Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Getaran Sekolah
5.0
Komentar
361
Penayangan
5
Bab

"Apa salah kalau cewek yang dekatin duluan?" Berawal dari kedatangan murid baru di SMA Unasa, lebih tepatnya di kelas XII IPA, yang bertemu dengan seorang gadis bernama lengkap Ayana Ryandra Udara yang dikenal sebagai troublemaker. Argatha Bumi Yudisthira, murid baru di SMA Unasa yang merasa hidupnya sangat terganggu semenjak masuk di kelas aneh itu, ditambah lagi dengan Ayana yang selalu mendekatinya. Ayana tak pernah menyerah untuk mendapatkan Argatha, walaupun sudah seringkali kata-kata Argatha membuatnya sedih dan sakit hati. Sebuah cerita remaja yang dipadukan dengan kisah romantis dan komedi yang siap membuat pembaca mengingat masa putih abu-abu.

Bab 1 Prolog

KRING!

Bel masuk berbunyi. Semua murid berlarian masuk ke ruang kelasnya masing-masing. Tidak terkecuali dengan Ayana Ryandra Udara. Gadis cantik yang dikenal pembuat onar.

"Ayo cepat, nanti kita di hukum lagi," ucap gadis itu meneriaki temannya yang berlari di belakang.

"Capek, Ay," sahut Farah, gadis yang berlari di belakang Ayana.

"Udah ayo cepetan," Ayana menarik pergelangan tangan Farah, lalu mengajaknya berlari lebih cepat.

Ayana membuka pintu kelas dengan pelan, melihat situasi kelas yang belum ramai. "Oke, aman," ucapnya tersenyum.

"Cepat banget sih lo larinya, capek gue," gerutu Farah.

"Mangkanya Far, kalau ada waktu luang tuh olahraga, bukan malah nonton drakor!" sahut Ayana sembari duduk di kursinya.

"Sambil menyelam minum air Ay, jadi olahraga sambil nonton drakor," Farah menyeringai tak berdosa.

Brakkkkk! Seseorang membuka pintu kelas dengan keras. Membuat semua orang yang berada di kelas melihat ke arahnya. "Guys, ada kabar baik," ucap seorang gadis di tengah pintu.

"Apa?"

"Kita pulang cepat?"

"Jam kosong?"

"Sekolah ditutup?"

"Atau, kita semua langsung lulus?"

Gadis itu menghela napasnya berat, senyum di bibirnya sedikit memudar. "Bukan itu!"

"Apa?"

"Kelas kita akan ada anak baru. Ganteng banget," ucap Megan dengan heboh.

"Serius? Kira-kira tingkat kegantengannya kayak siapa?" tanya Ayana polos.

"Ji Chang Wook? Lee Seung Gi? Atau Song Jong Ki?" tanya Jihan ikut berbicara.

"Atau Song Kang?" ucap Gaeun ikut bersuara.

"Setingkat lah pokoknya!" jawab Megan.

"Tipe gue banget," ucap Ayana seraya tersenyum.

"Selamat pagi anak-anak," ucap Bu Silvi memasuki ruang kelas bersama dengan seorang pria yang berjalan di belakangnya.

"Pagi Bu," sahut murid kompak.

"Ganteng," ucap Ayana yang fokus pada pria yang berada di samping Bu Silvi.

"Ibu akan kenalkan kalian pada anak baru. Namanya Argatha Bumi Yudisthira, dia pindahan dari Bali" ucap Bu Silvi.

"Bu, Argatha duduk sama saya aja, samping saya kosong loh Bu, mubazir kalau dianggurin" ucap Ayana menyeringai.

"Huuuuu! Modus lo, Ay!" Gerutu murid lain.

"Jangan Bu, nanti digodain terus sama Ayana, Bu" ucap Farah.

"Ussttt! Sirik aja lo semua," sahut Ayana.

Seketika suasana kelas menjadi riuh karena ocehan siswi-siswi di kelas melihat siswa tampan di kelasnya.

"Sudah, sudah. Argatha silahkan duduk di samping Ayana" ucap Bu Silvi.

"Baik, terima kasih Bu" ucap Argatha, lalu ia berjalan menuju kursi gadis itu.

Kedua sudut bibir Ayana mengembang dengan sangat lebar saat menyambut kedatangan pria itu. "Silahkan," ucap gadis itu menyuruh Argatha duduk di kursi yang berada di sampingnya.

Pria itu menaruh tas nya, lalu menghadap ke depan, memperhatikan Bu Silvi yang sedang berbicara.

"Kenalin, nama gue Ayana, siswi paling cantik di SMA Unasa," ucapnya dengan pelan.

"Iya," jawab Argatha singkat.

