Skandal anak Sekolah

Skandal anak Sekolah

ArenLucu

5.0
Komentar
292
Penayangan
21
Bab

Rani, terjebak dalam kebimbangannya sendiri. Ketika menghadapi lika-liku indahnya masa SMA, dia malah terlelap dengan nafsu pubertasnya. Tanpa sadar melakukan hal di luar batas, bersama Alan, cinta pandang pertamanya. Ketika semua sudah terjadi. Rani mendapatkan satu hal yang menghantam jiwanya? "Lan! Garis dua!" Apa yang harus Rani lakukan pada kehamilannya? Dia masih anak sekolah?

Bab 1 PROLOG

Hari ini.

Siswa kelas X di SMK Satu Nusa mulai memasuki awal sekolah baru pada jenjang tingkatan yang lebih tinggi.

Disinilah, katanya 'Masa Putih Abu-Abu itu adalah masa yang paling indah bagi semua alumni pelajar yang ada.' Tidak munafik, semua anak yang belum menjadi murid 'SMK/SMA' penasaran apakah rumor itu benar kenyataannya.

🌹🌹🌹

Bakhtiar Alan Albilal.

Yap! Rani ingat nama itu. Rani? Dia adalah pelaku utama dari cerita sakral yang ada di judul ini.

Entahlah, Rani juga tidak mengerti. Apakah itu yang dinamakan pubertas? Bisa-bisanya, Rani terus teringat akan cowok itu. Cowok teman sekelas PLS ( Pengenalan Lingkungan Sekolah ).

"Eh, Ran! Lo baru dateng?" tanya Kalista -- teman sebangku Rani-- begitu melihat Rani datang.

Rani duduk ke kursinya, lalu meletakkan tas ke meja. "Iya, Ta. Gue baru dateng. Tadi angkotnya agak lelet di jalan gara-gara sepi. Nggak tau deh, hari ini gue kesiangan sampe ketinggalan rombongan biasanya."

Kalista ber 'Oh' ria. "Untung aja lo nggak sampe bates Bel."

Kriiiing !

"Ad... duh.. kaget gue astaga, baru aja disebut," ringis Kalista.

Rani terkikik, "Yang sabar, Ta. Speakernya pas ada di atas kita."

"Pengen gue ledakin jadinya," cicit Kalista kesal.

"Selamat Pagi!"

Mendadak keramaian yang tadi merebak di area 'Kelas D' menjadi tenang. Pangeran Bima Pratama. Itulah nama yang tertera di nametag cowok berbadan tinggi yang tiba-tiba saja memasuki kelas setelah bel berbunyi.

"Kalian pasti sudah kenal saya, kan?" tanya Pangeran.

"SUDAH, KAK!"

"Si-" perkataan Pangeran terpotong.

Tok tok tok !

Seisi kelas langsung menoleh ke pintu. Terdapat satu siswa dan satu siswi yang berdiri dengan tampang lempeng disana.

"Permisi, Kak. Maaf telat," kata cowok itu.

Rani menghela napas. Itu Alan. Bakhtiar Alan Albilal. Cowok yang tiba-tiba membuat Rani terbayang-bayang hanya sejak kali pertama mereka bertemu. Tetapi ... bisa-bisanya Alan terlambat di hari pembinaan seperti ini?

Tak ayal, suasana kelas sepi seketika. Pangeran yang tadinya menoleh ke pintu, kini kembali menoleh ke hadapan isi kelas.

"Tadi sampai mana?" tanya Pangeran. Dia tidak menghiraukan kedatangan siswa dan siswi itu.

Seisi kelas masih ragu untuk menjawab. Karena memang, keadaannya secanggung itu.

"Ditanya ya di jawab dong!" tegas Pangeran.

Spontan ada satu murid yang angkat tangan sambil berdiri.

"Apa?" tanya Pangeran.

"Saya mau jawab pertanyaan, Kakak!" jawabnya.

"Pertanyaan apa?"

"Tadi ... Kakak nanya 'sampai mana', kan?"

Pangeran mengangguk.

"Itu .... Kak! Kita sampai di .. Kakak nanya 'kalian tau nggak saya siapa?'. Begitu," jawab siswa itu.

Pangeran menghela napasnya. "Nama lo siapa?"

"Saya Taufiq, Kak!"

"Oke! Lanjut. Lo duduk lagi aja. Jadi-"

"Permisi, Kak. Saya masih ada disini!" ucap Alan sekali lagi.

Pangeran mendengkus dengan cukup keras. Kali ini dia memutar badan untuk melangkah menghampiri dua murid yang sedang telat itu.

Satu kelas hanya kembali menyimak apa yang akan terjadi. Pangeran terlalu menyeramkan untuk dibicarakan.

"Lo siapa? Seenaknya banget jam segini baru dateng, sekolah nenek lo?" tanya Pangeran sedikit kasar.

"Saya Bakhtiar Alan Albilal, Kak! Nama saya ada di daftar pembinaan siswa baru di 'Kelas D'," jawab Alan se-sopan mungkin.

"Kalau gue coret mau nggak?"

"Jangan, Kak! Maaf, saya salah," ucap Alan.

"Lo sadar, ngaku gih! Lo salah apa?" tanya Pangeran lagi.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Gavin
5.0

Aku adalah Alina Wijaya, pewaris tunggal keluarga Wijaya yang telah lama hilang, akhirnya kembali ke rumah setelah masa kecilku kuhabiskan di panti asuhan. Orang tuaku memujaku, suamiku menyayangiku, dan wanita yang mencoba menghancurkan hidupku, Kiara Anindita, dikurung di fasilitas rehabilitasi mental. Aku aman. Aku dicintai. Di hari ulang tahunku, aku memutuskan untuk memberi kejutan pada suamiku, Bram, di kantornya. Tapi dia tidak ada di sana. Aku menemukannya di sebuah galeri seni pribadi di seberang kota. Dia bersama Kiara. Dia tidak berada di fasilitas rehabilitasi. Dia tampak bersinar, tertawa saat berdiri di samping suamiku dan putra mereka yang berusia lima tahun. Aku mengintip dari balik kaca saat Bram menciumnya, sebuah gestur mesra yang familier, yang baru pagi tadi ia lakukan padaku. Aku merayap mendekat dan tak sengaja mendengar percakapan mereka. Permintaan ulang tahunku untuk pergi ke Dunia Fantasi ditolak karena dia sudah menjanjikan seluruh taman hiburan itu untuk putra mereka—yang hari ulang tahunnya sama denganku. "Dia begitu bersyukur punya keluarga, dia akan percaya apa pun yang kita katakan," kata Bram, suaranya dipenuhi kekejaman yang membuat napasku tercekat. "Hampir menyedihkan." Seluruh realitasku—orang tua penyayang yang mendanai kehidupan rahasia ini, suamiku yang setia—ternyata adalah kebohongan selama lima tahun. Aku hanyalah orang bodoh yang mereka pajang di atas panggung. Ponselku bergetar. Sebuah pesan dari Bram, dikirim saat dia sedang berdiri bersama keluarga aslinya. "Baru selesai rapat. Capek banget. Aku kangen kamu." Kebohongan santai itu adalah pukulan telak terakhir. Mereka pikir aku adalah anak yatim piatu menyedihkan dan penurut yang bisa mereka kendalikan. Mereka akan segera tahu betapa salahnya mereka.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku