/0/24057/coverorgin.jpg?v=fd1094b94f91e88087ae939108913a37&imageMogr2/format/webp)
"Mas pacar!" seru seorang gadis dari tepi lapangan.
Panggilan itu sudah tak asing lagi di telinga Bintang. Aera berlari dari kejauhan menuju ke arahnya, dengan penuh semangat gadis itu memberikannya sebotol air mineral dan mengelap keringat di wajahnya.
Sudah hampir tiga tahun mereka berpacaran, Bintang tidak tahu kenapa dia bisa menerima cinta gadis manja ini. Setiap kali bersamanya, Bintang seperti sedang mengurus seorang bayi. Anehnya, sikap Aera yang menggemaskan dan kekanak-kanakan justru membuatnya semakin jatuh hati pada Aera.
Sebenarnya, adiknya Moona tidak begitu menyukai Aera sebagai kekasihnya. Katanya, "ngapain pacaran sama bocil?". Tetapi Bintang tidak peduli, baginya Aera adalah gadis yang paling dia sayang.
"Mau makan apa, aku yang traktir hari ini," ucap Aera bersemangat.
"Tidak, biar aku saja. Aku punya banyak uang," kata Bintang.
"Benar, Mas kan sudah selayaknya memberiku nafkah," kata Aera menyindir.
"Seharusnya kamu juga memasak untukku setiap hari, dan memastikan aku makan dengan baik," kata Bintang, mencium kening Aera dan berlari meninggalkannya.
Aera tersenyum malu, memperhatikan ke sekelilingnya. Dia masih duduk di tepi lapangan sambil menunggu Bintang mengganti baju. Dosen kesayangannya itu memang senang sekali bermain basket dan mencuri perhatian para gadis, untungnya Aera berhasil menjadi pemenangnya.
Setelah Bintang selesai, mereka berdua berjalan bersama sambil bergandengan tangan menuju ke kantin. Setelah memesan, makanan tiba dengan cepat.
"Ah, enak sekali makanannya, aku sudah lapar sejak tadi." Aera menyantap makanannya sambil menyuapi Bintang juga.
"Apa rencanamu hari ini?" tanya Bintang.
"Tidak ada, aku ingin berkencan dengan Mas."
"Hmm, hari ini aku harus mengajar les di rumah," kata Bintang.
"Siapa? Kenapa dia harus datang ke rumah, Mas? Biasanya Mas mengajar di sekolah. Apa dia perempuan?" tanya Aera, tampak khawatir.
"Itu karena dia anak dari teman papaku, jadi mau tidak mau aku harus setuju. Kamu sendiri bagaimana? Sudah belajar untuk skripsi?" balas Bintang, menatap Aera.
"Untuk apa belajar? Lagi pula aku tidak ingin bekerja, biar suamiku saja yang memberiku nafkah." Aera menatap Bintang.
Di usianya saat ini Aera memang sudah siap untuk menikah. Tapi Bintang? Entah mengapa sampai saat ini belum memberikan pertanda akan melamar Aera. Sebagai seorang wanita, Aera juga tidak mau meminta di nikahi lebih dulu.
"Mas, apa kau pernah tidur dengan perempuan?" tanya Aera secara tiba-tiba.
"Uhuk..." Bintang tersedak makanannya.
"Mas, kamu enggak apa-apa?" Aera segera memberikannya minum, Bintang terkejut dengan pertanyaan Aera.
"Kenapa kamu bertanya seperti itu, aku kan jadi malu," wajah Bintang memerah.
"Pernah?" tanya Aera, semakin penasaran.
"Tidaklah, kan kamu pacar pertama Mas. Memangnya semua orang yang berpacaran harus tidur bersama? Haruskah kita melakukannya juga?" tanya Bintang, menggoda Aera.
"Menurut Mas bagaimana? Orang-orang bahkan bertanya, apakah pacarku normal?" tanya Aera sedikit kesal.
"Ya, tentu saja Mas normal. Tapi, Mas tidak mau membuatmu merasa tidak nyaman jika terburu-buru," ungkap Bintang dengan jujur.
"Ya! Apanya yang terburu-buru?" tanya Aera sedikit tegas, "kita sudah hampir tiga tahun bersama, tapi Mas tidak pernah membicarakan soal masa depan hubungan kita!" Aera menghela nafas panjang, sambil memasukkan makanan ke dalam mulutnya.
"Aera, apa kamu berpikir Mas tidak serius denganmu selama ini?" tanya Bintang.
"Lebih tepatnya, aku merasa seperti simpanan." Aera tampak kesal.
Bintang memang sudah bertahun-tahun hidup sendiri, dan sekarang berpacaran dengan gadis polos seperti Aera. Dia masih ragu untuk mengenalkan Aera pada keluarganya, ia juga takut akan mengganggu kuliah dan mimpi-mimpi Aera selama ini.
"Aera!" panggil seseorang sambil melambai ke arah mereka berdua.
"Oh, hai, Ky! Lo balik kapan?" Aera balik menyapanya, pria itu datang menghampiri mereka dan bergabung di meja yang sama.
"Wah, Lo makin cantik ya sekarang. Apa kabar?" tanya Rocky, mengulurkan tangan.
"Bisa aja Lo, kabar gue baik kok." Aera meraih tangan Rocky.
"Ehem!" Bintang berdehem cukup keras, karena Rocky tidak segera melepaskan tangannya dari kekasihnya.
"Siapa?" tanya Rocky, menatap Bintang.
/0/20480/coverorgin.jpg?v=7c7b8129708782ea9a0782b7c54d26a7&imageMogr2/format/webp)
/0/2271/coverorgin.jpg?v=cee7b8f96f143390feaac003409d6d7f&imageMogr2/format/webp)
/0/13618/coverorgin.jpg?v=aab15d9bad99d5a408270c875b6054a0&imageMogr2/format/webp)
/0/15325/coverorgin.jpg?v=bc443b2fe4f706c1171c34a92edb313f&imageMogr2/format/webp)
/0/7843/coverorgin.jpg?v=fd5abd8393c59ee69f53adb1cf5258c0&imageMogr2/format/webp)
/0/2382/coverorgin.jpg?v=2f9a7be516cc5df3fabcdc4e5d695133&imageMogr2/format/webp)
/0/12634/coverorgin.jpg?v=5cc210e46ea5ee389a0a2e1911a32a2e&imageMogr2/format/webp)
/0/26396/coverorgin.jpg?v=948f50f3180d2a821bc99b2cbb166d2b&imageMogr2/format/webp)
/0/10800/coverorgin.jpg?v=46102e57a65da64192570e5e5b5a8f1b&imageMogr2/format/webp)
/0/16737/coverorgin.jpg?v=9e81b26d3b8d0e34fef68d540fe003ec&imageMogr2/format/webp)
/0/3927/coverorgin.jpg?v=20250122110450&imageMogr2/format/webp)
/0/8523/coverorgin.jpg?v=20250122182438&imageMogr2/format/webp)
/0/2562/coverorgin.jpg?v=1c0bc876cf31e2917d8e16ad7eb33bc5&imageMogr2/format/webp)
/0/16954/coverorgin.jpg?v=20240311102209&imageMogr2/format/webp)
/0/6227/coverorgin.jpg?v=6257df0cd226ea93f64be54d97ea15cf&imageMogr2/format/webp)
/0/5137/coverorgin.jpg?v=20250121173724&imageMogr2/format/webp)
/0/8074/coverorgin.jpg?v=9ed9f0f8922d4de2e0e7ac5d9024b6ab&imageMogr2/format/webp)
/0/30853/coverorgin.jpg?v=1697a496a6e366aab24625a7078a696d&imageMogr2/format/webp)