Patah Hati Terhebat

Patah Hati Terhebat

Ivanka Rie

5.0
Komentar
227
Penayangan
10
Bab

Kisah persahabatan empat orang gadis yang di nodai oleh sebuah kecelakaan mobil, dimana mereka tadinya bersama-sama. Hubungan yang tadinya hangat dan harmonis, berubah menjadi dingin sekaligus menakutkan, terutama ketika salah satunya mengalami koma, lalu salah seorang diantara mereka, meninggal secara misterius.

Bab 1 Prolog

Keempat gadis itu, bersorak dan bernyanyi gembira di dalam sebuah mobil Brio berwarna hitam.

Suara mereka bergantian mengikuti alunan lagu.

"Yeahhh...Yeahhh! Everywhere i go bring the beatbox..." Joey seorang gadis tomboy berwajah manis, mengikuti beat lagu yang menghentak dengan riang.

Di sebelahnya, duduk kembarannya Jessie, seorang gadis feminim berambut panjang lurus sepunggung berwarna hitam. Joey dan Jessie hanya beda sepuluh menit saat lahir, Jessie lahir lebih dulu. Walau keduanya kembar identik, tapi Joey bersikeras ingin berbeda dari kembarannya yang feminim dan modis.

Joey memotong pendek rambutnya dengan gaya Bob bervolume dan mewarnainya menjadi merah marooon. Setidaknya, sekarang tak ada lagi yang kesulitan membedakan dia dan kembarannya.

"Ayo, nyanyi lebih kencaaangg!" Joey berteriak ke bangku belakang dimana adik bungsunya, Fayra yang masih kelas dua SMA duduk sambil senyum-senyum sendiri.

"Dione, Jangan cemberut terus! Ayo, lupakan mantanmu dan bergembiralah!" Jessie ikutan menoleh ke belakang.

Mereka bertiga satu kelas di Universitas yang sama. Mereka bertiga baru saja menyelesaikan Ujian Akhir Semester genap di tahun pertama.

"Hati-hati nyetirnya Kak Joey! Serem ihkk, kenceng-kenceng gini kendaraannya!" Fayra menoleh ke belakang, mengamati lalu lintas siang itu.

"Nggak usah bawel deh, dek! Kakak kan udah terbiasa. Sudah profesional, loh. Kalem saja, okey?" Joey yakin dengan kemampuannya.

Freya diam. Dia tidak ingin membuat kakaknya yang satu itu marah. Joey mengerikan kalau sedang kesal dan marah. Sebagai anak bungsu, Freya tak ingin jadi sasaran amukan kakaknya.

"Jangan khawatir, Freya. Joey pintar mengemudi, sepintar dia mendapatkan pacar." Jessie menoleh dan tersenyum pada Freya.

"Yang benar itu, Joey keseringan berganti-ganti pacar seperti dia mengganti celana dalam." Dione tertawa geli.

"Memang sudah seharusnya begitu! Pria-pria itu jadi menyebalkan setelah status mereka berubah menjadi Pacar." Jawab Joey yang sedang asyik memutar kemudi dan fokus pada jalanan yang berkelok.

"Itu karena kau cepat bosan. Kau juga dengan mudah menemukan pria tampan yang lainnya." Jessie menimpali.

Freya hanya senyum-senyum saja mendengar percakapan itu. Dia adalah Jessie versi kecil yang lebih pendiam dan lugu. Sikapnya juga tenang.

"Aku tidak bisa terus-terusan seperti kau dan Adit. Kayak pasangan di panti jompo saja, nggak ganti-ganti. Membosankan!" Joey tertawa.

"Adit nggak membosankan kok!" Jessie mendelik. Dia tidak senang kembarannya menganggap pacarnya begitu.

"Ahhh, sudahlah!" Joey tidak mau berdebat dengan kembarannya itu.

"Dan kau Dione, sampai kapan kau mau mengoleksi pria-pria yang pernah jadi pacarku?" Joey seperti meledek kepada Dione.

Saat ini, Dione sedang berpacaran dengan pria berwajah manis bernama Hendri.

"Mantan pacarmu itu banyak, Joey! Mana aku tahu siapa saja mantan pacarmu, karena itu terlalu banyak!" Dione yang imut, tersenyum karena pertanyaan itu.

"Owhh shit! Jangan mengejekku!" Joey mendelik kesal.

Dione menoleh kepada Freya, dia masih mengulum permen lolipopnya. Memandang keluar jendela dengan rasa bosan.

"Freya, apa kau punya pacar?" Tanya Dione tiba-tiba.

"Pa...pacar?" Freya terkejut.

"Iya, Pacar! Kau kan sudah kelas dua SMA. Masa sih, tidak punya pacar!" Dione kembali bertanya.

Wajah gadis lugu itu memerah. Dia menggeleng.

"Jangan tanya dia! Bayi kecil mana mengerti pacaran kayak gimana." Joey kembali tertawa sambil memindahkan lagi saluran musik.

Musik dan lagu berganti..kini, suara merdu Billie Eilish menggema di dalam mobil. Joey dan Dione yang memang energik dan atraktif, mengikuti lirik lagunya, terutama pada bagian Reff.

"And i don't talk shit about you on the internet, never told anyone anything bad..." Suara Joey yang serak menyanyi dengan penuh emosi.

"Always said that you missunderstood, Made all a moment your own...just fucking leave me aloonneee! Yeaahhhh!" Dione mengikuti alunan lagunya.

Keduanya tertawa lagi. Kali ini Joey menghentak-hentakkan kaki. Freya menutup kupingnya karena berisik. Gadis itu tidak suka dengan lagu-lagu begitu.

"Berikan aku lagu Ballad saja!" Tiba-tiba Freya mencondongkan badan hendak memindahkan saluran.

"No! Itu bisa membuatku mengantuk!" Seru Joey.

"Ayolah! Satu lagi saja! Dari tadi kan aku mendengar lagu-lagu berisik kalian!" Kali ini Freya protes.

"Satu lagu saja, Joey! Kasih saja! Kau ini egois sekali!" Jessie mengingatkan.

"Pokoknya tidak mau! Kecuali dia yang menyetir!" Joey bersikeras sambil menepuk kencang tangan Freya yang meraih tombol.

"Awhhhh!" Freya mengaduh.

"Sudah kubilang! Tidak! Apa kau tuli?" Joey membentak.

Freya memucat karena dibentak Kakaknya. Jessie memandang kembarannya dengan tajam.

"What? Wae?" Joey malah balik melotot dengan wajah tanpa dosa.

"Kau keterlaluan sekali, Joey!" Ujar Jessie jengkel.

"Salahkan Si Bayi! Sudah kubilang jangan. Aku tidak ingin mengantuk!" Joey tetap pada pendiriannya.

Dione menoleh kepada Freya yang hampir saja menangis. Gadis itu malu sekaligus marah di bentak seperti itu.

"Sudahlah! Kita kan pergi berempat mau bersenang-senang. Bukannya bertengkar. Fay, maafkan kakakmu itu. Mengertilah! Jika dia sampai mengantuk, itu akan sangat berbahaya." Dione menjelaskan.

Freya menatap Dione, wajahnya masih kelihatan pucat. Dia mengangguk lemah, lalu menyandarkan tubuhnya lebih rendah lagi.

Sekarang semuanya jadi diam. Kegembiraan yang sebelumnya terdengar, kini lenyap. Tiba-tiba saja semua menjadi muram.

"Hey, kalian ini kenapa sih? Kok jadi menyalahkan aku?" Joey terdengar kesal.

"Aku tidak menyalahkanmu! Aku hanya bilang kau terlalu egois! Padahal satu lagi saja untuk menghiburnya, apa salahnya coba?" Jessie menjawab.

"Kau terlalu memanjakan Si Bayi itu!" Joey terdengar ketus.

Memang, keduanya berbeda sekali memperlakukan Freya, adik bungsu.

Jessie lebih seperti Ibu kepada Freya, sedangkan Joey seorang kakak perempuan yang menyebalkan karena adiknya lebih cantik.

"Diamlah! Perhatikan jalanmu!" Dione menunjuk ke depan.

Jalanan masih berkelok-kelok melewati hutan Pinus. Tak jarang mereka juga melewati jurang.

"Kau juga tidak usah ikut-ikutan Dione!" Joey mengingatkan temannya.

"Tidak! Mana aku berani." Jawab Dione.

Di depan mereka sebuah truk besar mengangkut kayu gelondongan, menghalangi perjalanan.

"Sialan! Bisa-bisa kayak keong gembrot kalau terus berada di belakangnya. Aku harus menyalipnya." Kata Joey tambah kesal.

"Hati-hati, Joey! Tahan emosimu. Jangan buru-buru!" Dione mengingatkan.

"Ahhh, Diam! Aku tahu apa yang kulakukan!" Joey menghardik.

Berkali-kali Joey memberi tanda kepada pengemudi truk agar membiarkannya lewat duluan. Tapi, entah mengapa, sepertinya truk itu tidak memahami isyarat yang di berikan oleh Joey.

"Menyebalkan!" Joey mengambil ancang-ancang untuk menyalip.

"Joey, Ayolah! Jangan gegabah!" Dione agak ketakutan.

Jessie mematung di tempat duduknya. Mengencangkan seatbelt dan bersandar dengan hati berdebar. Freya diam-diam menangis ketakutan.

Saat truk itu terlihat memberi jalan. Secepat kilat, Joey memindahkan gigi dan melaju kencang. Tapi, Joey tidak menyadari bahwa dari arah yang berlawanan, muncul sebuah sebuah mobil yang juga melaju kencang. Joey membanting setir menghindari dan menabrak truk.

Crashhhh! Suara mobil bertabrakan. Kacanya berhamburan remuk! di iringi teriakan pilu dan jeritan penumpangnya.

"Tidaakkkkk!" Suara Freya melengking mengerikan.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Calli Laplume
4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Membalas Penkhianatan Istriku

Membalas Penkhianatan Istriku

Juliana
5.0

"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.

Gairah Liar Ayah Mertua

Gairah Liar Ayah Mertua

Gemoy
5.0

Aku melihat di selangkangan ayah mertuaku ada yang mulai bergerak dan mengeras. Ayahku sedang mengenakan sarung saat itu. Maka sangat mudah sekali untuk terlihat jelas. Sepertinya ayahku sedang ngaceng. Entah kenapa tiba-tiba aku jadi deg-degan. Aku juga bingung apa yang harus aku lakukan. Untuk menenangkan perasaanku, maka aku mengambil air yang ada di meja. Kulihat ayah tiba-tiba langsung menaruh piringnya. Dia sadar kalo aku tahu apa yang terjadi di selangkangannya. Secara mengejutkan, sesuatu yang tak pernah aku bayangkan terjadi. Ayah langsung bangkit dan memilih duduk di pinggiran kasur. Tangannya juga tiba-tiba meraih tanganku dan membawa ke selangkangannya. Aku benar-benar tidak percaya ayah senekat dan seberani ini. Dia memberi isyarat padaku untuk menggenggam sesuatu yang ada di selangkangannya. Mungkin karena kaget atau aku juga menyimpan hasrat seksual pada ayah, tidak ada penolakan dariku terhadap kelakuan ayahku itu. Aku hanya diam saja sambil menuruti kemauan ayah. Kini aku bisa merasakan bagaimana sesungguhnya ukuran tongkol ayah. Ternyata ukurannya memang seperti yang aku bayangkan. Jauh berbeda dengan milik suamiku. tongkol ayah benar-benar berukuran besar. Baru kali ini aku memegang tongkol sebesar itu. Mungkin ukurannya seperti orang-orang bule. Mungkin karena tak ada penolakan dariku, ayah semakin memberanikan diri. Ia menyingkap sarungnya dan menyuruhku masuk ke dalam sarung itu. Astaga. Ayah semakin berani saja. Kini aku menyentuh langsung tongkol yang sering ada di fantasiku itu. Ukurannya benar-benar membuatku makin bergairah. Aku hanya melihat ke arah ayah dengan pandangan bertanya-tanya: kenapa ayah melakukan ini padaku?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku