Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
HASRAT TERLARANG GIGOLO

HASRAT TERLARANG GIGOLO

Thata Chan

5.0
Komentar
17.3K
Penayangan
27
Bab

"500 juta untuk semalam!" ~ Arta Syakila "Hanya semalam? Aku akan melakukannya!" ~ Bagaskara Putra Prasetya. *** Bagaskara Putra Prasetya, pemuda tampan yang baru berusia 20 tahun, adalah tulang punggung keluarga. Hidup di pinggiran kota metropolitan, bersama ketiga adiknya yang masih bersekolah dan juga ibu yang menderita gangguan jiwa, membuat Bagas nekat memilih jalan pintas dengan menjadi seorang pria bayaran. Bagaimana jadinya? Jika Bagaskara bertemu dengan seorang wanita kaya raya yang ingin menyewa jasanya dengan harga yang begitu fantastis hanya dalam waktu semalam. Apakah alasan wanita tersebut menyewa jasa seorang gigolo? Sedangkan wanita itu telah memiliki segalanya. Bagaimana kehidupan Bagaskara setelah bertemu dengan Arta Syakila, wanita berusia 27 tahun yang telah menyewa jasanya? Akankah Bagaskara tetap hidup dengan tenang? Atau dirinya akan terjerat dalam belenggu kehidupan Arta Syakila yang menyimpan banyak cerita? ~Hasrat Terlarang Gigolo~

Bab 1 1. Awal - Nikmati Aku

"500 juta semalam!"

Di sebuah cafe, seorang wanita cantik bertubuh seksi, menyodorkan selembar cek pada seorang pemuda tampan yang duduk dihadapannya. Cek yang jumlahnya tidak main-main.

"Hanya satu malam 'kan? Akan saya lakukan seperti yang Nona inginkan."

Pemuda tampan yang duduk dihadapan si wanita tersenyum dan langsung menerima tawaran yang diberikan padanya.

"Apa kamu siap melakukannya malam ini?" tanya si wanita cantik.

"Saya siap, Nona." Dengan tegas si pemuda menjawab.

Wanita cantik bertubuh seksi itu adalah Arta Syakila, berusia 27 tahun. Seorang wanita kaya yang memiliki beberapa butik terkenal di kota tempatnya tinggal dan juga diluar kota. Sedangkan pemuda yang ada bersamanya adalah Bagaskara Putra Prasetya, seorang pemuda tampan berusia 20 tahun. Berkerja sebagai seorang gigolo, alias lelaki bayaran, pemuas hasrat wanita kesepian dan kurang belaian.

"Kalau begitu, ikut saya sekarang!" ajak Arta pada Bagas.

Wanita cantik itu bangkit dari duduknya dan melangkah keluar dari cafe, diikuti oleh Bagas di belakangnya.

Dengan langkah santai, keduanya melangkah beriringan menuju parkiran.

"Kamu membawa kendaraan kan?" tanya Arta pada Bagas.

Bagas mengangguk dan melangkah menuju motor besarnya terparkir.

Setelah melihat motor milik Bagas, Arta memasuki mobilnya dan mengendarai mobil itu, meninggalkan cafe tempatnya membuat janji dengan Bagas, gigolo yang akan ia gunakan jasanya.

Setengah jam kemudian, mobil yang dikendarai oleh Arta berhenti di depan sebuah hotel bintang 5. Wanita cantik itu turun dari mobilnya dan menunggu kedatangan Bagas yang semula mengikuti laju mobilnya.

Beberapa saat kemudian, Bagas yang mengendarai motornya dengan kecepatan lambat itu pun sampai. Pemuda itu turun dari atas motornya dan menghampiri Bagas.

"Kita langsung saja, kebetulan hari udah hampir gelap," kata Arta.

Wanita itu melangkah memasuki hotel dan memesan salah satu kamar kosong yang akan ia dan Bagas gunakan malam itu.

***

Saat ini, Bagas dan Arta sudah berada di dalam kamar hotel yang di pesan oleh Arta sebelumnya.

"Saya ingin membersihkan diri sebentar, mohon Nona menunggu. Tidak sampai 10 menit," kata Bagas.

Meskipun berkerja sebagai gigolo, tetapi kesan dingin begitu melekat pada pemuda yang usianya baru menginjak 20 tahun itu. Jika tidak memesan jasanya, mana tahu jika dirinya adalah seorang gigolo.

Mendengar perkataan Bagas, Arta hanya mengangkat alisnya dan membiarkan pemuda itu memasuki kamar mandi. Sedangkan dirinya membuka sepatunya dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang king size kamar hotel yang di pesannya.

"Kita mulai permainannya sekarang." Arta berbicara sendirian sembari menatap langit-langit kamar.

Entah apa yang direncanakan oleh wanita cantik yang sudah dewasa itu. Yang pasti, ia memiliki sebuah tujuan yang besar.

Tak lama kemudian, Bagas keluar dari dalam kamar mandi hanya dengan memakai celana boxer yang menutupi area bawahnya.

Pemuda tampan itu menghampiri Arta yang berbaring di atas ranjang.

Perlahan, ia menyentuh wajah perempuan itu dan bertanya "Apakah Nona benar-benar sudah siap? Sudah mantap ingin melakukannya dengan laki-laki seperti saya?"

Arta mengangguk. "Ya, lakukanlah ... aku milikmu malam ini, milikmu seutuhnya."

Wanita itu berbicara dengan lirih pada Bagas, bahkan ia seolah begitu pasrah.

"Sentuh aku, Sayang ... beri aku kenikmatan," ucap Arta. Meminta Bagas untuk segera menjamah tubuh indahnya.

Perkataan lirih yang keluar dari bibir seksi Arta, membuat Bagas menggigit bibir bawahnya dengan pelan. Pemuda tampan yang bekerja sebagai gigolo itu segera mendekatkan wajahnya pada wajah Arta, dan dengan lembut ia mengecup bibir wanita itu.

Tangan Bagas terus menggerayangi tubuh wanita cantik itu dengan lembut dan membuka seluruh kain yang melekat di tubuh indah wanita itu, hingga tubuhnya benar-benar polos tanpa sehelai benang.

Kini, pemandangan indah tubuh Arta terpampang nyata dihadapan Bagas, begitu memanjakan mata pemuda itu.

"Nona, tubuhmu benar-benar indah," ucap Bagas sembari mengusap bibir merah Arta dengan jemarinya.

"Lakukanlah, Sayang. Aku sangat menantikannya," ucap Arta dengan mata terpejam dan deru napas yang naik turun.

Mendengar perkataan Arta, Bagas pun menanggalkan celana boxer yang menutupi pusakanya. Setelah itu, ia mengambil sesuatu yang ia letakan di atas nakas.

"Jangan gunakan pengaman, aku gak ingin," ucap Arta pada Bagas.

Rupanya, sesuatu yang diambil oleh Bagas adalah pengaman yang akan ia gunakan. Tetapi, Arta tidak mengizinkannya menggunakan pengaman tersebut.

"Terus bagaimana?" tanya Bagas dengan kening mengeryit. Matanya yang berkabut gairah menatap pada wajah cantik Arta yang memerah.

"Lakukan tanpa pengaman," jawab Arta.

"Tapi bagaimana jika Nona ha-"

"Aku membayarmu untuk menuruti keinginanku, bukan untuk bertanya. Turuti saja perintahku, setelah selesai nanti, kamu akan mendapatkan bayaranmu sepenuhnya!"

Arta memotong perkataan Bagas dengan cepat. Ia tidak ingin mendengarkan perkataan pemuda yang disewanya.

Jika Bagas menggunakan pengaman, bagaimana ia akan melancarkan aksi dan rencananya.

Perkataan Arta membuat Bagas langsung melempar pengaman yang ada di tangannya. Lalu setelah itu, Bagas mengarahkan miliknya pada milik Arta.

"Ouch ... Sstt!" Arta melenguh dan mendesis saat milik Bagas terbenam sempurna di dalam miliknya.

'Shit ... ternyata rasanya lebih nikmat seperti ini jika dibandingkan dengan benda sialan itu!' Bagas mengumpat dalam hati.

Sudah hampir sebulan menjadi seorang gigolo, ini adalah kali pertamanya ia bergumul tanpa menggunakan pengaman. Dan ... rasanya benar-benar nikmat.

Desisan dan desahan bersahutan memenuhi kamar hotel tersebut. Sepasang anak manusia yang tidak saling mengenal itu terus bertukar kenikmatan.

Bagas yang berada di atas tubuh Arta terus bergerak dengan liar. Bahkan tubuh pemuda itu sudah di banjiri oleh keringat, hawa sejuk AC yang ada di ruangan itu seakan tak berfungsi, di kalahkan oleh panasnya permainan yang tercipta diantara keduanya.

"Nona, saya ingin keluar," ucap Bagas dengan suaranya yang terdengar begitu berat.

"Lepaskan di dalam aja, Sayang." Pinta Arta sembari mengeratkan pelukannya pada leher Bagas.

Bagas yang dipinta menyemburkan benihnya di rahim Arta itu hanya bisa menurut. Pikirnya ia kan bekerja, melakukan tugasnya dengan baik dan mendapatkan bayarnya. Setelah itu, semua beres. Ia dan clientnya tidak akan memiliki masalah atau pun saling mengenal setelah ini.

"Argh ... Nona Arta."

"Egh ... Ouch!"

Erangan panjang menjadi tanda puncak kenikmatan pertama keduanya. Sesaat setelah menumpahkan benihnya di rahim Arta, Bagas pun menjatuhkan tubuhnya di samping wanita cantik dan seksi itu.

Pergumulan mereka terus berlanjut hingga larut malam. Bahkan entah sudah berapa kali Bagas mencapai puncak klimaksnya.

Pemuda yang usianya baru menginjak 20 tahun itu berhasil membuat Arta kewalahan dan kelelahan.

Setelah melihat Arta benar-benar tidak berdaya, barulah Bagas menyudahi permainannya.

"Sudah lelah?" tanya Bagas sembari mengecup kening Arta.

Arta mengangguk pelan. Deru napas wanita itu naik turun tak beraturan. "Kamu mengkonsumsi obat?" tanyanya pada Bagas dengan lirih.

"Ya ... kalau gak begitu, mana bisa saya bekerja dengan baik dan mempertahankan durasi permainan." Bagas menjawab sembari tersenyum simpul.

"Berapa usiamu?" tanya Arta lagi.

"19 tahun lebih 4 bulan," jawab Bagas lagi.

"Masih begitu belia," ucap Arta. "Lalu kenapa kamu memilih menjadi seorang lelaki bayaran? Kenapa gak mencari pekerjaan yang lain?"

Hening!

Tidak ada jawaban satu patah kata pun yang keluar dari mulut Bagas. Membuat Arta tidak bertanya apapun lagi.

Hingga pada akhirnya, Bagas menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Arta. "Saya membutuhkan banyak uang dalam waktu yang singkat. Dan ... hanya dengan menjadi seorang gigolo saya bisa mendapatkan uang yang banyak."

Mendengar jawaban Bagas, Arta menjadi tertarik untuk mengorek lebih dalam latar belakang kehidupan pemuda yang sudah memberinya kepuasan malam itu.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku