Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Cinta yang Tersulut Kembali
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Sang Pemuas
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalinya Marsha yang Tercinta
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Namaku Alya Annisa, usiaku 24 tahun. Kelopak mataku terbuka saat suara alarm berbunyi, sejenak aku terdiam, menatap jam weker yang telah menunjukkan pukul empat lewat tiga puluh menit. Rasanya kaki ini berat untuk beranjak turun dari tempat tidurku, hidung mancung, bibir tipis, dengan gaya rambut short comb-over membuatku ingin selalu berada di dekapannya yang hangat saling berhadapan memandangi wajahnya yang sangat tampan mempesona seolah membuat kutub utara meleleh.
“Kenapa, apa kamu mau lagi?” tanya pria tampan di hadapanku, tapi aku tak menghiraukannya karena pikiranku dan mataku terfokus pada wajah tampannya.
“Sayang, Mas tanya masih mau lagi kah?”
Lagi-lagi aku tak menghiraukannya.
“Sayang ....”
“Em ... i-iya mas ... Mas tadi tanya apa?"
“Mas tanya apa sayang masih kurang?” tanyanya dengan senyuman manis menggoda.
“Lanjut nanti malam ya, Sayang,” bisikku, mesra di telinganya.
“Mas sangat bahagia sekali punya istri seperti dirimu, Dek. Mas janji akan setia dan buat kamu bahagia selamanya,” janjinya sembari mengecup kening dan bibirku.
“Terima kasih Mas sudah menjadi suami yang baik untukku, aku janji Mas akan jadi istri yang lebih baik lagi untuk Mas,” kataku, kemudian kupeluk erat suamiku, terasa ingin terus bermanja-manjaan di tempat tidur.
Andai saja hari ini Mas Raka libur kerja, pasti aku bisa berlama-lama mesra seperti ini dan melanjutkan apa yang belum tuntas.
Tapi itu hanya khayalan semataku saja, nyatanya Mas Raka harus pergi kerja demi menghidupiku dan membahagiakanku.
Detik selanjutnya, jam wekerku kembali berbunyi, waktu telah menunjukkan pukul empat lewat empat puluh lima menit seakan memaksaku untuk bangun dan melakukan aktivitas seperti biasa.
“Mas, aku rebuskan air dulu.”
Seperti biasa, setiap pagi aku harus merebus air, membuat secangkir kopi untuk suami tercinta.
“Sayang, tolong ambilkan Mas handuk,” teriak Mas Raka dari dalam kamar mandi.
“Iya, Mas. Bentar,” jawabku sembari berjalan cepat mengambilkan handuk untuknya.
“Cepetan, Sayang,” seru Mas Raka, yang tak sabaran.
“Iya, Mas. Ini handuknya.” Kuulurkan handuk yang kubawa ke arahnya. Tapi ....
“Mas!” Aku memekik tertahan, terkejut ketika tiba-tiba Mas Raka menarikku ke dalam kamar mandi juga.
“Apa-apaan sih kamu Mas?” Tanyaku sambil tersipu malu dan pipi memerah.
“Sayaang, kan sudah lama kita nggak mandi bareng,” Jawab Mas Raka dan memelukku dari belakang.
Setelah selesai mandi, kulihat jam dinding waktu menunjukkan jam lima lewat lima menit.
Seperti biasa, Mas Raka mengajakku sholat subuh berjamaah. Seusai sholat, aku pun segera menyiapkan sarapan untuk Mas Raka.
Sebagai seorang istri sudah menjadi tugasku di pagi hari menyiapkan sarapan bekal mencuci baju dan menyiapkan keperluan suami untuk bekerja. Suamiku bekerja sebagai direktur di perusahaan IF GROUP, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang fashion.
“Mas, sarapan dulu ini sudah aku siapain,”teriakku memanggil Mas Raka.
“Iya, Sayangku,” jawab.Mas Raka sembari berjalan ke arahku.
“Ini udah dibuatin kopi tapi nggak diminum kebiasaan sekali,” gumam Alya yang merasa kesal.
“ Sayang ku, jangan cemberut nanti manisnya hilang loh. Tau nggak kalau masakan kamu memang paling enak yang pernah aku makan sepanjang sejarah,”