Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Asrama Sekolah

Asrama Sekolah

Nurfy

5.0
Komentar
159
Penayangan
1
Bab

Muhammad Aqmal Praditya seorang pemuda 17 tahun, remaja yang begitu nakal, sehingga kedua orangtuanya memasukkan dirinya kedalam asrama sekolah elit yang sangat kuno dan di kenal banyak sekali peraturan sehingga banyak anak seumuran dirinya menolak masuk ke sekolah itu. tapi sialnya, Aqmal remaja nakal ini malah di masukkan ke sana oleh orangtuanya yang sangat muak akan kelakuan dirinya yang susah sekali untuk di atur. lalau bagaimana jika dirinya bertemu dengan sesosok gadis bergaun Hitam tak lupa setangkai bunga layu yang selalu duduk di bawah pohon, bukannya merasa takut, dirinya malah tertarik pada gadis ini, sehingga dirinya dengan gencar untuk mengejarnya, tapi semakin di kejar semakin banyak ke jadian aneh dalam diri Aqmal.

Bab 1 1. Penghianat

"Kak, aku hamil?" ucap seorang perempuan menunjukkan lima buah testpack yang menunjukkan bahwa dirinya positif hamil.

"Tapi kita masih, masih sekolah, gak mungkin kan aku nikahin kamu dalam keadaan begini?" ucap si cowok menunduk melihat pacarnya yang menangis.

"Terus aku harus apa? Kak, aku takut ..., aku gak mau kecewain ibu sama bapak!" tangis si cewek di depan pacarnya.

"Ya udah, gugurin aja!" lantam si cowok menunduk melihat perut rata, itu. "Nanti siang kita aborsi, semua biayanya aku yang tanggung, kamu tenang aja," ujar cowok itu menangkup pipi pacarnya seolah sangat menyakinkan.

"Tapi aku takut kak, kenapa kakak gak tanggung jawab aja?" lirihnya.

Si cowok yang mendengar itu entah kenapa menjadi emosi, tapi dia tahan sejenak, lalu memeluk pacarnya dengan erat tak lupa meremas pinggangnya. "Nanti kakak, tanggung jawab kok, tapi mau ya, aborsi?" bujuk si cowok dengan nada sedih.

Wanita lugu itu mengangguk mengiyakan, niat jahat pacarnya itu, mereka berpelukan di bawah pohon belakang asrama yang cukup rimbun, si cowok melampiaskan aksi bejadnya kembali, padahal masih di kawasan sekolah.

. . .

"Kak aku takut, gimana kalo--" perkataan si cewe terputus oleh ciuman di keningnya.

"Gak, pa-pa, ada kakak, gak akan terjadi sesuatu kok, paling sakitnya juga cuma sebatas di gigit semut," jelas si cowok menggandeng tangan wanitanya.

"Ada perlu apa dek?" tanya suster yang berjaga di depan. Sebagi administrasi.

"Mau ketemu dokter Luqman, ada gak sus?" tanya si cowok berbisik.

"Oh ada di ruangannya, masuk aja dek!" suruh si suster.

"Makasih sus," jawabannya hanya di balas angguk kan oleh suster itu. "Ayo sayang?" ajaknya.

Si suster yang melihat gadis polos itu merasa kasihan, dia tidak bodoh untuk tidak tau masalah kedua anak remaja itu, karena setiap orang yang datang ke sini pasti untuk melakukan aborsi atau menghilangkan bayi yang baru berbentuk.

"Kak aku takut, pulang aja yuk!" rengek si cewek melihat lorong rumah sakit yang semakin menyeramkan di tambah suara bisikan aneh yang selalu hinggap di telinganya, beserta di iringi suara teriakan dan tangisan seorang bayi.

"Diam!" sentak si cowok, merasa geram dengan rengekan ceweknya.

. . .

Si cewek di baringkan di atas ranjang rumah sakit, wajah paniknya tidak bisa menutupi rasa takutnya melihat dokter pria itu yang begitu menyeramkan di matanya, dia di suruh mengangkang dokter pria itu sudah siap dengan sarung tangan miliknya.

