Melepas Daster Burukku
ku terdengar, begitu aku mengangkat panggilan telepon darinya. Riya memang meman
terus mengetik tuts keyboard laptop. Aku memang sedang mengerjakan pekerjaanku sebagai penulis novel online. Dan nas
main ke rumah. Boleh dibilang, aku seperti pengasuh tak resmi yang selalu dimin
n. Aku ada ikan Sembilang. Tolo
s masak lagi. Di rumah semua tugasku sudah beres. Aku bahkan selesai masak dan mencuci sejak pagi tadi. Semua aku
inya, aku harus menyiangi ikan, mengupas bawang dan m
atau karena dia memang malas masak. Yang aku tahu, dia hampir tak pernah memasak sayur da
kirku, karena di rumah memang jarang membeli lauk ayam atau ikan yang enak-enak. Beda dengannya yang selalu membeli bahan makanan mahal dalam jumlah ban
uduk di kelas 4 SD itu pergi ke rumah Riya yang berada tepat di sebelah rumah kami,
utup telepon, namun kude
ah hampir tengah hari. Ayah Hilda ab
Sahutku
sampai ke sana kemari. Aku yang sedang menulis sambil berpikir jadi tak fokus dengan apa yang ia bic
ama ini aku dekat sama Roni. Dia tuh
bil mengetik, sementara ponsel kuletakkan di telinga dan kujepit dengan pundak. Aku sungguh kerepotan. Aku tak ambil pusin
tahu kan hubungan
engan dia, wajar aja namanya juga sepupu kandung. Saling eje
e kamu, Say. Tapi Roni
Aku bertanya tanpa menghentikan ge
juga berapa kali datang ke rumah aku. Dan maaf ya Say... Aku
RRR
. Refleks tanganku berhenti mengetik. Berusaha
tanya untuk mengulang. Masih berh
h di belakang kamu." Katanya dengan
buang rasa sesak yang tiba-tiba
baik saja. Padahal hatiku sudah bergemuruh menahan sedih, kecewa dan marah. Berulang kali aku hanya bisa
an suamimu. Aku minta kamu mengerti dan membiarkan Roni berhubunga
ja ia hunjamkan ke dada dan kepalaku. Hati dan pikiranku jadi s
asuh anak-anaknya. Yang mana aku disuruh memandikan, menyuapi makan hingga membersihkan kotoran mer
un-tahun aku tak pernah pulang kampung karena aku tahu Bang Roni tak punya cukup uang untuk mengajakku pulang bersilaturahmi ke
, aku nggak masalah sih. Kalau emang kamu suka sama dia, dan dia suka sama k
juga tetap dengan suamiku. Aku kan bilang gini, biar kamu tahu hubung
dan membiarkan dia setiap kali
g dia suka itu aku. Jadi biarkan aj
hubungan haramnya dengan suamiku, merestui mereka, namun aku
capan salam dari pintu depan. Dan ternyata
pa-apa ke dia ya. Jangan bilang kalau aku ngomo
" tanyaku
api dia nggak izinkan. Dia bilang, kalau aku ngomong ke kamu, sama aj
Aku tersenyum menyeringai. Haruskah kup