5.0
Komentar
433
Penayangan
24
Bab

Nur Alia, perempuan yang telah melewati dua kali keguguran, dua kali IUGR yaitu janin tidak berkembang dan satu kali bayi meninggal dalam kandungan Kelima kehamilan gagal itu berujung pada depresi hingga difitnah mandul oleh suami sendiri. Kemudian seorang datang membawa harapan penyembuhan luka, nyatanya membuat luka baru diatas sayatan luka lama Ditengah dera yang terus menggerus kenyakinannya akan cinta, Allah hadirkan dua malaikat kecil dalam rahim mandulnya

Bab 1 Prolog

Awan yang berarak di langit mulai berubah sedikit temaram. Redup senja mulai terasa menusuk. Tampak, seakan sebentar lagi buliran-buliran serupa jarum raksasa akan segera meluruh ke tempatku sedang bersimpuh.

Ayyash...

Maafkan Mama baru datang mengunjungimu setelah tahun demi tahun bergulir pilu. Maafkan Mama yang datang sendirian, karena Adik-adikmu masih terlalu kecil dibawa kemari, Nak.

Mama yakin, sekarang Ayyash sedang berbahagia di syurga bersama keempat saudaramu yang lain. Titip salam Mama, Nak, pada keempat Saudaramu itu yang bahkan belum sempat Mama beri nama.

Buliran bening dari langit kalah cepat dengan buliran bening dari netraku yang sejak tadi semakin deras menganak sungai.

Meski alam semakin gelap, aku tak hendak bangkit dari sini. Biarkanlah, biarkan hujan yang menghapus air mata yang terus saja bergulir. Wajah yang bersimbah ini pasti akan mengering, tetapi darah yang masih menetes di dalam sana, tak pernah benar-benar membeku.

Ayyash ..., Mungkin Ayah sering kemari ya? Maafkan Mama yang tidak mampu mempertahankan kebersamaan ini setelah kamu dan keempat Saudaramu tak bisa kami dekap.

Ayah pergi, Nak, karena tidak ada satu pun dari kalian yang menemani Mama di bumi.

Kilat menyambar kian menggelegar. Seolah tahu scene seperti apa yang ingin diabadikannya dalam kehidupan. Dulu, aku pernah begitu takut pada suara dentumannya. Namun, sekian tahun yang lalu aku pun pernah menantangnya hanya untuk mempertahankan rumah tangga.

Mungkin takdir baik memang bukan milikku, pada sambaran petir tanpa gelayut mendung, dia tetap memilih pergi. Meninggalkanku dengan luka yang masih menganga.

Ayyash, Mama pulang ya, Nak! Adik kecilmu di rumah pasti takut jika hujan begini. Entah kapan Mama dan Ayah bisa mengunjungimu bersama.

Tak perlu mengusap muka, karena badanku memang sudah terlanjur kuyub. Perlahan aku mulai meninggalkan pusara Ayyash, putra ketigaku yang lahir sebelas tahun silam tanpa sempat kudengar tangisnya.

Adakah yang lebih berdarah dari ini? Suami memilih pergi hanya karena kelima anak kami menjadi pilihan Allah untuk tak pernah melihat dunia.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Gairah Liar Ayah Mertua

Gairah Liar Ayah Mertua

Gemoy
5.0

Aku melihat di selangkangan ayah mertuaku ada yang mulai bergerak dan mengeras. Ayahku sedang mengenakan sarung saat itu. Maka sangat mudah sekali untuk terlihat jelas. Sepertinya ayahku sedang ngaceng. Entah kenapa tiba-tiba aku jadi deg-degan. Aku juga bingung apa yang harus aku lakukan. Untuk menenangkan perasaanku, maka aku mengambil air yang ada di meja. Kulihat ayah tiba-tiba langsung menaruh piringnya. Dia sadar kalo aku tahu apa yang terjadi di selangkangannya. Secara mengejutkan, sesuatu yang tak pernah aku bayangkan terjadi. Ayah langsung bangkit dan memilih duduk di pinggiran kasur. Tangannya juga tiba-tiba meraih tanganku dan membawa ke selangkangannya. Aku benar-benar tidak percaya ayah senekat dan seberani ini. Dia memberi isyarat padaku untuk menggenggam sesuatu yang ada di selangkangannya. Mungkin karena kaget atau aku juga menyimpan hasrat seksual pada ayah, tidak ada penolakan dariku terhadap kelakuan ayahku itu. Aku hanya diam saja sambil menuruti kemauan ayah. Kini aku bisa merasakan bagaimana sesungguhnya ukuran tongkol ayah. Ternyata ukurannya memang seperti yang aku bayangkan. Jauh berbeda dengan milik suamiku. tongkol ayah benar-benar berukuran besar. Baru kali ini aku memegang tongkol sebesar itu. Mungkin ukurannya seperti orang-orang bule. Mungkin karena tak ada penolakan dariku, ayah semakin memberanikan diri. Ia menyingkap sarungnya dan menyuruhku masuk ke dalam sarung itu. Astaga. Ayah semakin berani saja. Kini aku menyentuh langsung tongkol yang sering ada di fantasiku itu. Ukurannya benar-benar membuatku makin bergairah. Aku hanya melihat ke arah ayah dengan pandangan bertanya-tanya: kenapa ayah melakukan ini padaku?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku