Cinta Itu Luka
ikannya. Begitu pun cintaku dan Azwar, tiada detik yan
u yang mengganjal pikiranku sejak lamaran kejutannya tujuh bulan lalu
elesai. 'Kan sudah Abang katakan tidak ada yang disetujui Mamak selain kamu
yelesaikan skripsi kita berdua dan menikah," ucap
membahas masa lalu. Masa depan kami jauh lebih p
ripsi siapa duluan ini?"
g, jadi buat Alia menyelesaikan skripsi bukanlah perkara rumit. Sedangkan Abang pa
ita ke pustaka, ya! Setelah dapat bahan-bahan di pustaka, nanti baru
ungkin nanti kami bisa langsung menikah begitu skripsi Azwar selesai. Sedan
*
ersampul putih ke arahku yang sedang menelaa
r. "Sstt, jangan berisik Alia, ini pustaka," ujarnya samb
buku 'Pola Asuh Anak Dalam Islam'
anyak pasang mata menatap kami. Setengahnya kesal, set
bimbingan ke rumah Dosen pembimbing," Kata Azwar s
a? Boleh a
a acara lain, sepertinya menyenangka
ku tunggu di halte arah menuju ke rumah dosenku itu, ya!" jaw
ehkan ikut, sambil melambaikan tangan ke ara
*
riak menarik tanganku sesaat se
" tanyaku seraya ingin kembali masuk ke dalam rumah. Kare
empat aku bertanya dan mencerna ada apa sebenarnya, gerombolan orang berlarian sambil berteriak mengabar
mengejar. Suasana berubah mencekam. Isak tangis, teriakan nyaring dan raung
dip apalagi menolong. Longlongan kepedihan ditingkahi deruman mesin motor dan mobil berdesakan merambat ke indera pendengaran. Tidak ada lag
aran yang kian menipis, aku melihat kakak-
di rumah kerabat yang tidak berdampak terlalu parah akibat terjangan gempa dan gelombang
*
rbeda. Setelah malam penuh darah dan air mata di mana-mana itu, kakak tertuaku ini menje
aca pikiranku, pertanyaan tersebut tepat mengenai jantung, karena aku pun memang sedang memikirkannya. T
an wajah ke arah jalanan lenggang di luar sana. Membayangkan Azwa
kat dengan bibir pantai. Rumahku saja yang tidak sedekat rumahnya dengan pantai, cu
akhir dari kisahku bersamanya? Lelaki yang telah berja
rapan akan Azwar. Ribuan mayat bergelimpangan, dan hampir semua orang yang k
jodoh. Pertemukanlah, meski