Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Hasrat Terlarang Suamiku

Hasrat Terlarang Suamiku

Rasyid

4.9
Komentar
95.3K
Penayangan
152
Bab

Selin begitu mencintai suaminya, hingga tak sengaja melihat Edward yang menghabiskan waktu di pusat perbelanjaan bersama dengan wanita lain. Dia sangat patah hati dan juga kecewa, tapi tetap mempertahankan rumah tangga yang baru berjalan lima tahun. Mampukah dia bertahan dengan merubah penampilan lebih menarik dari sang pelakor? Ataukah berhenti berjuang demi harga diri yang sudah di injak sang suami?

Bab 1 Melihat pengkhianatan suamiku

Seorang wanita cantik juga sederhana tengah memilih beberapa souvenir, dan pernak-pernik untuk dipajang di dalam kamarnya. Mencari barang-barang yang sangat unik membuatnya begitu bersemangat dan juga antusias. Selin terus berjalan, sambil melihat-lihat barang yang terpajang begitu indah dipandang mata.

Deg

Tak sengaja matanya menatap seorang pria yang sangat dikenalnya sedang bersama dengan wanita lain, dan bergandengan mesra di pusat perbelanjaan yang sama. Waktu seakan berhenti dan terdengar suara gemuruh di hatinya yang teriris. Berdiam diri dan melupakan tujuannya kesana, melihat sang suami telah mengkhianati cinta yang sudah dijalani selama lima tahun.

Cairan bening yang menumpuk di pelupuk mata, menetes membasahi kedua pipinya melihat kebersamaan dua orang yang tak berada jauh. "Siapa wanita yang bersama Edward?" gumamnya di dalam hati dan mengikuti kemana dua orang itu pergi secara diam-diam.

Ya, pria yang bersama wanita lain itu adalah suaminya, yang bahkan jarang meluangkan waktu bersamanya. Kedua tangannya meremas ujung pakaian, luka yang ditorehkan begitu dalam. Bahkan tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, sangat sakit dan juga patah, kecewa dengan sang suami yang berkhianat.

Dua tungkai kaki yang terasa lemas, tetapi terus memaksakan diri untuk tetap mengikuti kemana suaminya pergi. "Ini sangat sakit, kenapa dia begitu tega menggores luka yang sangat dalam?" gumamnya selayak menahan isak tangis, berusaha tetap tegar dan kembali mengikuti dua orang yang sangat romantis.

Selin bertambah patah hati, di saat melihat wanita itu mengecup pipi sang suami dengan begitu mesra di tempat umum. Memperlihatkan keromantisan keduanya semakin membekas di hati. "Aku sudah berusaha keras menjadi istri yang baik, tapi dia masih saja menghianatiku. Apa yang harus aku lakukan, Tuhan. Aku sudah tidak sanggup melihat kemesraan mereka di hadapan mataku sendiri." Batinnya yang menutup mulut menggunakan tangan, agar tidak menimbulkan suara yang membuatnya bisa ketahuan, karena sudah dari tadi mengikuti mereka.

"Kapan kamu akan menceraikan wanita itu? Aku sudah bosan menjadi simpananmu," ucap sang wanita dengan sangat manja, memeluk lengan Edward untuk mendapatkan simpati.

"Sabarlah, Honey. Aku tidak bisa menceraikannya sekarang. Tapi, kamu tenang saja, tidak lama lagi wanita jelek itu akan aku ceraikan juga!" ucap Edward yang didengar Selin.

Ya, memang pernikahan yang mereka lewati selama lima tahun hanyalah sebuah pernikahan paksa, yang dijodohkan oleh kedua orang tua. Hubungan mereka juga sangat hampa, bahkan hingga saat ini Selin belum juga dikaruniai buah hati, dan hal itu semakin membuat Edward tidak terlalu menghiraukan keberadaannya dan bahkan dianggap sebagai pajangan.

"Tapi kita sudah menjalin hubungan selama tujuh tahun." Keluh wanita itu dengan raut wajah cemberut.

Edward mengusap pelan rambut sang kekasih, memberikan cinta kasih kepada wanita itu tanpa menghiraukan perasaan dari istrinya sendiri yang tidak pernah dicintai. "Aku akan mencari waktu yang tepat untuk menceraikan wanita jelek itu, dan untuk sementara waktu kita hanya bisa seperti ini."

"Aku cukup bersabar hingga saat ini, bahkan rela jika wanita itu menjadi istrimu tapi apa yang aku dapatkan? Hubungan yang tidak jelas membuatku sangat bosan untuk menjalaninya, jika seperti ini lebih baik aku mundur saja."

"Apa yang kamu bicarakan? Aku sangat mencintaimu."

"Aku butuh pembuktian cinta, bukan ucapan yang sebagai pemanis saja. Banyak pria yang mengantri untuk mendapatkan ku, seorang wanita cantik dan juga model papan atas. Tapi kamu menjebakku dan menjadikanku sebagai sekretaris di kantor."

"Bersabarlah, sebentar lagi. Cepat atau lambat, aku akan menceraikan wanita itu."

"Hem, baiklah. Aku pegang kata-katamu!"

Selin sudah tak tahan mendengar percakapan dua orang yang masih diawasi, dia segera pergi berlari keluar dari pusat perbelanjaan. Menerobos orang-orang seraya menahan air mata yang ingin membludak keluar. "Aku sudah berusaha keras untuk mendapatkan hatinya, tapi tetap saja usahaku tidak pernah dihargai sedikitpun. Apa yang harus aku lakukan? Apa aku begitu buruk di mata Edward?" begitulah yang dipikirkan olehnya, dan segera masuk ke dalam mobil. Memerintah Pak sopir untuk membawanya pulang ke rumah.

Di dalam perjalanan pulang ke rumah, air mata sudah tak bisa dibendung lagi, keluar dengan begitu derasnya dengan hati yang terluka cukup dalam. Dia membuka jendela mobil dan membiarkan semilir angin menerpa wajah nya yang sedikit pucat, karena dirinya jarang berdandan setelah menikah. Sejuknya angin membuat sedikit perasaan menjadi tenang, Selalu mencari kekurangan dirinya yang membuat sang suami berpaling.

Mobil berhenti tepat di halaman rumah mewah yang dia tinggali selama ini, tapi itu hanya terlihat bagai sangkar emas yang tidak ada artinya. Tidak ada cinta di dalamnya, hanya rasa hampa yang selama ini dia rasakan. Selin

membuka pintu dan berlari masuk ke kamarnya, menenggelamkan wajah di atas bantal dan meluapkan segala emosi. "Apa salahku? Mengapa dia mengkhianatiku?" Selin berteriak sekencang-kencangnya, melepaskan beban yang ada di hati.

Tak puas sampai di situ, Selin segera dan berjalan menuju cermin besar dan melihat penampilannya di sana. Penampilan yang sangat sederhana dan jauh dari kata menarik, membandingkan dirinya dan juga sang pelakor yang berpenampilan menarik, mungkin itulah penyebab jika Edward tidak pernah meliriknya.

"Apa aku harus merubah penampilanku, agar suamiku tidak berpaling pada wanita lain? Ternyata profesi pelakor itu adalah seorang model dan sekaligus sekretaris di kantor, pantas saja jika Edward jarang pulang ke rumah dan meluangkan waktu untukku." Selin segera menyeka air mata yang membasahi kedua pipi, mata yang sembab dan juga bengkak akibat menangis terlalu lama.

Niat di hati sudah bulat, merubah penampilannya dan segera berjalan ke arah lemari besar. Melihat begitu banyaknya pakaian yang didominasi milik Edward, dibandingkan pakaiannya yang hanya sedikit. Sebab dirinya tidak terlalu menyukai untuk berbelanja kebutuhan dirinya sendiri, dan kali ini dia bersiap-siap untuk pergi ke butik dan juga ke salon untuk merias sendiri.

Di butik, Selin memilah dan juga memilih pakaian model terbaru yang terlihat seksi. Memborong beberapa barang dengan merk ternama, menguras tagihan kartu yang nantinya akan membludak pada sang suami. Tapi kali ini dia tidak menghiraukan hal itu, melainkan untuk menarik perhatian Edward agar kembali dalam pelukannya. "Aku sudah hidup berhemat selama lima tahun ini, tetapi dia membelanjakan wanita lain dengan kebutuhan yang sangat besar. Apa salahnya, jika aku sebagai istri sah membelanjakan uang suamiku sendiri?" monolognya yang memborong pakaian, tas, sepatu, dan tak lupa juga dia membeli kosmetik dan juga make up.

Kini dirinya pergi ke salon, merawat dirinya dari ujung rambut hingga ujung kaki sambil memegang telepon genggam dan menghubungi seseorang di nomor kontak yang tersedia.

"Halo."

"Hem."

"Bagaimana pekerjaanmu?"

"Aku sibuk bekerja, ada apa menelponku?"

"Aku ingin kamu pulang malam ini, karena ada sesuatu yang ingin aku tunjukkan."

"Aku tidak bisa pulang dan harus lembur, pekerjaan kantor sangat membuatku sibuk. Kenapa kamu tiba-tiba menjadi sangat boros? Begitu banyak notif tagihan di ponselku mengenai kartu kredit yang kamu pakai itu. Apa perlu membeli barang-barang yang sangat mahal, dan itu namanya pemborosan."

"Apa salahnya aku boros? Lagi pula aku ini adalah istrimu, dan ini kali pertamanya aku berbelanja. Kekayaan mu tidak akan berkurang jika aku memakainya sedikit saja."

"Jika tidak penting aku akan menutup teleponnya!"

"Tunggu dulu, aku belum selesai bicara. Hari ini, kamu harus pulang, ada sesuatu hal yang ingin aku beritahu padamu dan juga aku perlihatkan. Pulanglah lebih awal, dan aku memohon untuk hal ini."

"Hem, baiklah. Akan aku usahakan."

Sambungan telepon tiba-tiba terputus, ada guratan kecewa dan juga sedih dirasakan oleh Selin. Tetapi, dia berusaha tetap tersenyum dan menghela nafas dengan panjang, kembali fokus dengan perawatan diri di salon.

Edward sangat penasaran apa yang ingin ditunjukkan oleh istrinya, lagi pula pekerjaan kantor sudah diselesaikan lebih awal dan pulang sesuai perkataan Selin. Walau dia pulang dengan terlambat, tetapi rasa lelah dan juga letih saat bekerja berkurang. Dia melihat wanita cantik yang turun melewati anak tangga satu persatu dengan begitu anggun, matanya terpanah dan bahkan tidak bisa mengedip melihat penampilan sang istri yang seksi dan juga cantik.

"Aku senang kamu bisa pulang, walaupun terlambat setengah jam," Selin berjalan menghampiri suaminya, memberikan senyuman manis dan juga bergelayutan manja. "Bagaimana dengan penampilanku? Apa kamu suka? Aku menghabiskan uang hanya untuk merawat diriku?"

Seketika Edward melepaskan dua tangan yang bergelayutan di lehernya dengan kasar, sehingga membuat wanita di hadapannya sedikit terkejut. "Jadi ini kejutan yang kamu katakan padaku? Percuma aku pulang, mau sekeras apapun kamu mencoba tetaplah kembali ke kodrat mu. Wajah jelek itu tidak akan sebanding denganku, yang tampan dan juga kaya. Hapus make up mu, dan semua dandananmu seperti semula, kamu membuatku benar-benar sangat kesal. Kamu tahu? Aku membatalkan janji dengan klien penting akibat dirimu." Dia segera pergi meninggalkan tempat itu dan tidak menggubris perkataan dan permohonan maaf dari istrinya.

"Aku sudah berusaha, bukannya membuat dia senang malah sebaliknya. Apa yang harus aku lakukan?" lirihnya yang kembali meneteskan air mata, ucapan Edward masih berdengung di telinganya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Rasyid

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku