Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Rahasia Istri yang Terlantar
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Sang Pemuas
"Kak, aku hamil?" ucap seorang perempuan menunjukkan lima buah testpack yang menunjukkan bahwa dirinya positif hamil.
"Tapi kita masih, masih sekolah, gak mungkin kan aku nikahin kamu dalam keadaan begini?" ucap si cowok menunduk melihat pacarnya yang menangis.
"Terus aku harus apa? Kak, aku takut ..., aku gak mau kecewain ibu sama bapak!" tangis si cewek di depan pacarnya.
"Ya udah, gugurin aja!" lantam si cowok menunduk melihat perut rata, itu. "Nanti siang kita aborsi, semua biayanya aku yang tanggung, kamu tenang aja," ujar cowok itu menangkup pipi pacarnya seolah sangat menyakinkan.
"Tapi aku takut kak, kenapa kakak gak tanggung jawab aja?" lirihnya.
Si cowok yang mendengar itu entah kenapa menjadi emosi, tapi dia tahan sejenak, lalu memeluk pacarnya dengan erat tak lupa meremas pinggangnya. "Nanti kakak, tanggung jawab kok, tapi mau ya, aborsi?" bujuk si cowok dengan nada sedih.
Wanita lugu itu mengangguk mengiyakan, niat jahat pacarnya itu, mereka berpelukan di bawah pohon belakang asrama yang cukup rimbun, si cowok melampiaskan aksi bejadnya kembali, padahal masih di kawasan sekolah.
. . .
"Kak aku takut, gimana kalo--" perkataan si cewe terputus oleh ciuman di keningnya.
"Gak, pa-pa, ada kakak, gak akan terjadi sesuatu kok, paling sakitnya juga cuma sebatas di gigit semut," jelas si cowok menggandeng tangan wanitanya.
"Ada perlu apa dek?" tanya suster yang berjaga di depan. Sebagi administrasi.
"Mau ketemu dokter Luqman, ada gak sus?" tanya si cowok berbisik.
"Oh ada di ruangannya, masuk aja dek!" suruh si suster.
"Makasih sus," jawabannya hanya di balas angguk kan oleh suster itu. "Ayo sayang?" ajaknya.
Si suster yang melihat gadis polos itu merasa kasihan, dia tidak bodoh untuk tidak tau masalah kedua anak remaja itu, karena setiap orang yang datang ke sini pasti untuk melakukan aborsi atau menghilangkan bayi yang baru berbentuk.
"Kak aku takut, pulang aja yuk!" rengek si cewek melihat lorong rumah sakit yang semakin menyeramkan di tambah suara bisikan aneh yang selalu hinggap di telinganya, beserta di iringi suara teriakan dan tangisan seorang bayi.
"Diam!" sentak si cowok, merasa geram dengan rengekan ceweknya.
. . .
Si cewek di baringkan di atas ranjang rumah sakit, wajah paniknya tidak bisa menutupi rasa takutnya melihat dokter pria itu yang begitu menyeramkan di matanya, dia di suruh mengangkang dokter pria itu sudah siap dengan sarung tangan miliknya.
Tangan dokter itu perlahan-lahan masuk ke dalam kemal*an si cewek yang sudah menangis takut. "Tolong keluarkan itu sakit!" teriaknya semakin keras karena tangan dokter itu semakin dalam selangkangannya seakan terasa di belah, si cowok yang melihatnya merasa tak tega.
"Dok, udah dok, pacar saya kesakitan!" sentaknya mencoba mengeluarkan tangan dokter itu, tapi yang ada dirinya malah di hempaskan.
"Akhh ....!" teriakan si cewek semakin keras memenuhi ruangan gelap itu dan terlepasnya janin yang baru tumbuh beberapa minggu itu, dia merasakan sakit yang luar biasa, sehingga membuatnya pingsan di tempat.
Si cowok yang terjatuh segera bangkit lalu membayar semuanya, dia sempat melirik gumpalan daging itu, sekelebat hatinya merasa kasihan tapi dia kembali sadar lalu membawa wanitanya yang tengah pingsan tanpa mengelap darah yang masih terus mengalir di area kemal*an si wanita.
. . .
"Semalam Lo kemana aja Wil?" tanya temannya.
"Tau lah, gue pergi bentar!" jawab si Willan.