Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Introvert Japanesegirl

Introvert Japanesegirl

Bibi Fifi

5.0
Komentar
2.3K
Penayangan
21
Bab

Cewek blesteran Jepang-Indo bernama Yoshida Yui, pindah pertama kali ke sekolah elit dan ternama di Jakarta, ia sangat pendiam dan susah bersosialisasi. Ia memiliki rambut lurus yang panjang tergerai. Selain itu, ia mempunyai poni yang panjang hampir menutupi seluruh area matanya. Penampilannya tersebut membuat satu sekolahan menatapnya aneh, karena ia selalu berjalan menunduk, sehingga tampak seperti hantu dari Jepang. Hari pertamanya sekolah, tidak ada yang menyenangkan, karena tidak ada yang mengajaknya berkenalan satu pun. Berbeda dengan Andre, yang merupakan ketua kelas sekaligus cowok tertampan, pintar, dan populer di sekolahnya, ia sangat penasaran dengan Yui. Andre yang merupakan sahabat dekat Rara, gadis cuek, pintar, judes, dan tidak suka basa-basi dengan orang pendiam, sangat cemburu dengan sikap Andre yang perhatian dengan Yui. Membuat Rara semakin membenci Yui. Suatu hari sahabat kecil Yui, Takeru Ryota, menyimpan perasaan cukup lama dengan Yui. Ia terpisah cukup lama dengannya, karena Ryota bersekolah di luar negeri. Ryota pun menyusulnya ke Indonesia, agar bisa bersekolah dengan Yui dan bertemu kembali dengannya. Perseteruan di antara mereka berempat pun dimulai.

Bab 1 Perkenalan Pertama

Hari ini gadis asal Jepang bernama Yoshida Yui, sebut saja Yui, akan pindah sekolah di SMA ternama dan elit di daerah Jakarta yaitu SMA Tarumajaya. Ya, SMA yang hanya orang-orang kaya yang bisa masuk kesana. Yui si gadis blasteran Jepang-Indo merupakan gadis dari orang kaya. Ayahnya, Yoshida Kenichi yang berasal dari Jepang bekerja di perusahaan game terkenal di Jepang, yang kantornya juga berpusat di Jakarta. Kebetulan ayahnya dipindah tugaskan ke Jakarta. Tentu saja membuat Yui kaget dan frustasi, karena dia pun baru saja mendapat teman akrab selama kurang lebih 2 tahun di sekolah lamanya.

Sulit sekali bagi Yui untuk beradaptasi, karena ia adalah gadis yang sangat pendiam, pemalu, dan susah bersosialisasi.

Hari pertamanya sekolah, membuat Yui belum siap untuk menghadapi teman-teman barunya. Bagaimana tidak, Yui baru saja belajar bahasa Indonesia dengan ibunya, yang berasal dari Indonesia selama sebulan penuh. Tentu saja belum lancar sepenuhnya. Masih canggung, kaku, dan masih terbata-bata. Sering sekali Yui selalu keceplosan memakai bahasa Jepang. Ayahnya pun juga sering keceplosan untuk mengajak Yui mengobrol dengan bahasa Jepang. Tentu saja membuat Imelda, yang merupakan ibu Yui kesal.

"Pa, jangan ajak Yui ngobrol pakai bahasa Jepang!" teriak ibu Yui di dapur yang mendengar mereka mengobrol. Sontak mereka pun berhenti mengobrol, karena takut Imelda marah.

"Mama, aku berangkat ya!" ucap Yui menghampiri ibunya yang sedang mencuci piring di dapur dan mencium kedua pipi ibunya.

"Ma, aku berangkat juga!" ucap ayahnya menyusul sambil mencium kening ibunya.

"Hati-hati ya, kalian! Yui semoga kamu betah ya, di sekolah!" ucap ibunya sambil memperlihatkan sikap khawatir dengan putri satu-satunya itu.

"Doakan Yui, Ma!" balas Yui pun khawatir. Ibunya tersenyum dan mengangguk sambil mengusap kepala Yui.

Yui diantar oleh ayahnya untuk pergi ke sekolah pertama kalinya. Setelah sampai di sekolah, Yui membuka mobil pelan dan berpamitan dengan ayahnya. "Arigatou, Papa!" ucap Yui berterima kasih sambil melambaikan tangan ke ayahnya. Yui pun sampai di depan gerbang sekolah. Terasa asing bagi Yui, karena mereka memakai bahasa Indonesia yang Yui pun agak kurang mengerti bahasanya. Ya, bahasa gaul Jakarta yang Yui belum pernah mendengar dari ibunya langsung.

Berjalan pelan Yui memasuki gerbang sekolahnya. Yui memandangi sekolahnya yang begitu besar. Yui terpukau. Tapi saat Yui memandang ke atas gedung, pandangan Yui agak terhalangi oleh poninya yang begitu panjang hampir menutupi seluruh area matanya dengan rambutnya yang lurus tergerai panjang. Namun, Yui nyaman dengan hal itu,. Karena dengan begitu, orang-orang tidak akan menyoroti dia dan mengabaikannya, karena ia sangat pemalu.

~~

Yui sangat gugup dan tidak tahu harus berkata apa nanti saat berkenalan dengan teman-teman di kelasnya. Akhirnya waktu itu telah tiba. Wali kelas Yui, ibu Raisya akan memanggil Yui masuk ke dalam kelas untuk memperkenalkan diri. Yui gemetar untuk masuk ke kelas pertama kalinya, karena ia pasti akan disambut oleh teman-teman di kelasnya.

"Anak-anak, ibu punya pengumuman untuk kalian!" ucap ibu Raisya sambil memberi perhatian ke murid-muridnya dan berdiri di tengah kelas sambil memegang meja murid yang berada di tengah. Anak-anak pun mulai memperhatikannya.

"Kalian akan kedatangan murid baru dari Jepang,"

"Waw!" kata salah satu murid laki-laki yang duduk di pojok paling belakang, Dika namanya.

"Baik, Yui silahkan masuk!"

Yui pun masuk dengan agak gugup dan badan sedikit membungkuk. Dengan rambut yang panjang tergerai sebagian ke depan dan poni yang menutupi hampir seluruh area matanya. Membuat murid-murid pun memandanginya semakin aneh. "Eh, anjrit Sadako!" celetuk salah satu murid perempuan yang duduk di barisan paling depan, Bella namanya. "Ssst...," tegur Irish sambil menendang kursi Bella yang saat itu duduk di belakang Bella. Yui pun sempat mendengarnya, tapi bagi Yui itu tidak jadi masalah, karena dia pun sempat menerima panggilan ejekan itu dari teman-teman sekolahnya dulu.

"Baik, silahkan perkenalkan diri kamu!"

Dengan gugup Yui pun memulai perkenalan. "Ha-halo namaku Yo-shida Yui, panggil saja a-ku Yui. Se-moga kalian b-bisa menerimaku dan kita me-menjadi t-teman baik, terima kasih!" ucap Yui sambil terbata-bata, tertunduk, dan menggenggam tangan dinginnya karena gemetar.

"Oke, semoga kamu betah ya, di sekolah ini!" ucap ibu Raisya sambil memegang pundak Yui. "Baik, kamu bisa duduk di sebelah situ!" ucap bu Raisya sambil menunjuk bangku yang kosong, tepat di sebelah pintu jendela nomor dua dari belakang. Yui pun segera menuju bangku itu.

Yui bersyukur karena dia sangat suka sekali duduk di bangku sebelah jendela, karena dia bisa melihat keluar dan merasakan hembusan angin yang sepoi-sepoi. Jendela memang tidak terbuka begitu lebar, tetapi angin di luar lumayan sejuk. Membuat poninya tersingkap dan sebagian rambutnya berterbangan.

Andre Nicholas merupakan ketua kelas, cowok tertampan, popular, supel, dan pintar di sekolah. Ia duduk di bangku depan nomor dua dekat dengan tembok. Ia tidak sengaja melihat Yui dengan poni tersingkapnya itu. Membuat Andre terpana dan kaget. Dengan angin yang sepoi-sepoi itu Andre bisa melihat seluruh wajah gadis Jepang itu. Manis...

~~

"Kringggggg...!" bel sekolah berbunyi tanda istirahat.

"Baik, anak-anak waktunya istirahat, ibu lanjutkan pelajaran biologi ini besok. Tugas yang belum selesai bisa dikerjakan di rumah, tetapi besok kalian harus wajib mengumpulkannya!" perintah ibu Raisya.

Anak-anak di kelas XII-IPA 1 itu segera keluar menuju ke kantin untuk makan siang yang sudah disediakan gratis dari sekolah. Rara, Irish, dan Bella yang merupakan satu geng cewek yang selalu bareng bertiga kemanapun mereka pergi, segera keluar seolah tidak mau kehabisan makan gratis di sekolahnya. Maklum, makanan gratis yang disediakan di sekolah SMA Tarumajaya selalu hampir habis jika telat. Walaupun gratis, menu-menu yang disediakan enak-enak.

Saat itu Andre melihat Yui masih diam duduk di bangku, ia pun mulai membuka pembicaraan. "Gak ke kantin? Setiap hari ada makan gratis, loh!" Andre tersenyum sambil menoleh ke arah Yui. Yui pun menoleh ke arah Andre sambil tertunduk malu. Tiba-tiba Dika yang duduk di belakang menghampiri meja Andre sambil menggandeng tangan Andre,"Yuk, Ndre, ke kantin, gue laper!" Andre pun segera bangkit dari bangkunya.

Kelas pun sepi, tinggal Yui sendiri. Yui pun segera bangkit dari bangku untuk menuju ke kantin sekolah. Yui bingung sambil mencari-cari kantin sekolah, karena tidak ada yang mengajaknya ke kantin. Bagaimana tidak, mengajaknya berkenalan pun tidak ada.

Setelah hampir 10 menit Yui memutari gedung sekolah, akhirnya ketemu juga. Yui segera mengambil nampan, piring, dan sendok. Yui bersyukur lauk pauk masih tersisa. Setelah mengambil lauk pauk, Yui pun segera duduk di bangku meja paling pojok dan sepi. Irish yang merupakan geng dari Rara dan Bella tidak sengaja melihatnya.

"Eh, lihat tuh anak Jepang, kasian banget nggak sih, duduk sendirian. Kita temenin, yuk!" Irish melihat Yui sambil menunjuk dengan matanya, sehingga membuat Rara dan Bella ikut menoleh.

Rara menghela nafas sambil menggelengkan kepala seakan tidak mau Yui ikut bergabung. Rara adalah murid terpintar setelah Andre, teman kecil Andre, dia cantik, tetapi merupakan tipikal orang yang cuek, judes, dan tidak suka basa-basi dengan orang-orang pendiam, menurutnya jadi seperti awkward.

Andre dan Dika yang dari tadi duduk di depan mereka juga melihat ke arah Yui yang makan dan duduk sendirian. Tetapi mau bagaimana lagi, Rara yang judes tidak mau mengajaknya bergabung, nanti malah jadi konflik dan nggak nafsu makan. Maklum si Rara emang moody-an orangnya. Kalau ada yang membuat dia merasa terganggu, dia jadi nggak mood. Akhirnya mau tidak mau mereka berempat menuruti Rara.

"Dik, besok kan hari minggu, nanti malam kita jalan-jalan yuk ke mal, ngopi-ngopi kita di Star Coffee kaya biasa, jadi pake mobil loe, deh!" ajak Bella bersemangat sambil merayu Dika sedikit.

"Sama loe doang?" kata Dika dengan mengkerutkan alisnya.

"Ih, apaan, sih! Ya, ngga lah kita berlima!"

"Oke, atur aja!" ucap Dika dengan santainya.

"Oke, gue ngikut juga!" ucap Andre dengan wajah setuju, diikuti Irish dan Rara.

"Jam 7 ya, harus pada ngumpul di rumah gue!" ucap Bella dengan senangnya.

~~

Hari sudah menunjukkan pukul 11.00 waktunya sekolah SMA Tarumajaya untuk pulang. Hari Sabtu memang mereka melakukan kegiatan sekolah hanya sebentar. Seperti biasa, Irish dan Bella nebeng ke mobil Dika, karena arah jalan mereka searah. Rara dijemput supirnya, sedangkan Andre lebih suka ke sekolah naik motor gedenya. Tetapi motor Andre hari itu sedang dipakai oleh adiknya, alasannya untuk pedekate dengan teman sekelasnya.

Berbeda dengan Yui, yang tadi pagi diantar oleh ayahnya dengan mobil, lebih memilih pulang jalan kaki, karena dari semenjak Yui sekolah di Jepang, Yui sudah terbiasa jalan kaki. Selain membuat sehat, Yui bisa melihat jalanan dan pemandangan sekitar dengan santai.

"Ndre, yuk, nebeng!" ucap Dika menawari dengan membuka kaca jendela mobilnya sambil klakson Andre yang menunggu busway di seberang sekolah, karena kebetulan geng mereka Andre, Dika, Rara, Irish, dan Bella memang searah, cuma si Andre dan Rara memang suka pulang masing-masing. Rara juga rumahnya satu komplek dengan Andre, dibilang kenapa nggak bareng sama Andre? Karena Rara nggak suka naik motor gede, ribet dan pegal katanya.

"Gak usah Dik, loe duluan aja! Gue naik busway," kata Andre.

"Oke, kita duluan, ya!" ucap Dika pamitan dan mulai menutup kaca jendela mobilnya, diiringi Irish dan Bella yang melambai-lambai ke Andre.

Busway pun datang, Andre segera bergegas untuk naik. Andre duduk di bangku paling belakang dekat jendela kaca busway. Hari mulai rintik-rintik sepertinya akan hujan. Yui yang tadinya berjalan sambil menikmati dengan santai pun panik, karena dia lupa tidak membawa payung. Biasanya dia selalu sedia setiap mau berangkat ke sekolah pada waktu di Jepang. Tetapi, hari pertamanya sekolah di Jakarta, dia lupa membawanya. Andre yang sedang melihat-lihat jalanan tidak sengaja melihat Yui lari karena kehujanan. Andre reflek ingin memanggil Yui, tetapi posisi dia sedang di dalam busway, sehingga diurungkan niatnya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku