/0/23599/coverorgin.jpg?v=ed918f85207337f1a3fe2e5fd61a4091&imageMogr2/format/webp)
"Leen, sorry ya ... Aku tadi kena macet, karena ada kecelakaan di jalan," ucap Mey pada Aleena, teman baiknya. Saat ini mereka sedang janjian bertemu di sebuah Mall yang ada di pusat kota.
"Gapapa kali, Mey. Gue juga baru nyampai kok," balas Aleena, kemudian mereka berjalan sambil mengobrol. "By the way, lo jadi ngelamar kerja di kantor gue?" sambungnya.
Mey menggeleng. "Aku udah diterima di TK Nusa Bangsa, TK terbaik di kota ini."
"Astaga, Mey! Kenapa ga jadi ngelamar di kantor gue sih?" sungut Aleena.
"Sorry, Leen. Kamu 'kan tau sendiri, aku pengen banget jadi guru TK." Mey memperlihatkan wajah memelasnya, agar teman baiknya ini tidak marah lantaran kecewa.
Aleena menghentikan langkahnya, otomatis Mey ikut berhenti. Aleena menghela napas dan menatap Mey. "Ya udah deh. Mau gimana lagi? Lo juga udah keterima jadi guru," ucapnya sambil mengedikkan bahu. "Selama lo nyaman dan bahagia di tempat lo sekarang," lanjutnya sambil tersenyum. "Tapi, kalau lo udah ga nyaman di tempat kerja lo, lo harus langsung hubungin gue, ya! Ntar biar gue minta ke bos gue buat merekomendasikan lo, ok!" Alesna merangkul Mey dan Mey mengangguk, menyetujuinya.
Mereka melanjutkan langkahnya untuk jalan-jalan dan berbelanja sejenak.
Tentang Mey yang memiliki nama lengkap Amanda Mey Diana, dia seorang gadis yang berasal dari desa. Namun, meski lahir dan besar di desa, Mey memiliki otak yang cukup pintar hingga dia mendapat kesempatan beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi di kota metropolitan ini.
Mey sudah menjadi yatim piatu sejak usianya dua belas tahun. Ibunya lebih dulu meninggal di usia Mey masih dua tahun. Sang ibu meninggal dunia akibat penyakit paru-paru yang dideritanya, sedangkan ayahnya meninggal saat usia Mey dua belas tahun akibat terkena serangan jantung.
Sejak itu, Mey hanya tinggal bersama sang nenek. Neneknya harus bekerja keras untuk menghidupi Mey dan membiayai sekolah gadis itu. Mey tidak pernah sedikit pun kehilangan kasih sayang dan perhatian dari neneknya.
Sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama, Mey sudah pintar mencari uang untuk membantu sang nenek. Gadis cantik itu bekerja serabutan, apa pun akan dia kerjakan selama pekerjaan itu halal. Setiap mendapat upah, Mey selalu berikan kepada neneknya. Dia juga bisa membiayai sekolahnya sendiri hingga akhirnya dia bisa lulus SMA.
Pihak sekolah memberikan bantuan beasiswa bagi murid-murid yang berprestasi dan Mey salah satunya. Awalnya, Gadis cantik itu merasa ragu. Jika dia menerima beasiswa itu, dia harus pergi ke kota dan meninggalkan neneknya sendirian di rumah untuk melanjutkan pendidikannya di sana.
Akan tetapi, sang nenek terus meyakinkan dan memberi semangat agar Mey pergi untuk menyelesaikan pendidikannya, karena itu juga demi kebaikan hidupnya nanti. Nenek selalu mendoakan Mey agar kelak kehidupan gadis cantik kesayangannya itu bisa berubah menjadi jauh lebih baik.
Akhirnya, Mey pun pergi ke kota metropolitan dan tinggal di indekos yang letaknya tidak jauh dari kampusnya. Selama empat tahun lamanya, Mey tinggal di kota metropolitan dan mampu menyelesaikan pendidikannya hingga mendapat gelar sarjana S1. Mey begitu bahagia, karena dia masuk dalam deretan mahasiswa dengan nilai terbaik, bahkan Mey sudah langsung mendapat tawaran kerja di sebuah perusahaan ternama di kota tersebut.
Mey pulang ke desa untuk memberi kabar bahagia ini kepada sang nenek, bahkan gadis itu berencana akan mengajak neneknya tinggal di kota bersamanya nanti. Namun, kesempatan itu menguap begitu saja, karena saat Mey kembali ke desa, ternyata neneknya sedang sakit parah hingga akhirnya meninggal dunia.
Mey begitu terpukul dan sangat kehilangan sosok orang tua satu-satunya yang selama ini menyayanginya setulus hati. Tidak ingin larut dalam kesedihan, Mey pun memutuskan kembali merantau ke kota metropolitan untuk mencari pekerjaan di sana, dan di sinilah sekarang ini dia berada.
"Ayo kita ke sana! Gue pengen beliin lo baju, abis itu, gue traktir lo makan, ok!" ajak Lina, teman baik Mey.
/0/14181/coverorgin.jpg?v=20251110165301&imageMogr2/format/webp)
/0/6451/coverorgin.jpg?v=4c0de242ad63e4f4adc8e2d8bfab62d9&imageMogr2/format/webp)
/0/6707/coverorgin.jpg?v=20250122151504&imageMogr2/format/webp)
/0/19539/coverorgin.jpg?v=8129e08c5be673a953fc32d0071ef17d&imageMogr2/format/webp)
/0/5264/coverorgin.jpg?v=20250121173816&imageMogr2/format/webp)
/0/3138/coverorgin.jpg?v=20250122112627&imageMogr2/format/webp)
/0/22169/coverorgin.jpg?v=20250328181454&imageMogr2/format/webp)
/0/23719/coverorgin.jpg?v=20250526182731&imageMogr2/format/webp)
/0/16631/coverorgin.jpg?v=4118de32494a844bd89b800d666018cc&imageMogr2/format/webp)
/0/8502/coverorgin.jpg?v=20251110165301&imageMogr2/format/webp)
/0/4700/coverorgin.jpg?v=20250121182607&imageMogr2/format/webp)
/0/17268/coverorgin.jpg?v=20240514184634&imageMogr2/format/webp)
/0/19192/coverorgin.jpg?v=20241018092707&imageMogr2/format/webp)
/0/5489/coverorgin.jpg?v=eba8f6a47395b98812effb7679eb4c78&imageMogr2/format/webp)
/0/6207/coverorgin.jpg?v=20250122151129&imageMogr2/format/webp)
/0/18257/coverorgin.jpg?v=20250527183850&imageMogr2/format/webp)
/0/26436/coverorgin.jpg?v=20250812190959&imageMogr2/format/webp)
/0/18188/coverorgin.jpg?v=20240826144606&imageMogr2/format/webp)