Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Bab.1.
Gadis cantik itu terjaga di sepertiga malam, tubuhnya bersandar di depan jendela dengan dua tangan menyilang di dada. Matanya memandang keluar jendela, bibirnya terkatup rapat. Rambutnya coklat panjang indah tergerai. diraihnya mantel hitam yang tergantung di dinding. Lalu dikenakan mantel , tangannya terulur membuka knop pintu. Kakinya melangkah keluar. Kedua tangannya merapatkan mantel sampai ke leher. Hembusan dinginnya angin menerpa wajahnya. Kepalanya menunduk , entah apa yang berkecamuk di dalam hatinya, entah apa yang ada di dalam pikirannya.
"Mooi.."
Desisan lirih seorang pria tampan yang berdiri di balkon kamar, seiring tajam tatapan matanya bagaikan tatapan mata burung gagak dan ekspresi wajah tampan arogan yang sangat tegas , kedua tangannya di dalam saku celana panjang. Diperhatikan gadis cantik yang keluar dari rumahnya yang letaknya berhadapan dengan rumah pria tampan itu. Bergegas pria tampan itu berbalik masuk ke dalam kamar tidurnya, menuruni anak tangga , keluar dari rumahnya. mengenakan mantel panjang hitam selutut yang membuatnya tampak seperti pria yang arogan berwibawa dan dingin. Kakinya melangkah lebar mengikuti langkah gadis itu, tangannya terulur mencekal lengan gadis cantik yang berjalan di depannya.
"Mooi mau kemana .?"
Langkahnya terhenti, wajah cantik tetap tertunduk dalam.
"Mooi.. aku tahu kamu masih marah padaku. Maafkan aku.!"
Kedua mata indah terpejam, ditariknya nafas perlahan - lahan , kulit wajahnya putih halus cantik bagaikan batu pualam. Pria tampan itu menarik lengan gadis cantik dalam dekapannya yang hangat.
"Aku tahu kamu marah padaku tapi tolong maafkan aku dan berilah kesempatan padaku sekali ini saja untuk memperbaiki hubungan kita.!. Aku mencintaimu ,,mooi."
Ucap pria tampan itu sembari mencium pucuk kepala gadis cantik.
"Mooi..aku mengantarmu pulang ya.!"
Bisik pria tampan itu dengan lembut, namun gadis cantik itu hanya diam berdiri , badannya tak bergeming.
"Ok, kalau kamu tidak mau kuantarkan pulang lebih baik kita duduk di bangku taman itu ya, mooi..!!"
Tangan pria tampan menunjuk ke arah kursi taman. Gadis cantik itu mendongakkan kepalanya , bola matanya yang coklat indah menatap wajah pria tampan yang mendekapnya..
"Don Juan.. "
Suara lirih lembut keluar dari bibir gadis cantik itu. Pria tampan menundukkan kepalanya melihat wajah gadis cantik itu.
"Ya , mooi. Ada apa.?"
"Tolong tinggalkan aku sendirian di sini, juan.!"
Pinta gadis itu dengan lembut selembut tatapannya.
"Tidak , mooi. Aku tidak meninggalkanmu sendirian di sini."
Desis Don Juan , gadis cantik itu hanya bisa menghembuskan nafas perlahan.
"Aku mau sendiri , juan ."
Ucap gadis cantik dengan nada suara rendah tapi penuh penekanan. Don Juan menggeleng dengan tegas menjawab..
"Bukankah sudah kukatakan tidak membiarkanmu sendirian , mooi.?!"
Gadis cantik itu menahan nafasnya sambil menatap netra mata Don Juan.Tatapan lembut dari mata yang indah tetap saja tidak berhasil menutupi kesedihan yang terpancar dari kedua matanya.
"Mooi, ingin kuhapus kesedihan dari tatapanmu yang indah. Apakah kemarahanmu , kesedihanmu , kekecewaanmu menghapus cintamu padaku , mooi .?!. Semudah itukah , mooi. ?!"
Gadis cantik itu memalingkan wajahnya sembari menggigit bibirnya sendiri , sekuat tenaga menahan air matanya agar tidak runtuh di hadapan Don Juan. Hatinya berkata..
{"Jika aku bisa menghilang pasti aku menghilang selamanya dari hadapan Don Juan. Untuk apa aku ada di hadapannya jika ia mencintai perempuan lain selain diriku.?!"}
Don Juan langsung menggendong tubuh gadis cantik yang dalam rengkuhannya.
"Terlalu lama kita berdiri , lebih baik aku menggendongmu dan kita duduk di bangku taman itu, mooi.!"
"Turunkan aku dari gendonganmu , juan.!"
Gadis cantik itu meronta dalam gendongan Don Juan kekasihnya.
"Tidak , mooi."
Don Juan