Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
373
Penayangan
24
Bab

Nur Alia, perempuan yang telah melewati dua kali keguguran, dua kali IUGR yaitu janin tidak berkembang dan satu kali bayi meninggal dalam kandungan Kelima kehamilan gagal itu berujung pada depresi hingga difitnah mandul oleh suami sendiri. Kemudian seorang datang membawa harapan penyembuhan luka, nyatanya membuat luka baru diatas sayatan luka lama Ditengah dera yang terus menggerus kenyakinannya akan cinta, Allah hadirkan dua malaikat kecil dalam rahim mandulnya

Bab 1 Prolog

Awan yang berarak di langit mulai berubah sedikit temaram. Redup senja mulai terasa menusuk. Tampak, seakan sebentar lagi buliran-buliran serupa jarum raksasa akan segera meluruh ke tempatku sedang bersimpuh.

Ayyash...

Maafkan Mama baru datang mengunjungimu setelah tahun demi tahun bergulir pilu. Maafkan Mama yang datang sendirian, karena Adik-adikmu masih terlalu kecil dibawa kemari, Nak.

Mama yakin, sekarang Ayyash sedang berbahagia di syurga bersama keempat saudaramu yang lain. Titip salam Mama, Nak, pada keempat Saudaramu itu yang bahkan belum sempat Mama beri nama.

Buliran bening dari langit kalah cepat dengan buliran bening dari netraku yang sejak tadi semakin deras menganak sungai.

Meski alam semakin gelap, aku tak hendak bangkit dari sini. Biarkanlah, biarkan hujan yang menghapus air mata yang terus saja bergulir. Wajah yang bersimbah ini pasti akan mengering, tetapi darah yang masih menetes di dalam sana, tak pernah benar-benar membeku.

Ayyash ..., Mungkin Ayah sering kemari ya? Maafkan Mama yang tidak mampu mempertahankan kebersamaan ini setelah kamu dan keempat Saudaramu tak bisa kami dekap.

Ayah pergi, Nak, karena tidak ada satu pun dari kalian yang menemani Mama di bumi.

Kilat menyambar kian menggelegar. Seolah tahu scene seperti apa yang ingin diabadikannya dalam kehidupan. Dulu, aku pernah begitu takut pada suara dentumannya. Namun, sekian tahun yang lalu aku pun pernah menantangnya hanya untuk mempertahankan rumah tangga.

Mungkin takdir baik memang bukan milikku, pada sambaran petir tanpa gelayut mendung, dia tetap memilih pergi. Meninggalkanku dengan luka yang masih menganga.

Ayyash, Mama pulang ya, Nak! Adik kecilmu di rumah pasti takut jika hujan begini. Entah kapan Mama dan Ayah bisa mengunjungimu bersama.

Tak perlu mengusap muka, karena badanku memang sudah terlanjur kuyub. Perlahan aku mulai meninggalkan pusara Ayyash, putra ketigaku yang lahir sebelas tahun silam tanpa sempat kudengar tangisnya.

Adakah yang lebih berdarah dari ini? Suami memilih pergi hanya karena kelima anak kami menjadi pilihan Allah untuk tak pernah melihat dunia.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku