/0/21612/coverorgin.jpg?v=e60d6bd2c0a776a47dc1740ac270ceed&imageMogr2/format/webp)
"Gue suka lo, Diana!" teriak Arga di depan teman-teman sekolahnya yang tengah sedang beristirahat.
Diana yang sedang mengobrol dengan beberapa temannya di lapangan yang tersedia bangku panjang pun menoleh. Semuanya mendadak hening lalu tak lama suara sorakan terdengar meriah.
Diana menoleh ke semua teman-temannya dan dia menggeleng-gelengkan kepalanya karena teman-temannya bertanya-tanya ada apa di antara dirinya sampai Arga menyatakan perasaannya.
"Iya! Gue suka lo, Diana! Lo nggak salah dengar!" lagi, teriak Arga.
Diana menepuk keningnya karena merasa apa yang Arga katakan itu sangat bodoh. "Ayo, terima Diana!" beberapa yang lainnya berteriak agar Diana menerima pernyataan cinta Arga.
Namun Diana mengabaikannya dan memilih menuju kelasnya yang disusul teman-temannya yang lain. Padahal ia sebenarnya menahan malu tapi Diana mencoba memasang wajah kebalnya.
Sampai saat di kelasnya, ia duduk di mejanya dan terkejut karena Arga menyusulnya juga, membuat teman-temannya berada di belakang Arga.
"Gue suka sama lo sejak kelas 10, Di. Gue nggak bisa berhenti untuk nggak suka lo," jelas Arga padanya.
Namun Diana masih diam dan memilih tidak menjawabnya. Ia sendiri bingung harus bagaimana menjawabnya jika di hadapan teman-temannya seperti ini.
"Di, jawab saja. Tolak juga nggak apa-apa kalau lo belum siap," ujar Hani, salah satu temannya.
Arga lalu menoleh ke Hani dan memelototinya. "Diam lo, Han. Dia pasti juga suka sama gue," kata Arga dengan percaya diri.
Tiba-tiba Diana tertawa keras membuat yang lain tercengang mengapa Diana tertawa seperti orang gila yang dengan dadakan seperti itu.
"Percaya diri banget sih lo, Ga. Gue nggak pernah suka sama lo! Asal lo tahu itu, ya! Jangan dipikir lo cowok populer di sini lantas membuat gue suka sama lo. Nggak sekali pun!" jelas Diana akhirnya.
Arga diam seribu bahasa. Ia yang tadinya bersimpuh dengan setangkai mawar putih untuk Diana, kini berdiri dan menatap Diana dengan tatapan yang tajam. Perasaannya merasa malu karena baru kali ini ia ditolak oleh wanita yang disukainya, di hadapan teman-temannya.
"Lo yakin? Lo nggak menyesal nantinya?" tanya Arga yang mana nada suaranya sudah berubah.
"Hmm ... ya. Sangat yakin."
Arga lalu pergi dan mematahkan tangkai mawar itu lalu melemparnya asal. Diana sebenarnya terkejut melihat respons Arga, tapi ia terlihat biasa saja dan baru bisa bernafas lega.
***
Selepas sekolah selesai, Diana keluar kelas bersama teman-temannya dan merencanakan untuk belajar bersama untuk ujian nasional. Mereka merencanakan belajar bersama di rumah Diana dan Diana tidak keberatan untuk itu.
Sebuah bola basket yang memantul ke arahnya dengan perlahan berhenti tepat di kedua kakinya saat ia melewati lapangan basket. Diana menoleh ke bawah dan mengambil bola itu. Lalu ia melihat sekumpulan anak-anak basket, termasuk Arga ada di sana, menunggu Diana melemparkannya kembali.
"Di, lempar!" teriak Aris.
Diana bukannya menatap Aris, malah matanya terpaku pada Arga yang menatapnya dalam diam dengan keringat yang membasahi kepala rambutnya.
"Di! Lo bengong apa, sih?" tanya Amel. "Cepat lempar ke mereka!"
Diana terkejut dan ia pun melempar balik bola basket itu ke arah anak-anak basket yang ternyata diterima Arga. Ada suasana mencekam di antara keduanya walau yang lain bersorak satu sama lain lantaran mereka seperti mengira Diana sengaja melemparnya ke arah Arga.
Cepat-cepat Diana berlalu dari sana dengan jantung berdegup kencang.
"Lo sengaja ya, lempar itu ke Arga?" tanya Sinta.
"Nggaklah. Itu reflek saja, kok."
"Hmm, kita kira begitu," sambung Hani dan yang lainnya mengangguk.
"Terus, lo beneran nggak suka dia? Parah banget ih, kalau nggak suka si Arga," tanya Sinta.
Sayangnya Diana memilih untuk tidak menjawab pertanyaan Sinta yang mewakili teman-temannya. Baginya, ia enggan membagi apa yang ia rasakan pada teman-temannya lantaran ia tahu tidak semua orang tahu bagaimana ia merasakan sesuatu.
/0/7198/coverorgin.jpg?v=20250122151848&imageMogr2/format/webp)
/0/20420/coverorgin.jpg?v=f3f8e9d646b8c8f4ed851d99feb9418c&imageMogr2/format/webp)
/0/16824/coverorgin.jpg?v=ede1f76b400f3cfd57bd9b253e5f1fd4&imageMogr2/format/webp)
/0/16511/coverorgin.jpg?v=d4dc22f9d688777e77ddddb634b06488&imageMogr2/format/webp)
/0/19077/coverorgin.jpg?v=20240730192710&imageMogr2/format/webp)
/0/20122/coverorgin.jpg?v=20241030112649&imageMogr2/format/webp)
/0/7036/coverorgin.jpg?v=20250122151735&imageMogr2/format/webp)
/0/23035/coverorgin.jpg?v=8259d498a61ed759f13755fb7aea52a4&imageMogr2/format/webp)
/0/13264/coverorgin.jpg?v=32f2718a46ee325ec1580f1b3bea8ed2&imageMogr2/format/webp)
/0/19178/coverorgin.jpg?v=20240830165722&imageMogr2/format/webp)
/0/4269/coverorgin.jpg?v=0f6119a1e2e803d3bc9aa654eaf6c36e&imageMogr2/format/webp)
/0/2295/coverorgin.jpg?v=20250120165954&imageMogr2/format/webp)
/0/5388/coverorgin.jpg?v=a77d99299cb7146c435c59a269fee375&imageMogr2/format/webp)
/0/24096/coverorgin.jpg?v=ba15898cb0498805e5afccf052638d91&imageMogr2/format/webp)
/0/12904/coverorgin.jpg?v=2589c8c89ccd7dcafbfe40a8212f700b&imageMogr2/format/webp)
/0/3535/coverorgin.jpg?v=20250122112925&imageMogr2/format/webp)
/0/8543/coverorgin.jpg?v=3035e58b4e03e73dbf156abae74648d1&imageMogr2/format/webp)
/0/8442/coverorgin.jpg?v=67c43030a924acfd093bc5b5eaff6630&imageMogr2/format/webp)
/0/21154/coverorgin.jpg?v=c2835f25ab9d458a0e17f5115dd93e12&imageMogr2/format/webp)