Orang yang paling dekat dengan kita adalah orang yang paling berpotensi untuk menyakiti dan menghancurkan perasaan kita. "Merangkul lalu menusuk." Itu adalah kata yang paling tepat untuk menggambarkan bagaimana kondisi Ella saat ini. Seorang perempuan yang dianggapnya sebagai seorang sahabat dengan rela menghancurkan hidupnya hanya karena perasaan iri atas semua kebahagiaan yang Ella miliki. Alena berjanji tidak akan pernah membuat Ella melihat titik kebahagiaan. Menjadi penyebab kematian Pak Albert-Ayah Ella. Kini, Alena berniat untuk merebut Lias-kekasih Ella, bagaimana pun cara. Bagaimana kisah selanjutnya? Akankah Ella berhasil bebas dari semua rencana busuk dari Alena? Ataukah mungkin dia benar-benar tidak akan pernah melihat kebahagiaan sesuai dengan janji Alena?
"Aku harap ini menjadi rahasia di antara kita. Aku sama sekali tidak ingin jika sampai Ella mengetahui tentang hubungan terlarang ini," kata Pak Albert sambil melingkarkan kedua tangannya di pinggul perempuan yang saat ini sedang berada tepat di depannya itu.
Seorang perempuan yang memiliki perbedaan usia yang cukup jauh darinya. Bagaimana tidak? Pak Albert saat ini sudah menginjak usia 48 tahun, sementara perempuan itu masih berusia 24 tahun.
"Om tenang saja. Aku tidak akan pernah mengatakan hal ini pada Ella," ucap Alena sambil menggerakkan jari telunjuknya di sekitar leher Pak Albert.
"Kamu memang perempuan yang paling menggoda."
Pak Albert menghempas tubuh perempuan tersebut di atas tempat tidur empuk hotel. Dengan cepat dia membuka kancing bajunya dan mendekat dengan penuh gairah. Ketika hendak menyentuh bagian tubuh yang paling sensitif dari perempuan tersebut, tiba-tiba pintu hotel terbuka dan nampak seorang perempuan masuk dengan penuh amarah.
Perempuan itu tak lain adalah anak kandung Pak Albert. Dia membuka pintu hotel dengan menggunakan cardlock yang dia dapatkan dari pihak resepesionis. Semua itu dengan mudah dia dapatkan, karena hotel ini tak lain adalah hotel milik keluarganya sendiri.
"Ayah!" teriak perempuan itu sambil membanting pintu dengan sangat kerasnya.
Alena dan Pak Albert seketika bangkit, mengambil pakaian masing-masing, lalu mengenakannya dengan sangat cepat. Alena yang menyadari bahwa perempuan itu tak lain adalah Ella, langsung menarik selimut dan menutup wajahnya. Dia sama sekali tidak ingin diketahui oleh perempuan itu.
"Jadi ini yang Ayah lakukan selama ini di belakang Ibu? Tahukah Ayah bahwa saat ini Ibu sedang terbaring di atas tempat tidur rumah sakit untuk berjuang hidup? Tapi sementara Ayah malah bersenang-senang dengan perempuan lain yang sama sekali tidak punya harga diri di hotel ini!" teriak Ella yang sudah kehabisan kesabaran sambil mengambil asbak dan melempar ke arah ayahnya.
Beruntung Pak Albert berhasil menghindar. Dia pun mendekat dan mencekal erat lengan Ella untuk mengontrol emosi gadis itu.
"Lebih baik kita pulang sekarang! Kita akan menyelesaikan ini di rumah," ajak Pak Albert.
"Tidak, Ayah! Aku harus melihat wajah perempuan yang telah menjadi perusak rumah tangga orang tuaku. Aku harus menghabisi dia sekarang juga!" tolak Ella menepis dan mendorong ayahnya.
Dia mendekat ke arah Alena dan menarik selimut tersebut. Tapi, sepertinya Alena memegang selimut dengan sangat erat, sehingga membuat Ella kesulitan untuk melihat wajah selingkuhan ayahnya itu.
"Jangan bersembunyi seperti ini, perempuan jahanam! Tunjukkan wajahmu!" amuk Ella.
Anak perempuan mana yang tidak akan marah ketika melihat ayahnya berselingkuh dengan perempuan lain. Ella sontak mengambil vas bunga dan berniat untuk memecahkannya tepat di kepala perempuan itu.
"Ella! Cukup! Jangan sampai kamu menyakiti perempuan itu! Jika kamu sampai melakukannya, maka Ayah tidak akan pernah memaafkanmu," cegah Pak Albert yang tidak terima dengan perlakuan anaknya yang dianggapnya sama sekali tidak sopan dan melampaui batas.
Ella hanya bisa tercengang, lalu tertawa terbahak-bahak mendengar semua pernyataan ayahnya yang dianggap begitu sangat kelewatan. Padahal ayahnyalah yang telah memulai semua ini. Andai saja ayahnya tidak bermain gelap dengan perempuan lain, maka dia tidak akan semarah ini.
"Baiklah, sepertinya Ayah ingin bermain-main denganku sekarang. Aku akan melaporkan Ayah ke polisi sekarang juga!" ancam Ella. Dia sudah muak melihat tingkah ayahnya. Usianya sudah tua, namun tingkahnya begitu sangat memalukan.
Alena yang mendengar hal itu, sama sekali tidak terima jika sampai ini semua dilaporkan ke polisi. Dia tidak ingin nama baiknya rusak karena telah berselingkuh dengan lelaki tua yang sebentar lagi akan menunggu ajalnya itu.
"Silakan laporkan ini semua. Dengan begitu Ayah bisa bercerai dengan ibumu dan menikah dengan perempuan ini." Berbeda dengan Alena, Pak Albert sama sekali tidak gentar dengan ancaman putri semata wayangnya tersebut.
"Dasar tua bangka! Dia pikir aku mau menikah dengannya?" batin Alena. Dia tidak sudi memiliki seorang suami tua seperti Pak Albert. Dia pun memilih untuk membuka selimut dan menunjukkan wajahnya di depan Ella.
"Kamu tidak perlu melaporkan ini semua ke polisi. Kamu bisa melihat wajah perempuan yang telah menjadi selingkuhan ayahmu selama ini," kata Alena.
Sebuah kenyataan yang begitu sangat mengejutkan bagi Ella. Orang yang selama ini begitu sangat baik dan dekat dengannya, rupanya tak lain adalah orang yang telah menjadi perusak dalam rumah tangga kedua orang tuanya.
"Ka-kamu ...." Ella seketika merasa lemas, hingga dia perlu bersandar ke tembok.
"Iya, aku!" kata Ella yang tidak memiliki perasaan bersalah sedikit pun.
Ella dan Alena merupakan sahabat sejak lama. Bahkan keduanya begitu sangat dekat satu sama lain. Mereka selalu bersama baik suka maupun duka, sejak masih menyandang status sebagai seorang siswi di salah satu SMA swasta di kota ini. Sampai saat ini, persahabatan mereka terlihat baik-baik saja. Kerap kali Ella curhat kepada Alena bahwa dia curiga ayahnya memiliki perempuan simpanan.
Ella tidak menduga ternyata sahabatnya sendiri yang telah menusuknya dari belakang, dan menjadi orang ketiga dalam pernikahan ayah dan juga ibunya.
"Apa yang terjadi di sini? Kenapa ka ...."
"Ayah mencintai Alena. Ayah tidak akan bisa hidup tanpa dia. Lagian ibumu sudah tua. Dia bahkan tidak bisa mengurus hidupnya sendiri, bagaimana mungkin dia bisa mengurus dan melayani Ayah? Lagi pula sebentar lagi malaikat maut akan datang dan mencabut nyawanya. Ayah pun menikmati semua kesenangan ini," kata Pak Albert mendekat sambil merangkul Alena.
Ella hanya terus menggelengkan kepala. Ayah yang dulunya begitu sangat penyayang terhadap keluarga, nyatanya bisa bersikap egois dan tak peduli dengan kehidupan anak serta istrinya. Dia lebih mementingkan kebahagiaannya.
"Kalian berdua sama saja! Sama-sama egois dan pengecut!" maki Ella.
"Dan kamu Alena, sahabat macam apa kamu ini? Murahan tau engga!" sambungnya seraya melirik ke arah perempuan yang telah menjadi alasan dari kehancuran keluarganya. Padahal selama ini dia menganggap sahabatnya itu seperti saudara sendiri.
"Kenapa harus dia, Ayah? Ada banyak perempuan luar sana, tapi kenapa harus sahabatku!" kata Ella meninggikan suaranya sambil menatap ayahnya dengan penuh rasa sedih dan kecewa.
"Sedangkan kamu, Alena! Kenapa harus ayahku? Aku bahkan sama sekali tidak peduli dengan siapa kamu dekat, tapi kenapa harus keluargaku yang kamu jadikan korban!" sambungnya menunjuk ke arah Alena.
"Jawabannya, karena aku mencintai ayahmu!" tegas Alena sangat puas menghancurkan hati Ella.
Selama ini Ella menganggapnya sebagai seorang sahabat, tapi tidak bagi Alena. Alena menganggap perempuan itu hanyalah sebagai seorang musuh. Dia merasa iri dengan kehidupan sahabatnya tersebut yang dikelilingi oleh kedua orang tua yang sangat baik dan juga harmonis. Keluarga yang sangat kaya raya, bahkan dia pun bisa memiliki apa pun yang diinginkan dengan sangat mudah.
Sementara Alena, dia adalah gadis miskin yang bahkan berasal dari keluarga yang broken home. Dia tidak pernah merasakan kasih sayang dari ayah ataupun ibunya.
"Kalian semua jahat! Kalian semua bak iblis!" ucap Ella yang kemudian berlari meninggalkan ayah dan juga sahabatnya tersebut.
Dia sudah cukup menderita dengan perselingkuhan yang telah dilakukan oleh ayahnya. Dan hal yang paling menyedihkan lagi, karena sahabatnya sendirilah yang telah menjadi orang ketiga tersebut.
"Kamu tidak perlu memikirkan Ella. Kita akan menikah setelah ini, Sayang," kata Pak Albert yang sama sekali sudah tidak memikirkan keluarganya yang baru saja hancur akibat perempuan yang saat ini sedang berada tepat di sampingnya itu.
"Apa katamu? Menikah? Aku bahkan sama sekali tidak memiliki keinginan untuk menikah dengan laki-laki tua sepertimu. Aku hanya ingin menghancurkan kehidupan anakmu saja! Aku membencinya! Hanya dengan cara ini aku bisa merusak semua kebahagiaan dia," kata Alena puas sambil memegang wajah Pak Albert dan tersenyum jahat.
"Lihat dan saksikan bagaimana anakmu akan hancur nantinya," bisiknya kemudian.