Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Sang Pemuas
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Gairah Sang Majikan
Pagi itu di sebuah kantin sekolah, para siswa berlarian begitu melihat seorang guru pria sedang membubarkan anak didik yang masih bandel. Pasalnya sudah lima menit yang lalu bel tanda masuk telah berbunyi, tapi tetap saja belum beranjak dari tempat duduk.
Mereka berlarian seperti pemotor terkena razia polisi. Menerobos tanaman perdu di sekitar taman, bahkan ada yang jatuh terperosok ke dalam selokan. Apapun akan mereka lakukan asal tidak tertangkap guru pensiunan TNI AL yang terkenal garang.
Sementara itu di kelas XI IPS sejak bel tanda masuk berbunyi, Reika merasakan perutnya melilit karena siklus bulanan yang kerap kali menyiksa kaum hawa. Ia terpaksa harus merelakan beberapa jam pelajaran favoritnya, Bahasa Indonesia. Merasa sudah tidak tahan lagi, ia minta ijin Bu Winda ke kamar mandi.
"Bu, boleh saya minta ijin ke belakang?" tanya Reika sembari meremas perutnya sambil meringis.
"Silakan, Reika."
"Terima kasih, Bu."
Tanpa membuang waktu, ia melesat keluar ruangan. Berlari seperti atlit marathon, lari, lompat, bahkan terbang akan dilakukan andaikan saja ia bisa. Cuma satu tujuannya, toilet wanita. Untung saja toilet masih kosong, biasanya jam-jam segini rawan antri.
Posisi toilet wanita dan pria bersebelahan, dibatasi tembok tinggi dengan roster yang sangat tidak mungkin dipanjat walau memakai bantuan meja dan kursi sekalipun. Namun, justru karena adanya roster, siswa perempuan merasa risih karena mereka berpikir mungkin ada saja beberapa siswa iseng.
Sementara di sisi toilet pria, dua orang siswa memasuki satu toilet secara bersama-sama. Erwin, yang asyik dengan rokoknya. Rendy, serius menatap layar ponsel yang menyajikan film dewasa. Mereka sama-sama kelas XI IPA, termasuk anak yang pintar, tapi bandel. Keduanya bisa dibilang murid yang populer di mata kaum hawa di sekolah. Tubuh Erwin sedikit tampak atletis karena beberapa bulan terakhir ini rajin nge-gym. Rambut lurus agak panjang, badannya tegap terlihat tampak macho. Sedangkan Si Rendy sedikit lebih kecil, rambutnya hitam lurus dengan gaya belah tengah. Tangan kiri hampir selalu dimasukkan ke saku celana.
"Besar amat pantatnya, mulus, putih lagi, ckck."
"Rambutnya juga lebat, hahaha." Mereka tertawa cukup keras, hingga penghuni sebelah menjerit histeris.
"Aaaaaw... toloooong ada yang mengintiiip !!!"
Sontak saja, teriakan Reika mengundang perhatian Pak Pram bersama beberapa murid anggota OSIS yang kebetulan melintas. Gita, teman sekelas Reika beserta siswa perempuan berusaha untuk menenangkannya, sementara Pak Pram langsung menuju toilet pria setelah mendengar teriakan histeris dari salah seorang murid perempuan.
Beliau menggedor pintu hingga membuat penghuni di dalam bilik menghentikan aktifitasnya.
"Siapapun yang ada di dalam, cepat keluar !"
Tak berapa lama terdengar suara seseorang membuka kunci dari dalam, begitu pintu dibuka asap rokok menerobos mengepul di udara disusul dua anak badung dengan ekspresi ketakutan. Sebenarnya tidak merasa takut, tapi lebih kepada segan dengan Pak Pram yang memang sifatnya kebapakan dan lemah lembut, orangnya ramah dan bersahabat.
Pria berkaca mata itu geleng-geleng kepala begitu mereka keluar. Sebuah hadiah jeweran yang tidak begitu keras diterima. Selanjutnya Erwin dan Rendy diminta mengikutinya ke ruang BK. Setiap siswa SMA GARUDA akan menurut jika Pak Pram turun tangan, tidak ada bantahan yang keluar jika beliau yang meminta.