/0/14428/coverorgin.jpg?v=e673db163036ee391c656ce0b40786ba&imageMogr2/format/webp)
Butir-butir keringat berjatuhan dari dagu persegi seorang pria. Suara napas terdengar memburu cepat, uap putih berhamburan keluar dari mulutnya yang terbuka. Telapak tangan yang lebar mencengkeram keras roda besi dingin dan memaksanya untuk terus berputar. Menggerakkan roda-roda yang menggantikan kedua kakinya untuk membawanya mendekati sumber gelisah dan racun kegilaannya. Seperti serangga yang mendamba api.
Ia memeras kursi rodanya untuk melaju secepat mungkin di atas jalanan sepi menanjak. Menerobos kabut putih berbalut kegelapan pekat tengah malam tanpa ragu, resah telah membutakan akal sehatnya, mendesaknya menggilasi jalanan yang belum pernah dikenal rodanya.
Samar-samar terdengar gemersik daun-daun pepohonan sekitar jalanan, menari oleh angin malam yang menyakiti ranting-ranting mereka. Binatang-binatang malam bersuara silih berganti, mengejeknya atau memberinya semangat. Pria malang terlihat mulai mengutuk dirinya sendiri. Selama hidupnya, belum pernah sekali pun ia melanggar prinsipnya sendiri, membuang logika yang sudah membuatnya sukses dan terkenal. Kini semuanya telah lenyap berganti gelisah, hasrat dan kegilaan yang sedang menjeratnya.
“Seumur hidupku!” makinya pada hampa malam.
Berjuang sejauh dua kilometer dengan kursi rodanya, setengah jarak perjalanan yang ingin dituju, ia melihat jalanan menanjak tinggi di hadapannya. Tidak terbersit sedikitpun pikiran untuk kembali dan kalah pada tantangan bisu dihadapannya. Merapatkan gigi, kembali ia memacu kekuatannya untuk menaklukkan rintangan di depannya, yang mana di masa lalu, ia pernah bersumpah tidak akan pernah melakukan kebodohan dengan melewati tanjakan tinggi dengan kursi roda seperti orang-orang cacat lainnya yang terus berjuang.
Aku bukanlah pejuang! Aku hanyalah budak pena pengangkat buku dan penunggu rumah!
“Sialan!!!!" Kini ia hanyalah seorang manusia bodoh yang pernah ia hinakan. “Sialan!!!!”makinya kembali.
Tangannya berjuang keras mendorong dirinya untuk mencapai ujung tanjakan.
Pada akhirnya, setiap manusia akan mencintai sesuatu. Dan cinta akan menguasai diri mereka hingga mereka melupakan diri mereka, bahkan kematian terlihat kerdil di hadapannya.
Di akhir jalanan yang menanjak, kursi roda berhenti bergerak. Kepalanya menengadah ke atas, mulut terbuka lebar membujuk masuk udara, berjuang keras mengumpulkan kembali kekuatan dengan tenggorokan yang haus. Belum pernah sebelumnya ia memaksa kursi rodanya bergerak hingga kedua tangannya menjerit kesakitan.
“Claire,”bisik lirih dari bibirnya.
Sebuah nama yang telah merengut kewarasannya. Ia harus segera mencapai tempat gadis itu. Bayangan seorang gadis segera menyalakan sesuatu dalam dirinya dan memaksa kedua tangannya yang lelah untuk kembali bergerak mendorong kursi rodanya. Untuk gadis itu, untuk sebuah senyuman di wajahnya, ia rela melakukan apa pun juga. Sejak Claire muncul dalam hidupnya, gadis itu sudah menjadi seluruh hidupnya.
Matanya menajam dan kursi roda bergerak meluncur menuruni jalanan turun yang segera meluncurkannya dalam kecepatan tinggi. Udara dingin segera menyambutnya, membuat wajah dan tubuhnya menggigil kedinginan. Dan selama ini, ia mengira hanya orang bodoh yang memacu kursi roda mereka dalam kecepatan tinggi tanpa memedulikan keselamatan.
Mengeraskan tekad, ia menggerakkan tangannya untuk menambah kecepatan putaran roda. Pada sebuah tikungan jalanan, dengan cepat ia berusaha mengendalikan kursi roda, berjuang memutar arah roda yang bergerak terlalu cepat untuk menikung. Mendadak kursi roda bergerak liar mengguncang tubuhnya, roda-roda melayang hilang kendali dan melompat keluar dari jalanan beraspal.
Tubuhnya bergerak miring dan tanah mendadak begitu dekat dengan wajahnya. Beberapa detik kemudian ia merasakan hentakan kuat pada seluruh dirinya yang menghajar tanah dan tubuhnya terseret menjauhi kursi roda yang terbalik. Rasa sakit menyerang tubuhnya yang tertidur di atas tanah.
Mungkin... Ia hanya rela melakukan apa pun untuk Claire, selama gadis itu tidak mengetahuinya. Selama gadis itu tidak berbalik membencinya atas apa yang telah diperbuatnya.
/0/14508/coverorgin.jpg?v=98e8c4aaf99418b9b32d635dfec6f032&imageMogr2/format/webp)
/0/12477/coverorgin.jpg?v=90393f923757376d5a1fe4bb91048bed&imageMogr2/format/webp)
/0/14765/coverorgin.jpg?v=84b76702f825b61d5ca17c64a8890aeb&imageMogr2/format/webp)
/0/23732/coverorgin.jpg?v=9273c212b5de2597b1cb55648ffc2de4&imageMogr2/format/webp)
/0/4454/coverorgin.jpg?v=ed5ebcf6d3a160941f315a46bdde27bf&imageMogr2/format/webp)
/0/5633/coverorgin.jpg?v=473528e6affb2aefc9d4b35de866c49e&imageMogr2/format/webp)
/0/14126/coverorgin.jpg?v=963c5609ae381918b2bdde934ae4e5ed&imageMogr2/format/webp)
/0/12752/coverorgin.jpg?v=74ae9140d44aa5de5990c253982efd58&imageMogr2/format/webp)
/0/15868/coverorgin.jpg?v=0e7f595c1ce9e6abf6823cbfc41cca45&imageMogr2/format/webp)
/0/5168/coverorgin.jpg?v=79b9005cb01a5264f8298e6bdffd90fd&imageMogr2/format/webp)
/0/16913/coverorgin.jpg?v=f78a9497cddd1f29b8744868d0fee469&imageMogr2/format/webp)
/0/18501/coverorgin.jpg?v=1c0a6787d21223048282c0da9b5c5c48&imageMogr2/format/webp)
/0/19051/coverorgin.jpg?v=e67300697797524500dadbc4d1e1b62a&imageMogr2/format/webp)
/0/17562/coverorgin.jpg?v=fd6917b8813600f0f03233640180efbf&imageMogr2/format/webp)
/0/6325/coverorgin.jpg?v=59adab372573acd5d2c02473d9ea50ba&imageMogr2/format/webp)
/0/7196/coverorgin.jpg?v=7592a2eb81064573854cf2324235abe9&imageMogr2/format/webp)
/0/10909/coverorgin.jpg?v=5122a39c4be9b04d20fc1c65de293bfa&imageMogr2/format/webp)
/0/21621/coverorgin.jpg?v=fea238469818ea92d629a4bbbdbf5f64&imageMogr2/format/webp)
/0/8516/coverorgin.jpg?v=8f090e21d980d15f912bae56538d3c38&imageMogr2/format/webp)