Cerita ini mengisahkan tentang Ketakutan seorang ibu muda berusia 30 tahun yang takut anaknya di rebut paksa dari pelukannya karena memilih sebuah perceraian.Almira memilih perpisahan di usia pernikahannya yang baru berusia 1,5 tahun karena tabiat suami yang selain pelit uang nafkah juga suka selingkuh.Dia memilih mundur dari pernikahan yang tak sehat itu demi kewarasannya, tapi ternyata tak semudah itu melepaskan diri dari suami yang di perjuangkan nya dulu.Iqbal yang mengetahui kelemahan Almira yang takut kehilangan anaknya pun memanfaatkan itu untuk menekan dan mengancamnya agar tak melanjutkan keinginannya untuk. berpisah.Bagaimana kelanjutannya?
"Ya sudah kalau kamu tidak mau pulang! arka akan aku bawa bersamaku kamu di sini saja tidak apa-apa, Arka tidak membutuhkanmu!" kalimat paksaan itu meluncur dari bibir seorang Iqbal suami dari Almira.
"Tidak!! Arka tetap bersamaku, Arka masih membutuhkanku, Arka masih membutuhkan asiku, aku ibunya aku yang mengandungnya aku yang melahirkannya kamu tidak berhak mengambilnya dariku!" teriak Almira tak kalah sengit saat dengan sengaja suaminya Iqbal ingin mengambil paksa arka dari pelukannya.
"Kamu jadi perempuan jangan egois, Apa alasanmu minta pisah dariku? oke fine! katakanlah aku salah, tapi tak bisakah kau memberikan aku satu kesempatan saja? lagi pula Apakah kamu punya bukti dengan kesalahan yang kamu tuduhkan kepadaku itu?" suara Iqbal mulai melunak mencoba menggoyahkan pendirian seorang Almira.
Sesaat Almira pun diam coba mencerna yang dikatakan oleh suaminya itu. dalam hati Almira membenarkan bahwa dirinya tidak mempunyai bukti kuat bahwa suaminya berselingkuh, yang dia tahu hanyalah Iqbal berselingkuh dengan seorang wanita yang selama ini mengaku sebagai kawannya saja.
Malam itu pukul 11.00 malam, saat Almira menginap di rumah ibunya dia mendapatkan chat wa dari keponakan dari suaminya yang selama ini memang tidak pernah akur dengan suaminya itu.
Keponakannya itu bernama Dewi, rumah Dewi berada tepat di samping rumahnya Almira.
"Te, Apa kamu tahu kalau Om Iqbal sedang keluar rumah? barusan aku lihat om Iqbal keluar dengan mobil selingkuhannya itu, mobil sport hitam yang dulu diakui oleh Om Iqbal sebagai mobil bosnya!" tanya Dewi dalam pesan whatsapp tersebut.
"Tidak Wi, katanya Om kamu sedang sakit kepala, jadi dia tadi tidak mau menyusulku ke rumah ibuku di sini!"jawab Almira lewat pesan juga.
"Fix ini Tante, Om pasti keluar dengan perempuan gatal itu!" jawab Dewi lagi.
Almira tidak membalas lagi pesan dari keponakannya itu, hatinya terbakar emosi dan cemburu yang naik ke ubun-ubun.
Jam 11.00 malam Dia pamit kepada ibunya keluar sebentar.
"Mira mau keluar sebentar ya Bu? Mira kepengen martabak telor punya kang Diman di perempatan sana!" pamit Almira kepada ibunya.
Bu Aminah yang tidak mencurigai sama sekali gelagat Anaknya pun hanya mengizinkannya.
"Emang kamu berani sendiri Al? ini sudah malam loh! sana minta sama kakakmu Eni untuk menemani!" jawab Bu Aminah dengan kalimat memerintah untuk mengajak sang kakak menemani.
"Tidak Bu, sepertinya Mbak Eni sedang sibuk! Almira bisa sendiri kok bu! nggak usah kuatir."Almira sengaja memasang senyum merekah mungkin untuk menutupi kegundahan hatinya.
Bu Aminah yang sama sekali tidak mencurigai gelagat anaknya pun mengizinkan begitu saja.
"Ya sudah hati-hati, nggak usah ngebut, ini sudah malam!"jawab Bu Aminah akhirnya.
Tak menunggu lama, Almira menstater motornya lalu mengetesnya dengan kekuatan penuh, Bu Aminah yang melihatnya sontak kaget, Dia baru menyadari Kalau Putri sapihannya itu sedang tidak baik-baik saja.
Kekhawatiran menguasai hati Bu Aminah, dia menduga-duga apa yang sebenarnya terjadi!
"Ya Allah ya Robb lindungilah putriku, jauhkan dia dari semua bahaya yang mendekati, aku serahkan keselamatan putriku kepadamu ya Rabb ku!"dengan menengadahkan tangannya Bu Aminah berdoa dalam hati, kemudian beliau melangkahkan kaki ke kamar putrinya untuk melihat cucu-cucunya.
Arka sengaja tidak dibawa oleh Almira dan tidur bersama anak dari kakaknya Eni yang bernama Naila.
"Cucu ganteng Nenek, ternyata kamu masih pulas boboknya, doain mamamu nak, Semoga Allah melindunginya!" Bu Aminah berkata lirih sambil mengelus lembut kepala sang cucu.
5 menit setelah Almira pamit keluar, handphonenya berbunyi.
"Bu tolong aku, kecelakaan di depan persimpangan SD, tolong aku Bu tolong mbak Eni dan Mas Aldo suruh ke sini! Aku takut Bu!" Almira di seberang telepon berbicara tanpa mengucapkan salam.
Bu Aminah panik lalu segera keluar mencari keberadaan Eni dan juga Aldo.
"Eni Aldo sekarang juga tolong susul adikmu persimpangan SD, katanya dia kecelakaan tolong berangkatlah sekarang juga!" perintah Bu Aminah yang kebetulan melihat Aldo dan Eni sedang bersama di satu ruangan.
Tanpa menunggu diperintah dua kali Mereka pun segera berangkat ke tempat yang ditunjukkan oleh Bu Aminah.
Mereka hanya memakai jaket agar tidak kedinginan saja.
Bu Aminah sangat tidak tenang di rumah menunggu kedatangan menantu dan anaknya, berkali-kali dia melihat jalanan menunggu sang anak pulang.
15 menit kemudian Almira dibonceng oleh Eni, Aldo membawa motor yang sudah rusak oleh kecelakaan tadi. dengan segera Bu Aminah menghampiri Almira yang sudah terlihat bengkak mukanya, Bagaimana kecelakaan itu terjadi, Bu Aminah syok bukan main.
"Alhamdulillah Kamu masih selamat anakku, apa yang sakit nak? Sebenarnya ada apa? kalau ada apa-apa cerita sama Ibu, jangan buat Ibu seperti ini!" dengan berlinang air mata Bu Aminah menanyakan perihal apa yang sedang terjadi kepada putrinya tersebut.
"Sudah ya Bu Jangan ditanya dulu almiranya, biarkan dia istirahat dulu!" ini pun memberi instruksi kepada sang ibu untuk tidak bertanya macam-macam dulu.
"Tunggu ya dek Mbak ambilkan dulu air mineral!"pamit Eni kepada adiknya.
Tak lama setelah anak dan menantunya sampai di rumah, selang lama datang segerombolan orang, ternyata mereka adalah lawan dari kecelakaan yang yang dialami putrinya, mereka menuntut rugi atas kerusakan motor yang dimilikinya.
Bu Aminah yang sudah terbakar emosi pun berdiri lalu bertanya kepada semua orang itu, meskipun mereka datang secara ramai-ramai, tapi hal itu tidak menyurutkan keberanian Bu Aminah.
"Siapa pemilik motor ini? yang mengalami kecelakaan tadi siapa?"tanya Bu Aminah menatap satu persatu ke arah semua orang yang ada di ruangan itu.
Kemudian maju seorang pemuda dengan pongahnya dia berkata.
"Saya tadi yang kecelakaan dengan Putri Ibu, lihat Bu motor saya rusak, saya menuntut ganti rugi! seperti kesepakatan awal di tempat tadi, Saya ingin dibantu membayar kerusakan motor saya!"jawab pemuda tersebut tanpa rasa malu.
Padahal jika dilihat dari kondisinya dan juga motor yang dikendarainya, justru kondisi Almira lah yang paling parah, di mana setengah dari muka Almira bengkak entah karena apa, dan juga motor yang di kendarai Almira pun slebor beserta dek nya hancur bahkan velg-nya pun bengkong.
"Almira keluar sebentar, Ibu mau ngomong sesuatu!" dipanggilnya lembut sang anak untuk keluar dan duduk karena memang kondisinya sedang sangat tidak memungkinkan untuk berdiri lama.
"Kamu bisa lihat kondisi anak saya seperti apa? kamu bisa lihat kondisi motor yang dikendarai anak saya seperti apa? kurasa matamu tidak buta untuk melihat itu semua!"Bu Aminah menunjuk muka Almira dan juga motor yang tadi dikendarainya!.
"Di sini yang pantas meminta pertanggungjawaban itu saya atau Anda?"teriak Bu Aminah tak mampu menahan emosinya lebih lama lagi.
"Tidak bisa begitu dong Bu,yang salah itu posisinya anak ibu, dia mengendarai motor yang tidak ada lampunya Bagaimana saya bisa melihatnya, apalagi kondisinya ini malam, meskipun saya yang menabrak, tapi kesalahan bukan pada saya!"elak pemuda itu.
"Aldo, coba aktifkan motor itu di standar tengahnya!"Bu Aminah memerintah menantunya.
Tanpa menunggu perintah untuk kedua kalinya, Aldo mengerjakan apa yang diperintahkan oleh sang mertua. Langsung Bu Aminah menyalakan motornya kemudian menyalakan lampu yang dikatakan oleh pemuda tadi mati.
"Jangan mengada-ada kamu, kalau lampu ini mati itu apa yang menyala?atau jangan-jangan Kamu benar-benar buta?"sinis Bu Aminah yang membuat pemuda itu gelagapan. rupanya pemuda itu memang sengaja untuk playing victim.
"Ya pokoknya saya mau kesepakatan tadi terjadi, Saya mau kedua motor ini masuk ke bengkel, dan biayanya kita tanggung bersama!"ucap pemuda tersebut Dengan bodohnya.
Padahal kalau dilihat dari kondisi motornya dan motor yang dikendarai oleh Almira tentu biasanya akan lebih banyak dikeluarkan oleh motor yang dikendarai Almira. dengan tersenyum sinis Bu Aminah pun menjawab.
"Kalau biaya motor ini ditanggung bersama, lalu bagaimana dengan pengobatan untuk anak saya? Apakah juga akan ditanggung bersama?"Bu Aminah ingin memastikan sejauh mana kebodohan orang yang ada di hadapannya ini.
"Kalau tentang pengobatan anak ibu, itu urusan masing-masing! Saya hanya mau motor yang saya kendarai kembali seperti semula, itu saja kok!"jawabnya pongah.
"Oke Deel, besok kalian ke sini, kita akan ke bengkel bersama-sama!"jawab Bu Aminah tegas.
Aldi dan Eni terbengong melihat sikap Bu Aminah yang terlihat sangat tegas dan galak, padahal selama ini yang mereka kenal Bu Aminah orangnya sangat lembut dan tidak mudah marah.
Pak Handoko suami dari Bu Aminah kebetulan tidak ada di rumah beliau sedang ikut ziarah ke wali songo dan baru keesokan harinya akan pulang.
Setelah segerombolan orang itu berpamitan, Bu Aminah pun beristighfar dengan berulang kali.
Aldo dan Eni yang menyaksikan itu pun tersenyum, kemudian mendekati beliau dan bertanya.
"Ibu hebat loh, Ibu bisa menghadapi segerombolan orang begitu dengan sangat menakutkan! ini tidak seperti itu yang biasanya loh?"Eni berkata dengan memeluk ibunya.
tiba-tiba Bu Aminah luruh ke lantai kemudian bertanya kepada mereka berdua.
"Apakah ibu berdosa besar dengan berkata sedemikian kasar kepada mereka?"tanya Bu Aminah menatap ke arah Eni.
"Ibu tadi terbakar emosi dengan sikap pemuda bodoh tadi, lha wong jelas-jelas dia tidak apa-apa kok, motornya saja cuma lecet sedikit, kok bisa-bisanya malah meminta ganti rugi sama kita!" terang Bu aminah yang hanya di tanggapi dengan memeluk oleh Eni.
"Bodoh atau memang bodoh dia ya? tentu jika dimasukkan ke bengkel motor kita dan motornya dia akan habis banyak, karena motor kita jauh lebih parah dari motornya!"Ibu masih mengomel tidak percaya.
"Sudahlah Bu biarkan saja, biarkan pemuda itu keluar duit banyak untuk biaya motor kita,toh emang dasarnya dia yang salah, iya loh yang menabrak Almira bukan Almira yang nabrak dia!" jawab eni menjelaskan.
"Sebenarnya tadi kami sudah menyarankan damai dan mengurus urusan masing-masing, eh dianya malah nyolot Ya sudah aku iyain aja apa yang dia katakannya tadi, yang penting kami sudah bisa pulang dulu! tak tahunya dia memang benar-benar bodoh mengejar Kami sampai ke rumah." jawab Eni yang seketika memecahkan gelak tawa Aldo.
"Anak itu kayaknya memang bodoh deh kayaknya, tadi aku sempat dengar kalau dia mengatakan motor yang dia pakai itu bukan motornya tapi motor milik adiknya!" ucapkan masih dengan menahan tawanya.
"Ya sudahlah dek, kita tunggu besok saja, kita cobain saja keinginan dia, bengkelnya nggak usah jauh-jauh yang dekat sini saja, biar kita juga bisa pantau seperti apa kerusakan dan kerugian yang akan ditanggung olehnya!"jawab Aldo lagi.
"Eni kamu hubungi kakakmu Aida dulu, biasanya kamu kakakmu akan sikap kalau mendengar adik kesayangannya sedang kena musibah seperti ini!" Bu Aminah memerintahkan ini untuk menghubungi aida yang tinggal jauh dari rumah beliau.
Aida ini merupakan Kakak tertua dari empat bersaudara tersebut, dia tinggal di rumah suaminya yang beda kecamatan dengan tempat tinggal Bu Aminah, tapi jika diukur dengan jarak dari rumah Bu Aminah maka rumah aida sama jauhnya dengan rumah yang ditempati oleh Almira.
Ini pun segera menghubungi kakaknya aida," assalamualaikum Kak, Almira adik kesayangan kakak kecelakaan barusan, besok pagi kakak ke rumah Ibu ya? coba nanti kakak bawa Almira untuk melakukan rontgen ke rumah sakit, mukanya bengkak separuh!" Eni menyapa ke sang kakak tanpa memberi sang kakak kesempatan untuk menjawab salam yang diucapkannya.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, kenapa bisa Almira kecelakaan? dia sendiri atau sama suaminya? kamu ini juga aneh loh Dek kenapa pulang kak aida yang kamu hubungi, harusnya kamu tuh menghubungi suaminya, kalau memang suaminya tidak sedang berada di sisi Almira!"kini giliran aida yang berbicara panjang lebar memarahi adiknya itu.
Aida sedikit bingung kenapa yang dihubunginya malah dirinya dan bukan suami dari adiknya itu, ada perasaan takut kaget dan juga gelisah saat mengetahui adiknya itu kecelakaan, tapi di hatinya timbul sedikit kecurigaan kenapa malah dirinya yang dihubungi, tak mau menduga-duga tak jelas, Di tengah malam tersebut Dia segera menstarter motornya untuk menuju kediaman ibunya setelah sebelumnya dia membangunkan putrinya untuk ikut bersamanya, aida sedikit tidak tenang takut apa-apa terjadi kepada adiknya itu, padahal perjalanan dari rumahnya ke rumah Bu Aminah melewati persawahan dan juga jalan yang lumayan sepi, tapi aida tidak memikirkan semua itu, yang ada di pikirannya, dia ingin segera tahu keadaan adik tersayangnya.
Aida memiliki seorang putri bernama Nisa, Anisa ini berusia 8 tahun, dan kebetulan bersekolah di dekat rumah Bu Aminah.
Kurang lebih 15 menit Aida pun sampai di rumah Bu Aminah, dengan tergesa-gesa dia turun dari motornya kemudian mencari keberadaan sang adik.
"Assalamualaikum!"ada mengucapkan salam Saat memasuki rumah ibunya.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh!" Bu Aminah menjawab salam dari anak tertuanya itu, kemudian Aida mencium takzim tangan sang ibu yang sudah mengeriput itu.
"Almira mana Bu? terus Arka bagaimana? terus suaminya Iqbal di mana? Bagaimana bisa kecelakaan Bu?"Aida bertanya kepada bu Aminah.
"Kamu itu loh, kalau nanya mbok ya satu-satu, ibumu ini harus menjawab yang mana dulu?"Bu Aminah dengan pertanyaan anaknya yang banyak itu.
"Sudah sana temui dulu adikmu ada di kamarnya, ini sudah malam kalau mau nanya apa-apa besok saja kalau dia sudah tenang!" memperingatkan anak sulungnya ya memang terkenal dengan ketidaksabarannya, apalagi bila itu menyangkut tentang Almira.
Bab 1 Kecelakaan almira
13/09/2023
Bab 2 Penghianatan Iqbal
13/09/2023
Bab 3 masalah yang berulang
13/09/2023
Bab 4 Mulai protes
13/09/2023
Bab 5 Rincian gaji Iqbal
14/09/2023
Bab 6 Trik Almira
15/09/2023
Bab 7 Menuruni sifat sang ayah
17/09/2023
Bab 8 Keributan yang sama
18/09/2023
Bab 9 Halwa Karimah
18/09/2023
Bab 10 Sambangan ke pondok
20/09/2023
Bab 11 Arka tersiram air panas
24/09/2023
Bab 12 Almira memilih
25/10/2023
Bab 13 Memulai yang direncanakan
23/04/2024
Bab 14 Mengumpulkan Bukti
23/04/2024
Bab 15 Suci hamil
23/04/2024
Bab 16 6 bulan kemudian
23/04/2024
Bab 17 Cuti dadakan
04/05/2024
Bab 18 Almira berkisah
09/05/2024
Bab 19 Iqbal bertemu Almira
27/05/2024
Buku lain oleh aida runi
Selebihnya