Tangan dokter itu perlahan-lahan masuk ke dalam kemal*an si cewek yang sudah menangis takut. "Tolong keluarkan itu sakit!" teriaknya semakin keras karena tangan dokter itu semakin dalam selangkangannya seakan terasa di belah, si cowok yang melihatnya merasa tak tega.

"Dok, udah dok, pacar saya kesakitan!" sentaknya mencoba mengeluarkan tangan dokter itu, tapi yang ada dirinya malah di hempaskan.

"Akhh ....!" teriakan si cewek semakin keras memenuhi ruangan gelap itu dan terlepasnya janin yang baru tumbuh beberapa minggu itu, dia merasakan sakit yang luar biasa, sehingga membuatnya pingsan di tempat.

Si cowok yang terjatuh segera bangkit lalu membayar semuanya, dia sempat melirik gumpalan daging itu, sekelebat hatinya merasa kasihan tapi dia kembali sadar lalu membawa wanitanya yang tengah pingsan tanpa mengelap darah yang masih terus mengalir di area kemal*an si wanita.

. . .

"Semalam Lo kemana aja Wil?" tanya temannya.

"Tau lah, gue pergi bentar!" jawab si Willan.

"Bentar pala Lo! Pasti abis ngapel kan sama si Sulas?" tanyanya lagi.

"Tau aja Lo!" ketawa Willan.

"Tadi gue liat si Sulas ke kamar mandi, kok jalannya kek abis anu ya?" tanyanya melirik Willan dengan pandangan menggoda.

"Abis gue gempur semalam makanya jalannya kek gitu." jawab Willan yang di hadiahi ketawaan oleh teman-temannya, padahal ucapannya bertolak belakang dengan yang di ucapkan.

"Masih sakit?" tanya Willan pada sang kekasih.

Bibir Sulas begitu pucat pasi, dari semalam perut dan selangkangannya begitu sakit, dia bahkan menangis semalaman. "Hah, sakit Willan, kalo tau begini mending aku memilih malu seumur hidup dari pada membunuh darah daging sendiri dengan begitu keji!" sahut Sulas mengingat saat dirinya aborsi tangan dokter itu dengan ganas berkeliaran di dalam perutnya menarik buah hatinya.

Willan yang mendengar itu mendengus geli, lalu pergi tak mau melihat wajah Sulas, dia sangat muak, biarlah wanita itu mati kesakitan, Willan tidak peduli, toh dirinya juga tidak akan mau menikahi Sulas karena siapa yang mau, pasti punya Sulas tidak sebagus dulu, apalagi setelah di masuki tangan yang begitu besar, sudah pasti alat kemal*an Sulas sudah rusak.

. . .

Malam harinya Sulas tidak bisa tidur karena lagi-lagi rasa sakit itu kembali datang, Sulas bangun gaun hitam miliknya sudah bau amis karena darah tak berhenti keluar dari area kemal*annya Sulas akan pergi ke kamar mandi, tepat saat melewati pohon beringin tempat biasa dia bertemu dengan Willan dari arah samping Sulas mendengar suara desahan seorang wanita dan laki-laki tengah beradu alat kelamin.

Sulas menangis saat tau bahwa laki-laki yang tengah beradu di bawah pohon beringin itu adalah Willan kekasih yang sangat dia cintai. "Willan ...," gumam Sulas lirih menangis melihat kekasihnya.

Willan yang terpejam menikmati gempuran itu membuka matanya melihat ke arah depan yang di sana Sulas berdiri dengan wajah pucat beserta darah mengalir di kedua kaki putihnya.

"Sulas ...!" lirih Tania melirik ke arah Sulas yang sudah menangis, dia merasa terkejut karena perbuatannya kepergok oleh sahabatnya sendiri, tapi bukannya merasa bersalah dia malah melanjutkan acara gempurannya seolah Sulas tidak ada di sana.

"Kalian jahat! Dasar manusia biadab! Aku bersumpah akan membalas semua ini!" teriak Sulas di tengahnya malam, beserta desahan kedua remaja itu.

Hujan angin berdatangan silih berganti di tengah hujan deras itu kedua anak remaja tengah menggali lubang sedalam mungkin untuk mengubur Sulas yang masih bernafas dengan baik, untuk menutupi perbuatan bejad mereka selama di sekolah.

. . .

Lima tahun kemudian ....

"Dari mana saja kamu anak nakal!" teriak sang ibunda menarik telinga anak remajanya yang suka kelayapan mencari janda.

"Aduh Bun, udah Bun, telinga Aqmal putus Bun, akhh!" teriak anak remaja itu, menerima cubitan ganas milik Kanjeng ratu.

"Ikhh ....!" kesal sang ibunda merasa gemas dengan kelakuan putra bungsunya ini, sudah di ingatkan jangan terlalu kelayapan tapi ini anak tidak pernah mendengar omongannya. "Ayah hukum anaknya yah, bunda capek!" teriaknya lalu pergi dari ruang tamu megah itu.

"Bunda jangan tidur dulu, ayah mau bicara sesuatu, duduk dulu sini!" pintanya pada sang istri yang hendak masuk kamar.

"Aqmal ..., melihat kelakuanmu belakangan ini dengan terpaksa ayah akan memasukkan kamu ke asrama, ayah akan menetapkan kamu di sana hanya satu tahun, lalu setelah itu kamu bisa pulang, tapi jika sikapmu tidak berubah-rubah ayah sama bunda lepas tangan," beritahu sang ayah dengan nada lembut sebagimana dia mendidik anak-anaknya supaya otak anaknya tidak rusak.

"Yah, Aqmal janji deh gak nakal lagi, tapi jangan masukin Aqmal ke asrama Aqmal gak betah di sana, ayah ...." rengekannya pada sang ayah, jika orang lain ibunya yang sangat lembut berbeda dengan Aqmal ini malah kebalikannya ayahnya justru selembut sutera sedangkan sang bunda malah seperti macan betina sangat galak.

"Cuma satu tahun kok nak, nanti kamu bisa kok mengunjungi kami setiap tiga bulan sekali," jelas sang ayah.

"Bunda .... Jangan masukin Aqmal ke asrama bunda, Aqmal gak bisa jauh dari kalian!" rengek Aqmal yang hampir menangis tak mau di masukkan ke asrama, dia tidak bisa jauh dari kedua orangtuanya, walaupun sang bunda begitu galak seperti macan tapi rasa sayang sebagai anak tidak bisa berbohong, di tambah dia akan berjauhan dari kedua saudaranya perempuannya itu.

. . .

Bagaimana part ini gaes? Belum muncul hantu! 🗿🙏😂

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Nurfy

Selebihnya
Five Beautiful Girls

Five Beautiful Girls

Anak muda

5.0

Bell sekolah sudah berbunyi dan kelima sekawan itu segera beranjak pergi untuk pulang, tapi satu dari mereka tidak ikut karena hari ini jadwal dia piket. "Hati-hati Lo Yuna ada kuntilanak nanti di sini!" kata salah satu sahabatnya dengan menakut-nakuti diri. "Bangke lu, gak usah nakut-nakutin gue deh kamvret! Gue gibeng juga lu pake nih bangku guru!" keselnya hendak mengambil bangku guru yang berada di dekat dirinya. "Kabur....!" mereka berempat berlari pergi meninggalkan Yuna sendiri, sebenarnya sih teman piket Yuna lagi kerung guru buat ngurus sesuatu makanya dia di sini sendiri. "Oh ya, Yun nanti jangan lupa datang ya ke taman kita ngumpul di sana, mumpung besok libur!" teriknya lalu kembali pergi. * * * * Sesuai perjanjiannya tadi di sekolah kini kelima gadis sengklek bin gila ini mereka duduk di bawah pohon buat ngadem karena cuaca sore ini sangat panas apalagi ini kan masih jam tiga. "Kita main kemana nih? Bosen gue, perasaan nih taman sepi amat dah?" "Ehh, btw nih anak tumben pake rok pendek," ujarnya sambil mencingcing rok pendek warna coklat itu hingga tangannya di tepis. "Yee, anjir lu ngapain sih Cok, risih bangke!" semprot sang pemilik rok. "Bangke, gue kan cuma megang anjir!" elaknya. "Megang apaan asu, untung lu cewe kalo cowo udah gue hajar lu ampe pingsan!" ketus Nia. "Udah lah kak, jangan ribut Mulu?" lerai sang adik yakni Azzara. "Tuh dengerin kata adek lu, rempong!" ejek Ari menatap Nia menantang seolah mengajak gelut. "Ape lu anjir, biasa aja dong matanya! Mau gue colok lu hah!?" ngegas Nia hingga membuat kedua perempuan itu pusing. "Udah lah anjing jangan pada ribut, pusing gue dengernya!" sentak Hana lalu pergi ke pedagang ceker dan memesannya dia sungguh sangat badmood untuk meladeni kedua kucing dan tikus itu. "Woy! Sini asu, ngapin bengong, sini lah makan, adu bacot butuh tenaga setan!" teriak Hana hingga pedagang itu kaget, mendengar teriakan membahana dari si gadis berpipi bulat yakni si Hana. "Astagfirullah kaget!" kata si pedagang ceker itu. "Ceker bang lima ribu-lima ribu, lima porsi ya?" "Iya neng." "Bangke teriaknya kek manggil setan bangun aja tuh toa!" gumam Ari. "Udah yuk kesana." Lalu mereka berempat pergi menuju hanya yang sudah stay di bawah pohon deket si pedagang sambil menunggu ceker pesanannya. "Lo udah pesenin kita belum?" tanya Nia lalu duduk di dekat Hana. "Udah, kalian tinggal bayar aja," "Bused, gue kira di traktirin tadi!" "Yaelah... ngab bayar sendiri lah... ini aja sisa bayar SPP sekolah gue yang udah nunggak anjir!" jelasnya. "Ya udah lah ya." Mereka berlima pun memakan ceker yang di beli masing-masing lalu berjalan mengelilingi taman yang sudah mulai ramai dengan anak remaja, ibu-ibu, bapak-bapak dan anak-anak, yang lagi piknik sore (emot batu) Kelima perempuan ini bukan berasal dari keluarga kaya raya mereka sama saja seperti kita kadang susah kadang senang karena ada duit! Dan rata-rata orang tua mereka ada yang kerja jadi tani, kuli dan lain sebagainya. Arinia Devazila gadis remaja 16 tahun ini baru menduduki kelas 12 SMA bukan karena jalur akselerasi atau semacamnya tapi karena orang tuanya saja yang terlalu cepat memasuki anaknya ke sekolah SD walaupun nilainya sering rendah tapi Alhamdulillah pas masuk SMP dia sering dapat juara kelas. Walaupun namanya agak laki tapi dia ini perempuan dan dari itu dia menggunakan kerudung untuk menutupi rambut panjangnya. Hana Nafisah gadis remaja 17 tahun sekelas sama Ari. Hana memiliki rambut bergelombang dengan pipi chubby ala dirinya yang sangat menggemaskan tapi ngeselin tapi ngangenin juga! Aaa.... Kiyowo! Putriana Nisha gadis ini juga seumuran dengan Hana, Nisha lebih suka di panggil Nia karena parasnya yang cantik dengan pipi tirus sedikit berisi dengan rambut pirang, sepunggung miliknya. Azzara Aziva saudara dari Nisha atau Nia tapi beda Azzara dia memiliki rambut hitam sepinggang dan wajahnya agak bulet Azzara ini adik dari Nia dan dia baru berusia 15 tahun dan masih kelas 11 SMA banyak dari teman sekolahnya yang tidak percaya bahwa dia ini bersaudara sama Nia karena tidak ada mirip-mirip nya bukan karena jelek mereka sama-sama cantik tapi ya itu mereka berdua ini tidak ada mirip-mirip nya sama sekali! Yang terakhir Kim Yunna orang Korea asli tapi pindah ke Indonesia karena usaha bapaknya bangkrut jadi dia memilih pindah ke Indonesia dan menetap di sini, si Yuna ini paling suka di candain tes keriuk sama si curut empat ini. Di antara mereka berlima hanya Yuna yang beragama Kristen yang lain Islam semua tapi itu tak jadi permasalahan yang penting kita akut saja. Yuna memiliki rambut yang pendek seperti Lisa blackpink di tambah kulitnya yang putih dan itu sangat cantik.

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku