Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Jangan rebut suamiku!

Jangan rebut suamiku!

csn

5.0
Komentar
51
Penayangan
11
Bab

Sena Anindhita yang menikah dengan Arga Bhanu karena sebuah "kecelakaan" terpaksa harus membagi suaminya dengan wanita lain, Sena tidak memiliki pilihan lain, mereka menikah tidak didasari dengan cinta, bahkan Arga tidak ingin tidur bersama dengan Sena. Sena setiap hari selalu berharap hati suaminya terketuk untuk bisa mencoba mencintainya, namun semua itu hanyalah harapan kosong semata, Arga sangat mencintai Gisca begitu juga Gisca.

Bab 1 Saya hamil!

"S-saya hamil.." Ucap wanita itu tertunduk sembari memegang perutnya.

"Lantas apa hubungannya dengan saya?, saya bukan dokter kandungan" wajah Arga sangat bingung melihat wanita yang tiba tiba masuk keruangannya dan mengatakan dirinya hamil, sangat tidak bisa dicerna oleh fikiran Arga.

"Ini anak bapak!" wanita itu menekan kalimatnya membuat mata Arga hendak keluar dari tempatnya.

"M-maksud kamu?, kita tidak pernah punya hubungan apa apa!" Arga memijat mijat pelipisnya, perkataan wanita ini sungguh membuatnya sakit kepala.

Wanita itu menarik nafas panjang." jadi begini pak.."

... #flashback on

" Maaf Sena kamu terpaksa saya berhentikan, kinerja kamu bagus tetapi kamu kurang menjaga kedislipinan kerja" *Ucap Rendy sembari menyeruput kopinya.

"T-tapi pak, saya bisa berusaha untuk berubah pak, saya mohon saya butuh pekerjaan ini pak" Sena merengek mengharap rasa iba dari Rendy.

"Silahkan kamu kemasi barang kamu, dan temui divisi keuangan untuk mengambil hak mu ".

Sena lemas, berjalan menuju mejanya membereskan barang barangnya, tidak banyak hanya ada beberapa foto dan barang arang kecil lainnya. Setelah mengemasi barangnya Sena berjalan menuju divisi keuangan. Semua urusannya seledai hari itu adalah hari terakhirnya menginjakan kaki di perusahaan tersebut,nafasnya berat dia bingung bagaimana mengatakan ini kepada keluarganya, dia tidak sanggup, kepalanya terasa penuh,dengan uang yang baru saja diterimanya dia memutuskan untuk pergi menenangkan diri.

Sena sudah memesan penginapan di kota X, kota kecil lebih tepatnya pulau yang khusus untuk tempat wisata, Sena merasa tempat ini cocok karena cukup jauh dari jangkauan perkotaan srta hiruk pikuknya dunia luar, Sesampainya di kota X Sena langsung menuju penginapan.

"Baik bu, atas nama Sena untuk 2 malam ya bu, ini kuncinya mohon maaf sebelumnya sistem penginapan kami belum semaju seperti dikota" jelas resepsionist. Dan hanya dibalas anggukan oleh Sena.

Sena menaiki LIft karena kamar Sena berada dilantai 3. Bangunan penginapan ini memiliki 5 lantai. penginapan satu satunya yang terdapat dikota ini. pemandangan yang langsung menghadap laut memberikan kesan menenangkan dan cocok untuk Sena. Sesampainya dikamar, Sena mematikan ponselnya.dia tidak memberikan akses kepada siapapun untuk menghubunginya, dia benar benar ingin tenang.

Jam di dinding sudah menunjukan pukul 19.00, Sena berniat keluar untuk mencari makan, mata Sena tertuju kepada keramaian di sekitar pantai. Sena mendekati keramaian tersebut ternyata seseorang sudah memesan hampir semua tempat di cafe ini. cafe bertema outdoor dengan sentuhan clasicc diiringi music yang bisa di request serta tersedia beberapa minuman beralkohol pilihan. Sena tertarik mencoba beberapa makanan disini, untung sja masih ada tempat yang tersisa, Sena mendapat tempat yang jauh dri kerumununan pesta. Sena memesan beberapa Seafood dan beberapa minuman.

Sena menikmati makanan dengan sangat lahap setalah selesai makan, Sena lalu meminta kepada pelayan untuk mneyajikan minumannya. Tidak perlu waktu lama, satu botol red wine sudah tersedia di meja, Sena menikmati setiap teguknya sembari memikirkan apa yang terjadi padanya hari ini, dia berusaha melupakan dan menjadikan ini pengalamannya agar tidak melakukan kesalahan seperti ini dikemudian hari. Tidak terasa Sena sudah menghabikn 2 botol minuman, kepalanya terasa berat, dia melihat sekeliling pestanya sudah selesi hanya tersisa beberapa orang yang masih mabuk. Sena pun mencoba menjaga keseimbangannya dan menuju kasir untuk membayar. Untung saja jarak cafe dengan penginapan sangat dekat, jadi Sena hanya perlu berjalan sebentar. Sena mati-matian menjaga keseimbangannya agar bisa sampai dikamarnya, setelah keluar lift pandangan Sena mulai berbayang, dia memegang kepalanya dan sedikit menggoyangkannya agar tetap tersadar. Tetapi sia sia, pandangan Sena makin berbayang dan kepalanya terasa berat berjalanpun Sena bertumpu pada tembok,meraba raba setiap pintu, karena seingat Sena dia tidak mengunci pintunya.

"CKLEK" suara pintu terbuka. lega rasa nya Sena berhasil berjuang untuk masuk kekamarnya. tanpa basa basi Sena melepas pakaiannya dan naik keatas tempat tidur.

Betapa terkejutnya Sena melihat dirinya terbangun dipelukan seorang laki laki asing.Sena mendorong tubuh laki-laki itu. "Ahh!" Sena menutupi bagian atas tubuhnya yang sedang tidak memakai sehelai benangpun.

Laki laki itu terjatuh kelantai, dengan kepala yang berat laki laki tersebut mencoba bangun, dan memahami kondisinya pagi ini. dia menatap Sena denga tatapan tajam. Laki laki ini memiliki postur tubuh yang tinggi,bentuk wajah yang tegas, ditambah dengan mata yang indah, tatapan tajam itu membuat jantung Sena seperti ingin jatuh.

"Kamu?" Tanya laki laki itu. dengan tetap menjaga tatapannya agar terfokus di wajah Sena.

" jika tidak salah,dia adalah Pak Arga pemilik perusahaan Bhanu Group?" Batin Sena sedikit mengingat wajah Laki laki dihadapannya.

"Kenapa diam dan melihat saya seperti itu?" Tanya Arga ketus. Sungguh Arga sangat mabuk tadi malam, dia hanya mengingat keberadaan terakhirnya adalah di cafe,setelah itu dia benar benar hilang kontrol. tapi dia tidak ingin kehilangan wibawa didepan pegawainya.

Arga adalah anak pemilik dari Bhanu Group, perusahaan besar bergerak dibidang jasa dan property, sebagai pewaris tunggal, Arga harus menjaga wibawanya. dia tidak akan mengecewakan kedua orang tuanya.

"S-say-

"Sebaiknya kenakan dulu pakaianmu baru menjawab, agar lebih nyaman" Ucap Arga memalingkan wajahnya, Sena pun sibuk mencari dimana pakaiannya.

Setelah mengenakan pakaiannya, Sena melanjutkan jawabannya. "Maaf, ini kamar saya" Ucap Sena penuh keyakinan.

"kamar kamu? jika benar ini kamar kamu coba saya lihat kuncinya!" Arga meminta Sena untuk memberikan kuncinya. Sena menurutinya.

"Kamar saya 202. kamar kamu 203. DAN DISINI, KAMAR INI, TEMPAT INI SEMUA YANG ADA DISINI ADALAH FASILITAS UNTUK KAMAR 202 BUKAN 203." Arga menjelaskan dengan penuh penekanan, membuat wajah Sena memerah, seperti tertimpa batu besar, rasanya dia ingin lari dari sini sekarang juga.

"M-maaf pak, saya semalam mabuk berat, jadi saya salah kamar" Sena menunduk menutupi wajahnya yang merah.

"Ck,Lantas? Apa kamu ingat? apa saja yang saya lakukan kepadamu? Tanya Arga. dengan degupan kencang didadanya. semoga saja dia tidak melakukan apa apa.

"Eumm anda melakukan "itu" saya tidak bisa menahan karena tenaga saya kalah dengan tenaga anda".

...#flashback off

"STOP STOP Saya ingat kamu tidak perlu menjelaskan sedetail itu" Arga masih memijat pelipisnya. Apa yang harus dia lakukan? kejadian ini sungguh tidak pernah dia inginkan?. "Apa yang kamu mau? uang? berapa? sebutkan saja!" lanjut Arga merasa frustasi.

"Saya ingin bapak menikahi saya!" Ucap Sena tegas. tidak ada keraguan disetiap ucapannya. Dia sangat lelah, dia selalu mengalah demi kebahagian orang lain, dia selalu rela menanggung beban yang bukan seharusnya dia tanggung, dia sudah lelah hidup dalam tekanan keluarga, ditambah dengan kehamilan yang tidak direncanakan membuatnya ingin menyerah.

"Menikah?" Arga mengulang kata kata tersebut.

Sena hanya menganggukan kepalanya.

"Gila kamu!, Saya memiliki kekasih yang akan saya nikahi! lagipula saya tidak mengenal kamu!" Arga menolak dengan tegas. Banyak jalan lain selain menikah, dia tidak mungkin menikahi wanita ini. bukan karena derajat, tetapi Arga sama sekali tidak memiliki perasaan apapun.

"Lantas? apa yang harus saya lakukan? menggugurkan anak yang tidak bersalah ini? atau saya ikut mati bersama anak ini?" Sena mulai meneteskan airmatanya. rasanya sudah sangat lelah. untuk sekedar berfikirpun Sena sudah tidak sanggup.

Arga hanya terdiam, dia sangat bingung dia tidak bisa memberikan solusi, dia juga tidak ingin Sena menggugurkan anak yang tidak bersalah itu.

"Tenanglah dahulu, kita fikirkan cara lain selain menikah" Arga mencoba menenangkan Sena yang terus menangis.

"Tidak ada cara lain, jika bapak tidak bersedia menikahi saya, saya akan teriak berkeliling kantor mengatakan bapak telah menghamili saya!" Sena kehilangan akal dia bukannya ingin mengambil kesempatan di nikahi lelaki kaya, tetapi dia memikirkan nasibnya kedepan, dia tidak bisa menanggung ini sendirian. ini terlalu berat. belum lagi jika anak ini lahir, Fikiran Sena sudah jauh membayangkan anak yang ada dikandungannya lahir tanpa seorang ayah. seperti dirinya. Sangat menyedihkan. dia tidak ingin anak ini bernasib sama dengan dirinya.

"Kamu jangan...! Ah sudahlah! saya akan menikahi kamu pertemukan saya dengan orang tuamu besok, dan malam ini kamu ikut saya bertemu orang tua saya!" Arga mengacak ngacak rambutnya. Sena pun hanya mengangguk dan meninggalkan ruangan Arga.

Sepanjang jalan Sena meneteskan air mata, ini bukan pernikahan yang dia impikan, pernikahan yang didasari keterpaksaan, tidak didasari dengan perasaan, ini bukan pernikahan. ini hukuman. Hukuman atas kelalaiannya menyebabkan masalah baru muncul dihidupnya.

Pukul 18.00, Arga bertemu dengan Sena ditempat yang mereka sepakati sebelum Sena meninggalkan kantor Arga siang tadi. Sena mengenakan dress hitam elegant yang dia punya, karena malam ini adalah malam pertamanya menemui orang yang sangat penting.

Sepanjang perjalanan, Arga hanya diam , dia tidak membuka obrolan apapun, begitu juga Sena. sesampainya di rumah Arga, Sena turun dari mobil dan membulatkan matanya rumah ini lebih pantas disebut istana.

"Ini rumah anda?" Tanya Sena. Arga tidak menjawab, dia sangat bingung bagaimana menjelaskan masalah ini kepada orang tuanya. sedangkan Sena tampak biasa saja tidak terlihat merasa takut.

"Hey! apa kamu sudah menyiapkan kata kata untuk menjelaskan kepada kedua orang tua saya?" tanya Arga menghentikan langkahnya. Sena mengherdikan bahunya." Saya menyerahkan semua kepada anda" jawab Sena dengan tenang.

"Apa kamu tidak takut di usir? atau kemungkinan terburuknya kamu akan terkena masalah besar? orang tua saya terutama mama ayah terkenal cukup 'jahat'!" Jelas Arga. mencoba memberi bayangan kepada Sena.

"Anda tidak perlu menakut-nakuti saya seperti itu." Balas Sena.

"Ck, Keras kepala" Arga berjalan lebih dulu untuk masuk kedalam rumah.

"Aku pulang" Suara Arga menggema ketika memasuki dalam rumahnya. Arga di sambut oleh asisten rumah tangganya yang sudah bekerja bersama keluarga Arga selama 10 Tahun, bernama Bu Yati.

"Papa mama, dimana bu?" Tanya Arga sembari duduk di kursi tamu, diikuti oleh Sena.

"Di dalam tuan, mau saya panggilkan?" Tawar bu Yati. Arga hanya menganggukan kepalanya. Bu Yati pun pergi kedalam untuk memanggil orang tua Arga.

"Ada apa Arga?" suara laki laki paruh baya membuat jantung Sena ingin jatuh, dia melirik ke arah Arga , wajah Arga tampak pucat terlihat sekali ketakutan diwajahnya.

"Begini pa, Mama dimana?" Arga mencari keberadaan Mamanya sebelum membicarakan masalah ini.

"Mama disini sayang" Mama Arga turun dari tangga dan duduk tepat disamping suaminya.

"Jadi begini ma, pa, mungkin ini akan jadi kabar yang mengejutkan. Arga akan menikah dengan Sena" Ucap Arga menundukan wajahnya.

"Kenapa begitu terburu buru?" tanya Papa. Arga tetap menunduk." Dia hamil pa" Ucap Arga lirih.

"APA?!!" Mamanya kaget bukan main, mama Arga langsung mendekat kepada Sena.

"Ma, jangan ma ini semu-"

"Sudah berapa lama sayang? Sudah pergi kedokter kandungan?" Mama Arga mengusap lembut perut Sena. dengan wajah yang tersenyum. Arga heran melihat sikap mamanya. diluar dugaannya.

"8 minggu tante" jawab Sena lirih, dia sedikit melirik ke arah Arga, melihat raut wajah Arga yang bingung.

"Jangan panggil tante, panggil mama, Arga besok kamu cek kedokter kandungan pastikan cucu mama baik baik saja"Ucap mama sembari merangkul Sena. Arga hanya tersenyum tipis.

"Jadi kapan Arga kamu akan menikah?" Tanya papa. Arga sedikit berfikir untuk menentukan kapan dia akan melangsungkan pernikahan.

"Besok lusa pa, lebih cepat, aku akan menghubungi Nata untuk mengatur semuanya" Ucap Arga dengan pasti. Dibalas senyuman oleh sang ayah.

"Sena maafkan kelakuan anak mama ya, sudah membuat kamu begini" Mama Arga mengusap rambut Sena lembut."Kamu satu satunya perempuan yang dibawa Arga kerumah, mama senang sekali" sambung Mama.

"I-iya ma" Jawab Sena dengan senyum tipis.

"Arga kamu harus jadi suami yang baik, selalu ada untuk istrimu, jangan terlalu fokus bekerja,kamu sekarang memiliki tanggung jawab lain" Ucap mama menasihati Arga, Arga hanya diam dan menganggukan kepalanya. "Dan kamu sayang, jika Arga tidak memperlakukanmu dengan baik, kamu bisa datang kemari dan melaporkannya"Ucap mama kepada Sena.

"Maksutnya ma? datang kemari? kan kami akan tinggal disini" Arga bingung dengan ucapan mamanya, apa maksutnya , apa Arga akan diusir dari rumah?.

"Arga kamu ini bagaimana, kamu sudah berkeluarga, kamu akan mama beri rumah sebagai hadiah pernikahan, Sena sayang apa yang kamu inginkan? mobil? atau apa?" Tanya mama kepada Clara.

"T-tidak ma, Tidak perlu apa apa, terima kasih sebelumnya" Tolak Sena lembut, Mama Arga makin terpukau dengah kesederhanaan Sena serta kecantikannya.

"Sudah malam ma, aku akan mengantar Sena pulang" Arga menarik tangan Sena membuat Sena sedikit terkejut. tapi dia tetap mengikuti Arga.

"Hati hati Arga jangan ngebut" teriak sang mama. Mama menatap sendu kepada sang suami." Akhirnya ya pa, kita akan segera punya cucu, yah walaupun harus dengan kejadian seperti ini" Ucap mama Arga. dibalas senyuman oleh sang suami.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku