Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Melepas Daster Burukku

Melepas Daster Burukku

Desy Cichika Harish

5.0
Komentar
6.1K
Penayangan
50
Bab

Dunia Sartika terasa runtuh saat Riya, sepupu dari suaminya mengaku kalau terjadi perselingkuhan antara dia dan Roni, suaminya. Kepercayaan dan pengorbanan yang telah ia berikan selama ini hancur berkeping-keping seiring terkuaknya rahasia bahwa dulunya Roni dan Riya ternyata pernah dijodohkan. Yang lebih menyakitkan lagi, dari mulut Riya sendiri Sartika mengetahui kalau Roni selalu menjelek-jelekkan dirinya di belakang. Penampilan Sartika yang kumal dan terlihat kampungan, berbanding terbalik dengan Riya yang hidup enak bak sosialita. Namun Sartika berhasil membalikkan keadaan. Ia mengubah dirinya menjadi sosok yang berbeda dalam sekejap. Dalam diam dan penuh strategi ia berhasil membalas sakit hatinya pada Riya. Di saat suaminya berusaha untuk mengambil kembali hati Sartika, tiba-tiba muncul sosok mantan pacar Sartika saat SMA, yang bahkan belum menikah sampai sekarang karena masih mencintai Sartika. Siapakah yang akhirnya akan ia pilih?

Bab 1 Pengakuan Riya

"Say, Ada Erin nggak di situ?" Suara Riya yang menanyakan keberadaan anak sulungku terdengar, begitu aku mengangkat panggilan telepon darinya. Riya memang memanggilku dengan sebutan 'Say'. Dan aku pun memanggilnya dengan panggilan yang sama.

"Ada tuh lagi main sama adiknya. Kenapa? Mau disuruh jemput Hilda sama Ola? Biar diajak main ke sini?" Tanyaku sambil terus mengetik tuts keyboard laptop. Aku memang sedang mengerjakan pekerjaanku sebagai penulis novel online. Dan naskahku baru saja diterima beberapa hari yang lalu. Jadi sekarang, aku memang sedang lagi semangat-semangatnya menulis.

Sementara Hilda dan Ola adalah dua anak perempuan Riya yang hampir setiap hari main ke rumah. Boleh dibilang, aku seperti pengasuh tak resmi yang selalu diminta untuk menjaga anak-anak itu selagi ibu mereka sedang sibuk... Bermain ponsel.

"Nggak. Suruh ke sini ya si Erin. Aku ada ikan Sembilang. Tolong masakin asam pedas ya, Say."

Aku menghela napas. Dan kulirik jam dinding. Sudah hampir setengah sebelas siang. Sebenarnya aku malas kalau harus masak lagi. Di rumah semua tugasku sudah beres. Aku bahkan selesai masak dan mencuci sejak pagi tadi. Semua aku lakukan secepat kilat agar aku bisa segera menyelesaikan pekerjaanku menulis lanjutan bab dari naskahku kemarin.

Tapi kini, Riya memintaku untuk memasak ikan. Itu artinya, aku harus menyiangi ikan, mengupas bawang dan membuat bumbu untuk asam pedas seperti permintaannya.

Bukan sekali ini saja dia menyuruhku memasak untuknya. Entah karena dia menyukai masakanku atau karena dia memang malas masak. Yang aku tahu, dia hampir tak pernah memasak sayur dan lauk sendiri di rumah. Dia lebih memilih untuk membeli masakan jadi. Dan itu setiap hari.

Belakangan ini, hampir setiap hari ia menyuruhku memasak untuknya. Aku sebenarnya tak keberatan, karena setelah masak, lauk disuruh bagi dua. Lumayan pikirku, karena di rumah memang jarang membeli lauk ayam atau ikan yang enak-enak. Beda dengannya yang selalu membeli bahan makanan mahal dalam jumlah banyak. Sementara aku di rumah harus bersyukur meski hanya bisa membeli ikan murah yang harus dijatah karena uang belanja yang sangat kurang dari suamiku.

"Ya udah. Aku suruh Erin ke sana ya." Kataku. Dan ku suruh anak sulungku yang baru duduk di kelas 4 SD itu pergi ke rumah Riya yang berada tepat di sebelah rumah kami, yang hanya terhalang oleh sebuah pohon Langsat yang sampai kini tak pernah berbuah.

Aku baru saja hendak menutup telepon, namun kudengar ia kembali bicara.

"Langsung dimasak ya Say. Soalnya udah hampir tengah hari. Ayah Hilda abis shalat Dzuhur mau langsung makan."

"Iya." Sahutku pendek.

Kupikir ia akan langsung menutup teleponnya. Namun ternyata ia justru terus bicara, bahkan bahasannya sampai ke sana kemari. Aku yang sedang menulis sambil berpikir jadi tak fokus dengan apa yang ia bicarakan. Aku hanya mengiya-iyakan saja semua omongannya. Aku bertanya dalam hati, kapan selesainya ini?

"Anu loh Say, kamu kan tahu kalau selama ini aku dekat sama Roni. Dia tuh suka ngejekin aku, suka godain juga."

"Iya aku tahu. Dia emang gitu orangnya, suka ceng-ceng in orang. Nggak usah tersinggung kalau dia godain kamu," kataku sambil mengetik, sementara ponsel kuletakkan di telinga dan kujepit dengan pundak. Aku sungguh kerepotan. Aku tak ambil pusing dengan kalimatnya, karena yang aku tahu, suamiku Roni memang dekat dengan Riya dan kerap kali bergurau di depan mataku.

"Bukan gitu... Kamu tahu kan hubungan aku sama Roni...?"

"Iya aku tahu. Kamu kan sepupunya. Aku tahu kok kamu dekat dengan dia, wajar aja namanya juga sepupu kandung. Saling ejek itu biasa." Aku masih tak paham ke mana arah omongan Riya.

"Aku tuh mau ngomong ke kamu, Say. Tapi Roni lagi nggak ada kan?"

"Iya nggak ada. Emang ada apa sih?" Aku bertanya tanpa menghentikan gerak tanganku yang sedang mengetik.

"Aku belakangan ini sering chat dan video call sama dia. Dia juga berapa kali datang ke rumah aku. Dan maaf ya Say... Aku nggak bisa menahan nafsu aku... Aku udah ciuman sama dia..."

SERRRR....

Darahku berdesir mendengar kalimat terakhirnya. Refleks tanganku berhenti mengetik. Berusaha mencerna apa yang baru saja ia katakan padaku.

"Apa? Kamu bilang apa?" aku memintanya untuk mengulang. Masih berharap kalau aku Cuma salah dengar.

"Maaf Say, aku dengan Roni selingkuh di belakang kamu." Katanya dengan nada pelan, seolah takut kumarahi.

Aku menghela napas, berusaha membuang rasa sesak yang tiba-tiba saja menghantam brutal ke dadaku.

"Terus untuk apa kamu bilang ini ke aku?" tanyaku dengan nada santai. Aku berusaha untuk terdengar baik-baik saja. Padahal hatiku sudah bergemuruh menahan sedih, kecewa dan marah. Berulang kali aku hanya bisa beristighfar dalam hati. Memang air mata ini belum jatuh, tapi bibirku nyaris berdarah karena kugigit.

"Aku bilang kayak gini, biar kamu tahu kalau aku ada hubungan dengan suamimu. Aku minta kamu mengerti dan membiarkan Roni berhubungan dengan aku, Say. Suami kamu tuh bilang kalau dia cinta sama aku."

Kalimat Riya seolah-olah adalah bongkahan batu besar yang sengaja ia hunjamkan ke dada dan kepalaku. Hati dan pikiranku jadi sakit karenanya. Sungguh tega sekali mereka melakukan ini padaku.

Selama ini, Riya memperlakukan aku seperti babu. Menyuruhku ini itu. Mulai dari memasak hingga mengasuh anak-anaknya. Yang mana aku disuruh memandikan, menyuapi makan hingga membersihkan kotoran mereka setelah buang air. Riya menyuruhku masak, kemudian ia makan. Tak disangka, suamiku pun ia telan.

Sementara suamiku, betapa sampai hati dirinya. Aku di sini hidup sendiri sebatang kara. Keluargaku jauh di kota sebelah. Bertahun-tahun aku tak pernah pulang kampung karena aku tahu Bang Roni tak punya cukup uang untuk mengajakku pulang bersilaturahmi ke keluarga besarku. Aku tahan diri ini meski hidup dalam keadaan serba kekurangan. Nyatanya, kini ia mengkhianatiku dengan sadis.

"Jadi kamu mau aku merestui hubungan kalian?" aku berusaha tertawa. "Ya udah, aku nggak masalah sih. Kalau emang kamu suka sama dia, dan dia suka sama kamu, silakan lanjutkan hubungan kalian. Aku mundur. Kamu yang maju." Kataku.

"Ya nggak usah gitu lah Say. Maksud aku, kamu tetap jadi istrinya. Aku juga tetap dengan suamiku. Aku kan bilang gini, biar kamu tahu hubungan kami. Dan setiap kami bertemu, aku nggak merasa bersalah sama kamu."

"Jadi aku pura-pura nggak tahu dan membiarkan dia setiap kali mau ketemu kamu, gitu?" tanyaku.

"Iya. Kamu kan tahu kalau orang yang dia suka itu aku. Jadi biarkan aja dia melakukan apa yang dia mau."

SETAN!!! Kemauan bodoh macam apa itu? Dia minta aku mengetahui hubungan haramnya dengan suamiku, merestui mereka, namun aku disuruh untuk tetap bertahan. Memangnya aku ini tunggul bodoh?

Belum sempat aku menjawab lagi, terdengar ucapan salam dari pintu depan. Dan ternyata Riya di seberang telepon juga mendengarnya.

"Itu Roni kah yang pulang? Say, jangan bilang apa-apa ke dia ya. Jangan bilang kalau aku ngomong soal ini ke kamu. Nanti dia marah sama aku."

"Kok bisa?" tanyaku penasaran.

"Iya, aku kemarin bilang ke dia kalau mau ngomong soal ini ke kamu. Tapi dia nggak izinkan. Dia bilang, kalau aku ngomong ke kamu, sama aja aku bunuh dia. Jangan bilang dia ya Say. Nanti dia marah sama aku."

Kudengar nada ketakutan dari suara Riya. Aku tersenyum menyeringai. Haruskah kupanggil Bang Roni dan mengatakan semuanya?

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Desy Cichika Harish

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Melepas Daster Burukku
1

Bab 1 Pengakuan Riya

29/12/2023

2

Bab 2 Cerita Berlanjut

29/12/2023

3

Bab 3 Bertanya Pada Roni

29/12/2023

4

Bab 4 Ubah Strategi

29/12/2023

5

Bab 5 Ternyata Benar

29/12/2023

6

Bab 6 Menyadap WA Roni

29/12/2023

7

Bab 7 Masih Memberi Kesempatan

29/12/2023

8

Bab 8 Kedatangan Riya Ke Rumah

29/12/2023

9

Bab 9 Malam Sidang

29/12/2023

10

Bab 10 Semuanya Baru Dimulai

29/12/2023

11

Bab 11 Pukulan Pertama Untuk Riya

29/12/2023

12

Bab 12 Meminta Izin Pada Bang Sarip

29/12/2023

13

Bab 13 Jalan Bertiga

29/12/2023

14

Bab 14 Bicara Enam Mata

29/12/2023

15

Bab 15 Curhatan Riya

29/12/2023

16

Bab 16 Riya Kabur Dari Rumah

29/12/2023

17

Bab 17 Di Losmen

29/12/2023

18

Bab 18 Tugas Untuk Roni

29/12/2023

19

Bab 19 Kehilangan Jejak

07/01/2024

20

Bab 20 Kepulangan Riya

08/01/2024

21

Bab 21 Membuat Riya Cemburu

08/01/2024

22

Bab 22 Kejujuran Roni

09/01/2024

23

Bab 23 PoV Roni ( Riya Yang Kepo )

09/01/2024

24

Bab 24 PoV Roni ( Wanita Penggoda )

10/01/2024

25

Bab 25 PoV Roni ( Video Call Pertama )

10/01/2024

26

Bab 26 PoV Roni ( Perempuan Kurang Ajar )

11/01/2024

27

Bab 27 Sedikit-Sedikit Mulai Tersebar

11/01/2024

28

Bab 28 Memblokir Sosmed Riya

12/01/2024

29

Bab 29 Riya Protes

12/01/2024

30

Bab 30 Kebohongan Yang Kembali Terkuak

13/01/2024

31

Bab 31 Ribut Besar

13/01/2024

32

Bab 32 Memberi Tahu Orang Tua Roni

14/01/2024

33

Bab 33 Ingin Bercerai

14/01/2024

34

Bab 34 Bi Surani Yang Arogan

15/01/2024

35

Bab 35 Diundang Saudara

15/01/2024

36

Bab 36 Cerita Mengejutkan Dari Ayu

16/01/2024

37

Bab 37 Saat Berpisah

16/01/2024

38

Bab 38 Pulang Kampung

17/01/2024

39

Bab 39 Bertemu Mantan

17/01/2024

40

Bab 40 Roni Datang

18/01/2024