Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Cinta Palsu Namun Penuh Gairah

Cinta Palsu Namun Penuh Gairah

Bibi Fifi

5.0
Komentar
4K
Penayangan
29
Bab

Ryan adalah cowok yang tampan saat SMA, ia sangat populer di sekolahnya dulu. Lala yang merupakan pacar dari Ryan sampai terpesona dan ia yang pertama kali menyatakan cinta kepada Ryan. Namun ketika kuliah seiring waktu berjalan, wajah Ryan timbul jerawat sampai wajahnya pun tidak setampan dulu. Membuat sikap Lala berubah terhadapnya. Sikap Lala yang berubah, membuat Ryan sangat possesive dan selalu over thinking kepada Lala, sehingga Lala merasa risih dan akhirnya dengan berat hati memutuskan untuk berpisah dengan Ryan. Suatu hari, Ify gadis polos yang tidak berpengalaman dalam hal pacaran maupun berciuman tersebut berkenalan dengan Ryan yang sudah pro. Ryan mengajak Ify berkencan, walaupun Ryan belum menyukainya. Ia hanya melampiaskan semua kepada Ify untuk melupakan Lala, mantannya tersebut.

Bab 1 Pacar Kesayangan

Hari Minggu di pagi hari yang lumayan dingin, membuat cowok yang bernama Ryan Pamungkas kini malas untuk beranjak dari tempat tidurnya. Dengan kasur lipat yang sempit berukuran 90x200 itu, ia berbaring dengan menggunakan selimutnya yang berwarna hitam. Tidurnya pulas sekali, sampai bunyi alarm pun tidak ia dengar. Bahkan bunyi telepon masuk dari pacarnya pun tidak juga diangkat.

"Tililit...tililit...!!" handphone Ryan berbunyi dan bergetar di samping tempat tidurnya. Sudah pukul 09.00 Ryan pun baru sadar, kalau pacarnya sudah menelepon hingga 10 kali. Pukul 07.00 5 kali, pukul 08.00 4 kali, dan terakhir pukul 09.00, yang membuatnya terbangun. Saat menelepon ke-10 kali, teleponnya tidak terangkat. Ryan pun bergegas untuk meneleponnya balik.

"Hallo, sayang," ucap pacar Ryan, yang bernama Lala.

"Aduh, sayang, maaf ya, aku baru bangun," ucap Ryan yang masih dengan suara seraknya, karena baru terbangun dari tidurnya.

"Iya, nggak papa, kok. Tapi kamu hari ini bisa nganterin aku kan, jalan-jalan ke mal?"

"Iya, pasti bisa dong, sayang."

"Ya, udah, aku tunggu ya, di kosan aku, jam 10 an!"

"Oke."

Ryan pun bergegas untuk pergi ke kamar mandi. Namun, saat itu kamar mandi sedang terisi oleh teman satu kontrakannya, Aldo.

Aldo dan Ryan adalah teman satu kuliahan di jurusan Tekhnik Sipil. Mereka memutuskan tinggal satu kontrakan sejak mereka saling mengenal di semester 1.

"Do, masih lama nggak?" teriak Ryan sambil menggedor pintu kamar mandi.

"Gue baru masuk, Yan!" teriak Aldo dari dalam kamar mandi. Dengan terpaksa Ryan pun menunggu Aldo yang sedang mandi, di depan ruang TV.

Tak terasa ia melihat jam sudah menunjukkan pukul 09.30. Ia tidak sadar sudah menunggu Aldo selama itu. Ryan segera menuju kamar mandi dan menggedor pintunya lagi.

"Do, loe ngapain,sih? Main sabun?" sindir Ryan.

Tiba-tiba Aldo pun keluar dengan tampang rasa tidak bersalah. "Berisik!" katanya.

"Lama banget loe, Do!" gerutu Ryan. Saat Ryan masuk, tiba-tiba ia melihat cairan putih berceceran di lantai kamar mandi. "Astaga, Aldo...Aldo... saking jomblonya loe, ya!" gumam Ryan dan menghentakkan kakinya kesal. Segera ia mengguyur dengan air sampai tersiram bersih masuk ke lubang pembuangan air.

Aldo teman kuliahnya itu, memang sudah jomblo akut lama. Dia tidak pernah berpacaran sama sekali dalam hidupnya. Ia memiliki postur tubuh yang tidak terlalu tinggi, kulitnya sawo matang, dan agak sedikit gemuk. Sebenarnya ia sudah cukup lama memendam perasaan dengan adik kelasnya, namun berada di fakultas dan jurusan yang berbeda darinya. Ia tidak berani mengungkapkannya, karena ia tahu diri.

Kemudian setelah Ryan membersihkannya , ia pun segera melucuti baju dan celananya dan menyiram air ke seluruh badannya untuk memulai mandi.

~~

Setelah Ryan selesai mandi, ia pun bergegas menyisir rambutnya dan melihat wajahnya di cermin. Ketika ia melihat dirinya sekarang, benar-benar membuatnya kecewa. Kenapa ia sekarang mempunyai begitu banyak jerawat di pipinya?

Dulu semasa SMA, dia adalah idola cewek-cewek di sekolah. Banyak cewek-cewek yang mengincarnya, bahkan menyatakan perasaan kepadanya. Namun setelah kuliah, wajahnya pun berubah pada saat menjelang semester 2. Wajahnya tiba-tiba dipenuhi dengan jerawat, sampai menimbulkan bekas jerawat di sebagian pipinya, membuatnya tidak setampan waktu ia SMA dulu.

Ia juga berpikir pacarnya, Alula Marisha, yang dipanggil Lala itu tidak menyukainya lagi, karena wajahnya sekarang tidak setampan dulu. Karena, dipikir-dipikir, setiap ia jalan dengan Ryan, ia selalu melirik cowok-cowok tampan di sekitarnya saat jalan dan mengomentarinya.

Lala adalah teman Ryan sewaktu SMA. Mereka berpacaran semenjak kelas XII sampai mereka semester 6 di kuliahan dan sama-sama mengambil jurusan Tekhnik Sipil di Universitas yang sama. Sudah 4 tahun mereka menjalin hubungan.

Sewaktu SMA, Lala lah yang menyatakan perasaan duluan kepadanya. Dari semua banyak cewek, di mata Ryan, ia adalah cewek yang cantik dan mempunyai kepribadian yang lembut. Maka dari itu, Ryan menerima menjadi pacarnya, karena Ryan pun menyukainya.

Tetapi, semenjak wajahnya berubah, Lala tidak seperti dulu. Walaupun Lala masih setia menjadi pacar dan sering jalan dengannya, sikap dan kepercayaan diri Lala saat berjalan dengannya berubah. Ia tidak lagi menggandeng tangan Ryan. Saat makan bersama pun, ia hanya melihat handphone. Sesekali ia kadang mencuri pandang cowok tampan yang berada disana. Apakah Lala akan setia sama gue dengan wajah gue yang seperti ini? Apa gue harus ke dokter kulit buat nanganin jerawat gue? Pikirnya.

Ryan pun pasrah dengan semua itu. Ia kadang memarahi Lala yang terkadang mengabaikannya waktu ia sedang berjalan bersama. Dan itu semua membuatnya over thingking sampai Ryan pernah cemburu saat Lala melakukan tugas dengan salah satu teman cowoknya di kampus. Ryan juga sering ribut dengan Lala karena masalah itu.

Untung Lala adalah cewek penyabar. Tetapi dalam benak Ryan tersimpan penyesalan, saat ia sering memarahi Lala. Ia takut kalau suatu saat, ia akan ditinggalkan oleh pacar yang disayanginya itu, karena sekarang Ryan menjadi sering over thinking.

Selesai dari berkaca di cermin, ia langsung mengambil kunci motor yang berada di laci belajarnya. Ia juga nggak lupa pamit sama teman satu kontrakannya tersebut, Aldo.

"Gue keluar dulu, Do, sama cewek gue!"

"Oke, take care Bro!" ucap Aldo dengan melambaikan tangan ke arah Ryan.

Ryan pun segera menancap gas motor gedenya yang ia parkir di halaman kontrakannya tersebut. Ia menyetir motornya dengan agak cepat, karena takut kalau pacar kesayangannya itu sudah menunggunya. Karena jam sudah menunjukkan pukul 09.55.

Ryan akhirnya sampai ke kos Lala. Lala tampak sudah siap dengan baju crop top berwarna putih yang hampir memperlihatkan pusarnya dan sebagian dadanya, serta jaket jeans berwarna biru denim untuk menutupi sebagian keseksian ceweknya tersebut. Ia juga tampak cantik dengan rambutnya yang digulung sedikit ke atas dengan sedikit menyisakan rambutnya ke depan di kanan dan kirinya. Lala juga tampil senatural mungkin. Ia tidak suka berdandan berlebihan seperti cewek-cewek pada umumnya. Ia hanya memakai lip balm, agar bibirnya tidak tampak kering. Itulah mengapa, Ryan suka terhadapnya.

Saat Ryan datang, Lala segera menghampirinya. Tidak salah lagi, kalau ceweknya tersebut on time dan tidak suka mengulur waktu.

"Yuk, jalan!" ujarnya sambil membonceng naik ke atas motor Ryan.

"Pegangan yang kenceng, ya!"

Ryan pun melaju dengan kecepatan sedang. Ia tidak ingin Lala ketakutan, jika ia menyetir motornya dengan cepat.

Seperti biasa, Lala bersikap aneh. Ia tidak lagi memeluknya saat berjalan di motor. Ia hanya memegang sedikit bajunya, supaya tidak terjatuh. Namun, Ryan tetap ingin berpikir positif, supaya mereka tidak ribut karena masalah sepele tersebut. Walaupun, dalam pikirannya, sangat ingin mengomel.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Bibi Fifi

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku