Merrisa Amalia tak pernah menyangka jika tepat di hari pernikahannya, dia akan mendapatkan sebuah kejutan yang begitu mencengangkan. Di malam setelah dia menyerahkan kesuciannya, Mer mengetahui tentang suatu kebenaran. Adi, sang suami ternyata sudah memiliki istri dan juga anak. Kira-kira, bagaimana kelanjutannya? Yuk kepoin kisahnya.
"Saya terima nikah dan kawinnya Merrisa Amalia binti Adan dengan mas kawin cincin emas seberat lima gram dan uang tunai sebesar lima puluh juta rupiah dibayar tunai."
Adinandya Kharisma Putra mengucapkan kalimat kabulnya dengan hanya satu tarikan napas saja, tentu saja hal itu membuat sang mempelai wanita benar-benar merasa bangga dan juga bahagia.
"Bagaiaman para saksi?" tanya pak penghulu.
SAH! "
Kata itu seakan mengalun indah di gendang telinga Merrisa Amalia. Dia begitu senang, karena akhirnya dia bisa menikah dengan lelaki yang melamarnya secara baik-baik ke rumahnya.
Lelaki dewasa yang terpaut usia tiga belas tahun dengannya. Lelaki dewasa yang sudah berhasil menaklukan hati seorang Merrisa Amalia.
Lelaki itu, memang baru saja dikenalnya selama 3 bulan. Akan tetapi, lelaki itu sangat baik dan dia begitu perhatian terhadap Merrisa.
Lelaki itu juga sangat baik terhadap pak Adan, bapaknya Merrisa. Lelaki itu juga sangat baik terhadap Johan, adiknya Merrisa.
Merrisa pun langsung jatuh hati terhadap kebaikan lelaki itu, Merrisa menyukai sifat lelaki itu yang dia rasa sangat lembut dan berwibawa.
"Akhirnya, Sayang. Kamu sudah sah menjadi istriku, bersiaplah." Bisik Adinandya tepat di telinga Merrisa.
Merrisa terlihat tersipu malu, dia jadi membayangkan hal yang tidak-tidak gara-gara ucapan Adi. Adi yang melihat akan hal itu langsung terkekeh, dia merasa begitu gemas ketika wanita yang kini baru saja sah menjadi istrinya itu tersipu malu karena ulahnya.
Pernikahan sederhana yang Adinandya rencanakan dengan matang pun telah terlaksana, dia memang sengaja tak mengundang banyak orang.
Dia beralasan, bahwa dia tidak ingin melakukan pernikahan secara besar, karena ingin melaksanakan acara pernikahannya dengan khidmat yang hanya dihadiri oleh pihak keluarga inti saja.
Merrisa pun setuju, kerena dia memang tidak terlalu suka akan keramaian. Lagi pula, menurut Merrisa uang untuk acara resepsi mending ditabung saja buat masa depan daripada dihamburkan secara sia-sia.
Toh yang terpenting masa setelah mereka menikah nanti seperti apa. Bukan tentang pernikahannya semewah apa.
Semua rangkaian acara dilaksanakan dengan khidmat. Walaupun tak banyak tamu yang datang, seakan tak mengurangi kebahagiaan dari Merrisa dan juga Adinandya.
Bahkan, sepanjang acara berlangsung Merrisa dan Adinandya terlihat sangat senang, begitupun dengan pak Adan dan juga Johan, adik dari Merrisa.
"Kamu senang, Mer?" tanya Adi.
"Tentu," jawab Mer tersipu-sipu.
Sepanjang acara resepsi pernikahan yang digelar secara sederhana berlangsung, Adi dan juga Mer terus saja tersenyum dengan begitu bahagia.
Mer terlihat begitu lengket kepada pria yang baru saja mengesahkan dirinya sebagai istrinya, Adi juga memperlakukan Mer dengan penuh cinta selama acara berlangsung.
Tentu saja hal itu membuat keduanya terlihat merasakan kebahagiaan yang tiada tara, hingga tidak lama kemudian acara resepsi pernikahan sudah berakhir. Adi menghampiri pak Adan dan juga Johan, dia ingin berpamitan dan meminta izin untuk memulai rumah tangga mereka.
"Pak, izinkan saya membawa Mer ke rumah saya. Saya ingin berumah tangga secara mandiri dengan Mer," ucap Adi.
Mer merasa terharu mendengar ucapan dari Adi, ternyata Adi begitu sopan saat meminta izin kepada bapaknya.
Pak Adan tersenyum, lalu menepuk pelan pundak lelaki yang baru saja menjadi menantunya. Pria yang dia rasa bisa menuntun putrinya menjadi istri yang sholeha.
"Silakan, Nak. Bawalah istrimu pergi ke rumahmu. Akan tetapi, bapak minta tolong jaga anak Bapak dengan baik. Bahagiakan dia, buatlah dia menjadi istri yang patuh terhadap suaminya."
Pak Adan berpesan kepada lelaki yang baru saja menjadi menantunya, tentunya dia meminta menantunya tersebut untuk membahagiakan putri tersayangnya.
Adi terlihat menganggukan kepalanya, sebagai tanda setuju dengan apa yang diucapkan oleh mertuanya.
"Pasti, Pak. Saya sangat menyayangi istri saya, saya pasti akan berusaha untuk membahagiakan putri Bapak. Kalau begitu, kami permisi, Pak." Adi langsung mencium punggung tangan pak Adan.
Adi juga tak lupa berpamitan dengan Johan, adik laki-laki Merrisa yang kini tengah menjadi adik iparnya. Pria itu terlihat menatap Adi dengan tatapan penuh harap, dia berharap jika Adi mampu membahagiakan kakak perempuannya itu.
"Abang pulang dulu, kalau kamu sempat mainlah ke rumah." Pamit Adi pada Johan seraya menepuk pundak adik iparnya.
"Iya, Bang. Jaga Kakak aku dengan baik ya, jangan sakiti dia," pinta Johan pada Adi.
"Pasti!" jawab Adi dengan yakin.
Sebelum Mer ikut ke rumah Adi, Mer memeluk bapaknya dengan erat. Dia juga memeluk adiknya dengan sangat erat, Mer sebenarnya merasa sangat berat untuk meninggalkan mereka berdua.
Bahkan air Mata Mer kini mulai turun dan membasahi kedua pipinya, Mer dengan cepat mengusap air matanya, lalu melerai pelukannya.
"Mer pergi, Bapak sama Johan jaga diri baik-baik." Mer berucap dengan suara yang serak, karena dia terus saja menangis.
"Kakak, tenang saja. Ada johan yang akan jaga Bapak, Kakak berbahagialah dengan kehidupan baru Kakak." Johan tersenyum seraya mengusap lengan Mer dengan penuh kasih.
Mer langsung tersenyum, dia senang karena ternyata adiknya sudah dewasa. Walaupun Mer berat untuk meninggalkan mereka, Mer harus ikhlas. Karena hari ini dia telah melepaskan masa gadisnya, dia juga sudah menjadi seorang istri dari Adinandya Kharisma Putra.
Sudah tidak mungkin lagi jika dia masih harus bermanja pada bapak dan adiknya lagi. Mer juga sadar jika dia sudah mempunyai tanggung jawab yang baru, dia sudah harus patuh terhadap suaminya itu.
"Pergilah, Nak. Berbahagiah dengan suami kamu," ucap Pak Adan.
Setelah berpamitan kepada pak Adan dan juga Johan, Mer langsung masuk ke dalam mobil milik Adi. Lalu, dia duduk di bangku samping kemudi.
Setelah memastikan jika istrinya sudah masuk ke dalam mobilnya dengan benar, Adinandya pun langsung melajukan mobilnya menuju kediamannya.
Sepanjang perjalanan menuju rumah Adi, Mer terlihat sangat bahagia. Senyum pun, tak pernah pudar dari bibirnya. Walaupun memang pada awalnya sempat dia merasakan kesedihan karena baru saja berpisah dengan kedua lelaki yang dia sayang.
Sesampainya di rumah Adi, Mer langsung diajak ke dalam kamar utama oleh suaminya. Semua barang-barang yang mereka bawa, langsung dirapikan oleh asisten rumah tangganya.
Adi yang terlihat tak sabar langsung menggendong istrinya, Mer. Adi menidurkan Mer di atas kasur berukuran besar milik Adi.
"Mas mau apa?" tanya Mer saat melihat Adi mulai mengungkung pergerakan tubuhnya.
Adi dengan tidak sabarnya langsung mengunci pergerakan tubuh Mer, tentu saja hal itu membuat Mer tidak bisa bergerak dengan bebas.
"Sayang, Mas, pengen. Mas mau kamu, Mas udah ngga tahan." Adi langsung menautkan bibirnya tanpa mendengarkan Mer mau berbicara apa.
Mer yang tahu dengan apa yang diinginkan oleh suaminya dengan senang hati langsung menyambut tautan bibir suaminya itu, dia mengimbangi permainan bibir suaminya yang dirasa begitu lihai.
"Mas!" erang Mer kita pagutan bibir mereka terlepas.
Mer terlihat terengah-engah, dia seolah kehabisan napas karena Adi mencium bibir Mer dengan tidak sabarnya.
"Apa, Yang? Mas udah ngga tahan, sekarang ya?" pinta Adi yang mulai membuka gaun pengantin yang dipakai oleh Mer.
"Iya, Sayang. Aku tahu kalau kamu udah pengen banget, tapi... izinkan aku untuk membuka gaun pengantinnya dulu. Izinkan aku untuk mencuci muka terlebih dahulu," ujar Mer.
Bab 1 Kejutan
20/08/2023
Bab 2 Perih
25/08/2023
Bab 3 Mulut Manis Penuh Kebohongan
31/08/2023
Bab 4 Pasrah
31/08/2023
Bab 5 Membuntuti
31/08/2023
Bab 6 Bermalam
09/09/2023
Bab 7 Hampir Ketahuan
09/09/2023
Bab 8 Tidak Terduga
09/09/2023
Bab 9 Bersitatap Mata
09/09/2023
Bab 10 Numpang
09/09/2023
Bab 11 Numpang 2
15/09/2023
Bab 12 Kecewa
16/09/2023
Bab 13 Tawaran
18/09/2023
Bab 14 Jadi Sekretaris
18/09/2023
Bab 15 Merasa Kurang Beruntung
20/09/2023
Bab 16 Semakin Sakit
20/09/2023
Bab 17 Berusaha Untuk Menguatkan Hati
20/09/2023
Bab 18 Berusaha Melupakan
24/09/2023
Bab 19 Pencuri Kecupan
24/09/2023
Bab 20 Meminta Kepercayaan
09/10/2023
Bab 21 Menyebalkan
09/10/2023
Bab 22 Curiga
09/10/2023
Bab 23 Pertengkaran
09/10/2023
Bab 24 Memberanikan Diri
14/10/2023
Bab 25 Ingin Berpisah
14/10/2023
Bab 26 Perdebatan
14/10/2023
Bab 27 Minta Tolong
16/10/2023
Bab 28 Syarat
16/10/2023
Bab 29 Setuju
16/10/2023
Bab 30 Bujukan
16/10/2023
Bab 31 Menghindari
16/12/2023
Bab 32 Tanda Tangan
16/12/2023
Bab 33 Kesal
16/12/2023
Bab 34 Arga yang Pemaksa
16/12/2023
Bab 35 Pikiran Negatif
16/12/2023
Bab 36 Membujuk
06/03/2024
Bab 37 Berbicara Dari Hati Ke Hati
06/03/2024
Bab 38 Kaget
29/04/2024
Bab 39 Resmi
29/04/2024
Bab 40 Pergi Ke Ibu Kota
29/04/2024
Buku lain oleh Cucu Suliani
Selebihnya