar buruk. Hampir mirip sesuatu yang terkutuk. Hanya goresan luka, tanpa ada secuil bahagia. Semangat membaralah yang membawa wanita itu sampai di titik suksesnya.
"Tok tok tok" suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Sherly.
"Masuk," ucap wanita itu dengan santai.
Laki-laki tampan menyembulkan kepala, disusul keseluruhan bentuk tubuhnya. Dave Anggara, asisten pribadi sekaligus sekretaris Sherly yang baru menemaninya enam bulan ini.
Tiga tahun yang lalu Sherly hanyalah sekretaris. Tidak tanggung-tanggung wanita itu mengambil kuliah di malam hari demi mendapatkan gelar yang akan mengubah, hidupnya suatu saat nanti. Dan kini terbukti, enam bulan yang lalu wanita itu telah resmi menjadi pimpinan di sana.
"Nona, ada berkas yang harus anda tanda tangani," ucap Dave sopan seraya menundukkan wajahnya.
"Hei Dave, kamu bahkan lebih tua dariku. Tidak seharusnya memberikan hormat berlebihan seperti ini," tegur Sherly.
Wanita itu bangkit dari kursi kebesarannya menghampiri Dave yang mematung di ujung meja. Tersenyum ke arah laki-laki itu, seolah senyuman Sherly membuat dunia Dave runtuh.
"Please nona, jangan terus tersenyum! Kamu terlalu ramah! Ah bahkan hanya untuk mengagumimu aku sadar ada benteng yang memisahkan kita," rutuk Dave dalam hati.
"Dave, aku sudah di hadapanmu. Apa kamu, tidak akan memberikan dokumen itu kepadaku?," tanya Sherly saat sadar Dave tidak bergeming sama sekali.
"Eh, ma-maaf nona. Ini silahkan anda tanda tangani di sini," ucap Dave gugup seraya mengulurkan dokumen dan membukanya.
Sialnya Dave memperlihatkan jemarinya yang bergetar. Sungguh laki-laki bodoh hanya karena berada di jarak sedekat ini dengan Sherly membuat jiwa lelakinya jatuh.
Senyum simpul terbit di bibir Sherly mengiringi mata indahnya yang membaca tiap bait kata yang tertata di sana.
"Done! Lagi, jangan memanggilku nona. Cukup dengan menyebut namaku," jelas Sherly setelah selesai menandatangani dokumen dan menyerahkan berkas itu kepada Dave.
"Ah sial! Apa katamu nona? Cukup menyebut namamu? Seperti saat bercinta saja," bisik sisi liar yang Dave miliki.
Tidak dipungkiri pesona Sherly mampu meluluhkan hati kaum adam jika mereka tidak kuat dengan imannya. Terlampau sempurna hingga membuat kaum hawa selalu mencibirnya.
Dave diam bukan berarti tidak tahu diri sedang dimana dia berada. Namun laki-laki itu sibuk membayangkan adegan erotis jika seandainya dialah pemilik ruangan yang saat ini ini dipijakinya.
"Dave," seru Sherly kesal.
Wanita itu merasa diabaikan. Bahkan setelah dia memanggil nama asisten pribadinya, laki-laki itu tetap diam.
"Davee!" teriak Sherly pada akhirnya.
"Apa saja jadwalku hari ini?" imbuhnya.