"Nama lo siapa?" tanya Ayana lagi.

"Kan lo udah tau tadi," jawab Argatha datar.

"Ihh, dingin banget sih nih cowok," umpat Ayana dalam hati.

Jam pelajaran pertama pun selesai. Beberapa murid berhamburan keluar kelas. Kantin adalah tujuan utama mereka untuk menghabiskan waktu seusai bertempur dengan pelajaran.

"Argatha mau ke kantin nggak?" tanya Ayana.

"Nggak," jawab Argatha singkat.

"Argatha puasa?" tanya Ayana.

Gadis itu mendekatkan wajahnya dengan pria itu. Membuat pria itu terkejut. "Lo ngapain sih dekat-dekat?" ucapnya sedikit tidak ramah.

"Ganteng, tapi sayang dingin!" ucap Ayana.

"Udah sana, jangan ganggu gue," sahut Argatha ketus.

Kedua mata Ayana membulat, mulutnya sedikit terbuka sempurna. Baru kali ini ada seorang laki-laki yang berani mengusirnya, biasanya dia yang selalu mengusir para laki-laki karena merasa tidak cocok dengan tipenya.

Ayana semakin mendekatkan dirinya dengan Argatha. Perlahan senyumnya terlukis. "Argatha benar-benar beda dari yang lain," ucapnya senang.

"Oke, Argatha cocok masuk kategori cowok Ayana" ucap Ayana dengan percaya diri.

Argatha mengerutkan keningnya. "Hah?"

"Argatha nggak dengar? Argatha cocok masuk kategori cowok Ayana," jawab gadis itu.

"Nggak tertarik."

"Argatha harusnya senang, karena banyak loh cowok yang Ayana tolak," tambahnya.

"Gue nggak tertarik sama lo, dan gue nggak pengen jadi cowok lo," ucap Argatha.

"Santai aja, kita pelan-pelan aja, jangan buru-buru," sahut Ayana.

Argatha menggelengkan kepalanya, ia benar-benar tidak habis pikir dengan pikiran gadis itu.

"Ayana ke kantin dulu ya, bye calon pacar," ucap Ayana menyeringai tak berdosa.

"Jangan kangen ya sama Ayana, Cuma sebentar aja kok ke kantinnya," ucap Ayana lagi.

Argatha menarik napasnya panjang. Bagaimana bisa ia menghabiskan waktu di kelasnya dengan gadis seperti itu. "Lama-lama bisa gila gue disini" ucapnya.

*****

Argatha berdiri di balkon sekolah, melihat beberapa anak sedang berlatih basket. Ia belum memiliki teman satu pun. Entah karena sikapnya yang terlalu dingin, atau memang teman-temannya yang enggan untuk bersamanya. Hanya Argatha lah yang tau.

"Bro..," ucap seseorang seraya menepuk bahu Argatha.

Argatha menoleh, melihat orang yang menepuk bahunya. "Kenalin, gue Angkasa Mahaldi," ucapnya seraya melepaskan tangannya dari bahu Argatha.

"Gue manggilnya siapa nih? Angkasa atau.." ucap Argatha menggantung.

"Jangan panggil Angkasa, jangan panggil Maha, panggil aja Aldi," jawabnya.

Argatha mengangguk mengerti. "Yang duduk di pojok kan?"

"Iya benar banget," jawab Aldi tertawa.

"Belum ada teman nih," jawab Argatha dengan tatapan melihat anak-anak yang berada di lapangan.

"Tenang bro, ada gue," sahut Aldi

"Siap, siap," ucap Argatha menunjukkan ibu jarinya pada pria yang berada di sampingnya.

"Bro, jangan mau di dekatin sama Ayana," ucap Aldi.

"Kenapa?"

"Biang masalah," jawab Aldi

"Hah? Itu anak?" tanya Argatha

"Nggak percaya? Lo tanya sama anak-anak disini, pasti mereka pada kenal sama si biang onar satu itu," jelas Aldi.

"Tapi jangan salah, walaupun biang onar, dia tetap banyak fansnya, terutama cowok-cowok," tambah Aldi.

"Lo tau banget ya tentang Ayana," ucap Argatha

Aldi tertawa, "Hahaha.. gimana gue nggak tau tentang dia, gue dari kelas sepuluh udah satu kelas sama dia," ucap Aldi.

"Nggak bosan hampir tiga tahun sama dia?" tanya Argatha dengan senyum sinis.

"Bosan banget sumpah," jawab Aldi dengan penuh penekanan.

Argatha menghadapkan posisinya ke arah Aldi. "Ayana emang gitu ya anaknya?" tanyanya.

"Gitu gimana?" tanya Aldi sedikit serius, melihat wajah Argatha yang serius.

"Ya, agresif gitu," jawab Argatha ragu-ragu.

"Cuma sama lo aja dia begitu, sama cowok lain mah, nggak," ucap Aldi.

Aldi menepuk bahu Argatha lagi dengan keras, membuat pria itu sedikit meringis. "Berarti lo itu high quality, jadi dia dekatin lo," tambah Aldi.

"Lo kira gue barang pabrik," sahut Argatha

"Udah jangan ngomongin Ayana terus, kalau orangnya dengar, bisa dibakar hidup-hidup gue," ucap Aldi.

Argatha dan Aldi memasuki kelas. Mereka saling melihat satu sama lain, saat melihat Ayana yang tersenyum kepada mereka berdua. "Aldi udah dekat sama Argatha?" tanya Ayana.

"Udah," jawab Aldi singkat.

"Aldi sini deh," ucap Ayana.

Aldi menghela napasnya, lalu menuruti ucapan gadis itu, karena jika tidak, ia harus siap mendengar rengekan dari gadis aneh itu. "Kenapa?" tanya Aldi.

"Aldi, gimana caranya biar bisa dekat sama Argatha?" bisik Ayana seraya melirik Argatha yang sekarang sudah duduk di kursinya.

"Ya nggak gimana-gimana," jawab Aldi jujur.

"Ih, Aldi mah gitu," decak Ayana.

Aldi mengerutkan keningnya, "Gue kenapa?" tanya Ali bingung.

"Bantuin Ayana dekat sama Argatha ya?" Ayana menakupkan kedua tangannya seraya memohon pada pria itu.

"Nggak! Nggak! Nggak!" tolak Aldi cepat.

"Ih, Aldi!" rengek Ayana.

"Nanti lo tinggalin Argatha gitu aja pas dia udah cinta sama lo, kayak yang dulu-dulu. Nggak deh" ucap Aldi.

"Ih, nggak Aldi, Ayana serius sama Argatha. Ayo dong Aldi bantuin Ayana," mohon Ayana.

"Nggak janji," Aldi langsung berjalan menuju ke kursinya, membiarkan Ayana yang melihat ke arahnya.

"Aldi awas aja ya, Ayana pastiin Aldi nggak akan bisa masuk kantin mulai besok," ancam Ayana.

Seketika anak-anak yang berada di kelas tertuju dengan Aldi dan Ayana. Tidak terkecuali dengan Argatha.

Langkah Aldi pun terhenti, ia menarik napasnya panjang. Ia malas sekali berurusan dengan gadis itu, karena akan menjadi sangat panjang dan susah diselesaikan.

"Ngancem terus!" ucap Aldi.

"Biarin!" sahut Ayana seraya menjulurkan lidahnya.

"Mampus lo, Di, akses lo ke kantin di lockdown," ucap Farah tertawa.

"Perkataan Ayana nggak pernah main-main loh," ucap Ayana pada Aldi.

"Iya iya, gue bantuin!" sahut Aldi pasrah.

Mendengar ucapan Aldi, senyum di bibir tipis Ayana langsung mengembang. "Nah gitu dong, kalau gitu, Aldi bebas jajan di kantin. Aldi mau apa aja tinggal ambil" ucap Ayana.

"Serius? Dibayarin?" tanya Aldi excited.

"Ayana biarin," jawab Ayana tertawa.

"Sial!" gerutu Aldi.

Argatha hanya tersenyum saat melihat perdebatan kecil yang terjadi di kelas tersebut. Kemudian ia mengambil earphone dan memasangnya.

Ayana menghampiri Argatha yang nampak asyik mendengarkan musik. "Argatha..," panggilnya.

Tidak ada respon apapun dari Argatha, pria itu tetap aja memejamkan matanya sambil mendengarkan musik.

"Argatha..," panggilnya lagi.

Tetap saja tidak ada jawaban apapun dari pria itu. Ayana mendecak kesal, ia memandang Argatha lekat. Lalu, menarik salah satu earphone yang terpasang di telinga Argatha, dan memasang earphone tersebut di telinganya, membuat pria itu terpelonjak kaget.

Argatha menoleh, menatap gadis di sampingnya dengan sinis. "Balikin earphone gue."

"Nggak mau."

"Sini."

"Nggak."

"Argatha suka lagu ini? Ayana juga suka loh lagu ini," ucap gadis itu.

"B aja," sahut Argatha singkat.

Farah melipat kedua tangannya, ditaruh di depan dada. Farah melihat Ayana yang terus mendekati Argatha, membuatnya tidak habis pikir dengan sahabatnya itu. "Benar-benar gila tuh anak," ucapnya pelan.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku