Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Santi baru pulang dari bidan bersama Yanto suaminya dia baru saja memeriksakan dirinya yang beberapa hari ini muntah dan pusing sampai tidak bisa bangkit dari tempat tidur.
"Sakit apa katanya, Bu?" Tanya Putri.
"Ibu nggak sakit kok."
"Terus kalo nggak sakit apa dong?" Tanya Putri.
"Ibu hamil jadi kalian akan punya adik baru." Sahut Yanto ayahnya.
"Hah! Yang bener, Yah?" Tanya Dila adik Putri.
"Iya." Sahut ibunya tersenyum nampak wajahnya pucat sekali karena seharian tidak makan apa pun karena selalu memuntahkan apa saja yang masuk.
"Ye punya adik baru, sekarang Dila nggak di sayang lagi deh." Seru Putri.
"Apa sih kak, nggak kan bu?" Tanya Dila pada ibunya.
"Sudah-sudah ibu kalian mau istirahat." Ujar Yanto lalu membopong Santi menuju kamar.
Putri berusia 14 tahun dan baru kelas dua SMP sedangkan Dila berumur 9 tahun dan baru kelas tiga sekolah dasar, ayahnya sehari-hari berdagang ikan di pasar.
Untung Putri sudah bisa memasak jadi dengan mudah dia menyiapkan makan malam.
"Ibu mana yah?" Tanya Putri pada sang ayah.
"Ibumu Nggak bisa bangun, coba antar makanan untuk ibumu ke kamarnya." Perintah sang ayah.
"Baik, yah."
Putri membawa sepiring nasi lengkap ikan beserta sayurnya dan air teh hangat untuk sang ibu.
Saat memasuki kamar terlihat ibunya berbaring tak berdaya wajahnya pucat.
"Bu, ibu makan ya biar Putri suapin."
"Ibu nggak nafsu Put, kamu saja yang makan."
"Ibu harus makan, bu. Aku bantu bangun ya." Ujar Putri.
Dengan terpaksa Santi bangun di bantu Putri, dengan lembut Putri menyuapi sang ibu. Namun, setelah tiga suam sang ibu memuntahkan lagi makanan yang baru dia telan.
Beruntung ada ember kecil di samping ranjang yang memang ditaruh disitu agar memudahkan sang ibu mengeluarkan isi perutnya jika mual melanda.
"Ibu mau istirahat saja, Put." Ujar sang ibu lemah. Dengan wajah sedih Putri membantu ibunya berbaring kembali.
"Bagaimana, Put. Ibumu sudah makan?" Tanya sang ayah.
"Sudah tapi dimuntahkan lagi, yah." Jawab Putri.
"Ya sudah kamu makan dulu, ayah mau istirahat." Ujar ayahnya lagi seraya berlalu menuju kamarnya.
"Aku sudah selesai, kak. Aku duluan ke kamar ya." Kata Dila pada kakaknya Putri.
"Iya." Jawab putri singkat.
Setelah membersihkan meja makan dan mencuci piring kotor Putri pergi ke kamarnya.
*****
Keesokan paginya setelah shalat subuh Putri memasak nasi goreng untuk sarapan.
Sang ayah yang memang biasa bangun pagi sekali karena akan pergi ke pasar untuk berdagang berjalan menuju dapur dan menghampiri Putri.
"Masak apa, Nak?" Tanya sang ayah di belakang Putri.
"Eh, yah. Aku masak nasi goreng." Ujar Putri berbalik menghadap sang ayah yang sangat dekat.
"Ayah cicip dong enak apa nggak masakan kamu." Ujar sang ayah.
"Tunggu sebentar ya, yah. Belum selesai." Jawab Putri.
"Sini ayah bantu." Ujar sang ayah menggenggam tangan Putri yang memegang sutil untuk mengaduk nasi goreng.
"Ih ayah, inikan mudah. Kayak berat aja nih jadi di bantu." Putri terkekeh saat sang ayah membantunya mengaduk nasi.
"Kamu belum mandi, ya. Bau acem nih." Ujar sang ayah mencium rambut Putri dari belakang.
"Iya Putri belum mandi, nanti habis ini Putri mandi." Ujar Putri.