Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Sepasang Luka

Sepasang Luka

shenaz

5.0
Komentar
2
Penayangan
5
Bab

Dia, Andreas Diafahri. Seorang pemimpin geng terkenal di antara teman-temannya. Ia bertemu dengan seorang gadis aneh dan sakti, dan sayangnya itu malah membuat hatinya bergetar saat berada di dekatnya. Gadis yang memberinya kebahagiaan, gadis yang mungkin dia cari. Sayangnya, jalan hidupnya seolah dipermainkan, ia dan gadis itu harus melewati rintangan yang sangat berbahaya, masalah datang silih berganti. Dan hal-hal lain yang belum pernah mereka rasakan. Akankah keduanya bisa bersama? Atau bahkan tidak bersama sampai kapanpun? Penasaran, jika penasaran maka kamu wajib membaca cerita ini sampai selesai.

Bab 1 Pengenalan

Dia Andreas Diafahri, seorang ketua geng Starfish yang sangat di segani banyak orang. Tak dapat di pungkiri, geng tersebut sangat melegenda pada masanya.

Bahkan Starfish mempunyai beberapa angkatan sebelumnya yang tak kalah keren.

Kini angkatan ke-12 Starfish memiliki anggota yang sungguh menawan. Di sekolahnya, mereka adalah perkumpulan most wanted yang tak ada duanya. Parah! Semua gadis akan berteriak saat mereka menginjakkan kakinya di tanah sekolah.

Mereka, diantaranya yaitu.

1. Andreas Diafahri, ia ketua biasa di sebut Reas oleh teman-temannya. Wajahnya dingin, kejam, mempunyai tatapan mata yang bisa menghunus siapa saja yang menantangnya. Nalarnya sungguh kuat, tak ada yang bisa menandingi meskipun itu wakilnya sendiri. Tak ada!

2. Roygan Pattimura, si wakil Starfish yang menjabat duta fakboy nomor Wahid di sekolahnya. Wajahnya sebelas dua belas dengan Reas, tapi Roy masih ada di bawah Reas. Panggilan teman-temannya yaitu Roy.

3. Gumelar Sadega, atau yang biasa di sebut Ega. Si pemimpin pertarungan. Otaknya sungguh berambisius dalam mengambil strategi penyerangan. Ia akan menggunakan seluruh kepintarannya agar mendapatkan yang ia inginkan dalam misi penyerangannya.

4. Morgan Axelion, teman-temannya memanggil Morgan. Ia termasuk anggota inti yang memiliki wajah bak perempuan. Imut, cantik, dan juga manis. Tapi jangan terkecoh, tenaganya sungguh dapat mengalahkan Roy dalam sekejap.

5. Yang terakhir ada Haikal Pradistira, cowo childish yang doyan makan ice cream. Jika ada yang bertanya mengapa Ikal bisa masuk Starfish, jawabannya yaitu kelicikannya dalam mengelabui musuh.

Mereka semua diangkat menjadi anggota inti oleh pemimpin sebelumnya. Memercayakan sepenuhnya tanggung jawab sebagai ketua kepada Reas, si pemilik mata elang yang siap menghunus lawannya dalam sekejap kedipan mata.

Kelimanya bersekolah di salah satu SMA ternama di kota Jakarta. Namanya SMA Gumantara, sang pemilik sekolahan tersebut ialah papah Reas, jadi jangan salahkan Reas jika ia akan bertindak semena-mena. Oh tidak, Reas bertindak semena-mena hanya kepada orang yang mengusiknya. Terlepas dari itu ia akan santai dengan siapapun. Namun sayangnya, semua orang takut walau hanya duduk di dekatnya. Paling mentok mereka hanya memandangnya dari jauh. Sungguh Aura Reas sangat mengerikan untuk siapa saja.

Mobil sport mewah sudah terparkir rapih di tempat parkiran pribadi anggota Starfish. Mereka mulai berjalan memasuki kelas, tidak...tidak kali ini mereka akan membolos. Itu semua dilakukan bukan tanpa alasan, Reas hanya ingin mendiskusikan tentang perlawanan kepada musuhnya yang sudah mengusik ketenangan seluruh anggota Starfish beberapa hari lalu.

Brak!

"Lu punya mata gak sih an**ng!" bentak seorang perempuan yang tertabrak oleh Andreas.

Semua orang yang menyaksikannya cukup terkejut atas perkataan yang perempuan itu lontarkan. Andreas hanya tersenyum menyeringai, menatap penuh intimidasi sosok yang ada di hadapannya ini.

Menarik hatinya.

Ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana sekolah. Tatapannya seolah meminta paksa agar perempuan di hadapannya ini meminta maaf.

Luna Arabella. Gadis yang menabrak tubuh Andreas dan memakinya dengan perkataan kasar.

Dari sorot matanya ia tak terlihat ketakutan meskipun tengah berada di depan sosok Andreas.

"Apa lu liat-liat gue!"

Roy, Ega, Morgan dan juga Ikal mengedipkan mata mereka berkali-kali. Sungguh kejadian langka bagi mereka. Gadis di hadapan ketuanya terlihat begitu menyeramkan, dan juga tak mengenal kata takut.

Sedangkan Andreas yang di tatap tajam oleh Luna hanya menatapnya datar. Tak ada suara yang keluar dari mulut ataupun bibirnya. Ah sudahlah, tak ada yang rugi tok disini merak kan yang sedang bertengkar.

"Minta maaf." Barulah suara Andreas terdengar setelah beberapa saat mereka hanya saling tatap menatap.

Alis Luna terangkat sebelah. Bukannya meminta maaf justru Luna malah menatap remeh kearah Andreas yang masih bersedekap dada.

"Gue?" tanyanya sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Minta maaf?"

"Sama lu?" Kembali bertanya, kali ini arah tunjuknya mengarah kepada Andreas.

"SUDI NAJIS!" teriak Luna sambil berjalan cepat meninggalkan Andreas bersama para teman-temannya.

Roy membulatkan kedua matanya. Ia menggumamkam kalimat wow untuk Luna.

"Gila tu cewe, cantik banget woy!"

Jdugh! Kepala Roy di timpuk oleh sapu karena terlalu memusingkan bagi Andreas. Roy tak bisa apa-apa lagi, ia langsung diam saat melihat sorot dingin dan juga tatapan mata ketua mereka. Siapa lagi jika bukan Andreas Diafahri.

Tak ada yang mengetahui seringaian menakutkan yang muncul di balik wajah tampan Reas. Itu semua ia tujukan untuk Luna Arabella, gadis yang menarik perhatiannya sejak tadi. Oh, jangan lupakan tentang fakta dirinya yang di permalukan di depan umum.

"Good girls. Tunggu permainan istimewa dari gue," gumamnya yang tak dapat di dengar oleh siapa-siapa selain dirinya.

Mereka melanjutkan langkahnya menuju basecamp, yaitu gudang sekolah yang di ubah menjadi tempat yang nyaman oleh Roy. Ya, si fakboy ternyata sangat suka akan kebersihan dan juga kenyamanan.

"Apaaaa!!!" teriak Ikal-si childish boy. Keempat laki-laki tersebut menoleh ke arah asal suara tadi. Di sana, terlihat Ikal yang sudah memberenggut kesal, bibirnya ia lengkukan ke bawah tanda sedang bersedih. Ayolah, wajah Ikal sangat ingin di lempar pakai palu oleh si fakboy Starfish.

Andreas hanya menghela nafasnya kasar. Ia membuka tas yang di sampaikan di bahunya. Mengodok sesuatu yang bisa membuat bayi besar tersebut diam. Dapat!

Satu buah ice cream besar lengkap dengan toping coklat sudah ada di tangan kekar Andreas. Ia melemparkannya kearah Ikal, dengan semangat 45 di terimanya dengan gesit. Ketiga temannya hanya bisa mengusap dada sambil menatap jengah manusia di hadapannya ini.

Sungguh childboy!

"Aaaa makasih banyak Aa Reasss...sayang banyak-banyak muach!"

Ega dan Morgan mendelik tak suka. Ia memperlihatkan wajah kesal bercampur jijik, sedangkan Roy hanya tertawa ngakak di tempatnya. Sungguh, dirinya sangat antusias melihat kegoblokan laki-laki childish di gengnya ini.

Tak terasa jalan mereka sudah sampai di tempat tujuan. Dimana basecamp tersebut sudah lumayan ramai oleh anak-anak SMA Gumantara. Dari kelas 10 ada, kelas 11 ada, dan kelas 12 hanyalah anggota inti.

"Pagi, bos!" sapa mereka semua saat anggota inti tersebut datang.

Keempat anggota inti selain Andreas tersenyum membalas sapaan adik kelasnya.

"Hallo Iyo, mau ice cream?" tawar Ikal kepada Rio, anak kelas 11 yang notebennya adalah anggota yang baru saja di rekrut oleh Roy, tentunya atas persetujuan dari Andreas.

Omong-omong tentang Andreas, kini laki-laki itu sedang duduk sila di sofa kesayangannya, tak lupa ia pun sangat sibuk berselancar di sosial media ya. Ada satu hal yang harus segera Reas temukan. Semua yang bersangkutan dengan gadis bar-bar yang sudah mempermalukannya tadi pagi.

Namanya Luna Arabella, gadis kelahiran 05 Februari 2004. Anak kedua dari dua bersaudara, memiliki seorang Abang yang bernama Christian Danendra.

Luna adalah murid baru kelas 11, ia pindah sekolah karena mengikuti jejak karir sang ayah yang sedang ditugaskan di daerah Jakarta. Maka dari itu Luna sebagai anak yang berbakti harus mengikuti apa yang orang tuanya bicarakan. Konon katanya, kata-kata atau petuah dari orang tua itu sangat lah benar, jadi dosa baginya jika harus membantah perkataan Mommy dan juga Daddynya.

Senyuman Andreas terukir sempurna. Semua tentang Luna sudah ia dapatkan.

Tinggal menunggu waktu saja untuk membalas dendam rasa kesalnya kepada gadis bar-bar itu.

Tolong ingatkan Andreas jika ia harus balas dendam.

***

"Jadi, gimana semuanya? Ada yang ingin menyampaikan pendapatnya?" tanya Roy saat sudah selesai menyampaikan arahannya dalam misi tawuran ini.

Semua anggota yang ada kompak menggelengkan kepalanya.

Roy tersenyum bangga pada dirinya. Di luar sana, Roy akan bertingkah menjadi fakboy brengsek yang hobinya gunta-ganti pacar. Tapi ingat, di dalam markas ia akan berubah menjadi wakil pemimpin yang tegas, bijaksana, dan juga ambisius.

Roy memandang seluruh anggota inti, termasuk sang ketua mereka. Mempersilahkan kepada teman-temannya jika ada yang ingin di sampaikan.

Andreas maju ke depan, sepertinya ia akan membicarakan sesuatu.

Satu

Dua

Tiga

Empat

Tak ada tanda-tanda ia akan berbicara, baru saja Ikal hendak bersuara, tapi itu kalah cepat dengan suara baritone milik Andreas yang mengejutkan semua anggota. "Jaga dan lindungi Luna Arabella!" itu bukan permintaan, tapi itu adalah perintah.

Roy si fakboi mulai beraksi, mungkin setelah ini dirinya akan terus meledek sang ketuanya tersebut. Ia yakin ada rasa ketertarikan sendiri dari diri Andreas kepada gadis yang sudah mempermalukannya itu. Ah Roy tak ingin tahu lebih banyak, cukup melihat mata Andreas saja semuanya bisa terbongkar dengan gampang.

"Aa Reas suka sama Luna ya?" tanya Ikal sembari menggaruk pipinya yang tak gatal.

***

Suara bel istirahat sudah berbunyi, menghilangkan semua penat yang melanda para siswa yang selesai belajar. Kali ini otaknya akan di beri refreshing dahulu agar tidak terpacu oleh pelajaran saja.

Di sini tempatnya. Di kantin SMA Gumantara, kantin yang bisa dibilang cukup luas dan...bersih.

Meja-meja sudah terisi penuh oleh siswa siswi yang berdesak-desakkan. Luna dan Alma tak habis pikir, ia baru satu Minggu bersekolah di SMA ini, rasanya sudah banyak perubahan dari dirinya. Luna menunjuk satu bangku yang terlihat masih kosong diantara puluhan bangku yang sudah terisi. Alma ingin menghentikan aksi teman barunya ini, tapi apalah dayanya yang tak bisa mengatasi ke keras kepalaan dari diri Luna.

"Lun, elah. Nyari mati amat ni anak," gerutu Alma sudah merasa kesal dengan tingkah laku Luna yang melebihi gadis bar-bar pada umumnya. Ia gadis yang tak takut akan hal apapun.

Luna melihat temannya yang masih berdiri di sisi kursi yang di duduki ya. "Duduk, gak usah berdiri tuh masih kosong banyak." Tunjuknya pada keempat kursi yang masih kosong.

Perlakuannya mengundang banyak mata yang memperhatikan tingkah laku Luna. Alma sudah mulai merinding, tapi mau tak mau dirinya harus duduk mengikuti perintah Luna.

Pesanannya datang, mereka mulai melahapnya dengan tenang. Namun sayang, ketenangan tersebut sirna saat beberapa manusia Starfish mendatanginya dengan alis bertaut. "Berani-beraninya ni cewe dudukin tempat kita," ucap Ega.

Andreas memperhatikan gadis itu dengan saksama. Perlahan senyumannya terbit. Itu Luna, gadis yang membuat hatinya sedikit terusik oleh keberaniannya.

"2 orang cari tempat duduk di meja lain!" Perintah Andreas. Ia, Roy dan juga Ikal menuju meja yang di dalamnya ada Luna dan Alma. Sedangkan Morgan dan juga Ega patuh melakukan perintah yang Reas berikan, ia mengambil meja yang tak jauh dari meja Reas.

"Ehem."

Sekujur tubuh Alma menegang. Ia sangat tahu siapa pemilik suara baritone itu. Jantungnya sudah jedag-jedug dibuatnya. Alarm bawah sadarnya sudah memperingati dirinya agar cepat menghindar. Tapi sayang, gerakannya terhenti kala tangannya di cekal oleh Roy. "Mau kemana, hm? Duduk aja cantik."

Luna merotasikan bola matanya. Ia tak peduli dengan sekitar, dengan keberaniannya ia malah terus menghabiskan makanannya yang belum habis.

Alma hanya diam dengan perasaan yang gugup. Bisa-bisanya temannya ini biasa saja saat sang pemilik tempat memperhatikannya dengan intens. Duh, Alma jadi malu sendiri saat ini.

"Lun," panggil Alma pelan.

Luna menaikkan sebelah alisnya tanda bertanya 'apa'

"Udah selesai lu?" tanyanya pada Alma. Duh dasar bego, bagaimana caranya Alma bisa makan sedangkan Andreas dan juga teman-temannya menatap mereka dengan tatapan maut ah terkecuali Ikal yang hanya sibuk memakan ice cream miliknya.

"Yuk, balik kelas!"

Setelah mengatakan tersebut, Luna menarik tangan Alma agar mengikutinya. Berjalan santai seolah tak ada beban yang memberatkannya. Luna berjalan tanpa memperdulikan kehadiran anggota Starfish, ia pun tak melirik sama sekali padahal sejak awal Andreas selalu memperhatikannya dengan lekat.

Luna memang beda dari perempuan lain. Saat dimana perempuan lain akan mode blushing saat di tatap oleh laki-laki, sedangkan Luna akan merasa biasa saja seolah tak ada apa-apa.

Itulah sebabnya, semua laki-laki tak ada yang mau mendekatinya. Selain cuek, Luna juga galak pada lawannya. Ia tak segan-segan menendang, atau memukul siapa saja yang menganggu ketenangan dirinya.

Ternyata, ada kesamaan dari diri Luna dan juga Andreas. Yaitu sama-sama akan bertindak jika ada yang menganggu ketenangannya.

"Lah pergi," keluh Roy karena ia tak jadi menggoda Alma-teman Luna.

Andreas hanya mengedikkan bahunya tak acuh, ia mulai duduk diikuti keduanya. Lalu Roy menyuruh Ega dan juga Morgan agar kembali ke tempat mereka. Tempat yang di duduki Luna tadi tanpa ijin.

Anggota Starfish sudah menobatkan meja tersebut agar tak ada yang berani mendudukinya. Itu semua Andreas lakukan agar ia dan teman-temannya tak akan ikut berdesak-desakkan karena harus cape cape mencari tempat duduknya saat istirahat.

"Mau makan apa?" tanya Roy yang akan memesan makanan mereka.

"Biasa," jawab Andreas.

"Ice cream!" jawab Ikal dengan riang. Tak lama setelahnya teriakan menggema di kantin tersebut.

Pelakunya adalah Roy, ia menjitak kepala Ikal karena kesal akan jawaban nyelenehnya. Mana ada di kantin SMA ini sebuah ice cream. Memangnya sekolah ini sekolahan TK yang di kantinnya mengharuskan adanya ice cream. Huh, dasar bocil. Bisa-bisanya Andreas merekrut anggota seperti Ikal.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku