/0/24879/coverorgin.jpg?v=0d67d7338b7cc49c969c5ad1a9444060&imageMogr2/format/webp)
Dan keajaiban itu datang ... Ia serupa kehangatan dalam bongkahan es.
Mencairkan kristal beku yang sempat membatu
Lalu bunga api memercik. Membakar tepian tepian kering yang meranggas
=*=
Seharusnya Stephen tidak dibiarkan menyetir mobil malam ini. Entah berapa banyak minuman beralkohol yang sudah masuk ke dalam perutnya. Dari tempat duduknya di belakang Stephen, Gio bisa merasakan napas Stephen yang beraroma minuman keras. Belum lagi jika dia bersendawa, pengharum mobil pun tak sanggup menyerap aroma busuk yang mengalir dari perutnya. Mobil berjalan semakin oleng. Gio berpegangan erat pada pintu mobil dengan mata terpejam. Dia tidak mau jika harus mengeluarkan isi perutnya di dalam mobil Stephen.
"Stop! Stop di depan!"
Stephen menghentikan mobil tiba-tiba. Pintu penumpang di samping Stephen membuka dan langsung saja Argus memuntahkan isi perutnya ke trotoar.
"Untung lu nggak jackpot di mobil gua. Kalo sampai kejadian bakal gua suruh lu nyuci mobil malam ini juga," kata Stephen sambil cekikikan.
Alkohol masih sangat mempengaruhinya. Dengan sempoyongan dia keluar dari mobil dan kencing di tengah jalan. Angin dingin menerpa kemaluannya dan seketika Stephen merasakan hasrat menjalari urat-urat di sekitar kemaluannya.
Dia menyapukan pandang ke kanan-kiri jalan. Suara-suara halus berbisik di telinganya. Membuat pandangannya terbalik dan sebuah kekuatan napsu menguasai Stephen dengan cepat.Menghilangkan kewarasannya. Menggelapkan pandangannya dan menyembulkan sebuah rasa yang ingin disalurkan dan dipenuhi.
Stephen menggerakan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Senyum miring tersungging dari bibirnya. Dia masuk ke dalam mobil dan menyulut rokoknya.
"Nunggu apaan, sih, Stev? Udah ayo jalan. Gua udah pengen rebah."
"Argus bener. Kepala gua udah puyeng banget, nih. Kalo kelamaan ntar gua bisa jackpot juga kayak Argus."
"Ah, tutup mulut lu pada. Sebentar lagi lu bakal berterima kasih ma gua. Sebentar lagi gua bakal ngasih sesuatu yang bisa ngilangin puyeng lu."
"Ngomong apa, sih, Stev? Udah ayo jalan!" Argus berusaha menepuk pundak Stephen, tapi pandangannya masih mengabur. Tepukannya meleset dan dia menepuk dashboard sebagai gantinya. Argus mengerang lalu membalikkan badan dan meringkuk menghadap pintu.
Stephen mengisap rokoknya sambil berusaha memandangi satu titik yang membuat sesak isi celananya. Dia sudah mematikan lampu dan mesin mobil sedari tadi. Dia membiarkan mobil berkamuflase dalam gelap. Hanya tinggal titik merah dari bara rokoknyalah yang menandakan ada kehidupan di sekitar mobil yang diam.
Asap rokok mengabur cepat ditelan udara malam. Stephen mematikan rokoknya dan duduk diam dalam kegelapan. Kedua temannya masih mengerang-erang halus. Stephen menyuruh mereka diam barang sejenak. Setelah tak ada lagi suara yang mengganggu, dia kembali fokus dan menunggu.
Di sebelahnya, Argus bergerak-gerak gelisah. Dia memandang pada Stephen yang memandang lurus ke depan. Rasa penasaran membuat Argus mengikuti arah pandang Stephen, seketika tenggorokannya tercekik dan dia memandang Stephen minta penjelasan. Stephen hanya menjawab dengan meletakkan telunjuk di bibirnya. Argus paham. Ini bukan pertama kali Stephen berulah. Mereka pernah melakukan ini sebelumnya dan dia tahu Stephen benar, tak lama lagi pening di kepala mereka akan hilang.
=*=
Mobil itu terlihat menepi. Lampunya menyala sebentar lalu mati. Val mendengar bunyi muntahan dikeluarkan paksa. Dari tempatnya berjalan, suara itu seharusnya tidak terdengar. Namun sepi yang menyerap semua bunyi di udara membuat bunyi menjijikkan itu tertangkap telinga Val dan dia ikut mual dibuatnya. Kendati jarak mereka cukup jauh, Val secara reflek menutup hidung dan mulutnya dengan sebelah tangan. Seolah aroma tak sedap bisa tercium olehnya.
Langkah Val hampir mendekati tempat mobil itu diparkir. Dia bisa menangkap titik merah terlihat sekilas dari balik kaca mobil yang gelap. Meski seperti tak ada kehidupan di sekitar mobil itu (mungkin orang-orangnya pingsan karena mabuk), Val yakin, seseorang sedang merokok dan seperti menunggu sesuatu karena mobil itu tak juga bergerak meski seseorang yang muntah-muntah telah lama masuk ke dalam mobil.
/0/4602/coverorgin.jpg?v=7d2f46484faeb17cd3cdfe4e7af8d506&imageMogr2/format/webp)
/0/19788/coverorgin.jpg?v=20250122095254&imageMogr2/format/webp)
/0/3101/coverorgin.jpg?v=5562a8fb315597470cffcd4928583bb3&imageMogr2/format/webp)
/0/4304/coverorgin.jpg?v=20250121182452&imageMogr2/format/webp)
/0/15223/coverorgin.jpg?v=c41d8361bec4f13595ba87ce631bca7a&imageMogr2/format/webp)
/0/14599/coverorgin.jpg?v=20250123120149&imageMogr2/format/webp)
/0/3164/coverorgin.jpg?v=37411865fdde4eb01ca2739dad6ddb01&imageMogr2/format/webp)
/0/5566/coverorgin.jpg?v=eda28ddf2e54c902b5f48eb306270d51&imageMogr2/format/webp)
/0/6826/coverorgin.jpg?v=4ce79a0298017204174ec02704e3f198&imageMogr2/format/webp)
/0/2985/coverorgin.jpg?v=dfaebb2c9e2a6cf068965cc64521f787&imageMogr2/format/webp)
/0/2765/coverorgin.jpg?v=20250120160038&imageMogr2/format/webp)
/0/5332/coverorgin.jpg?v=af9356c8a7be30b3b214b392913c743b&imageMogr2/format/webp)
/0/18764/coverorgin.jpg?v=20250113180411&imageMogr2/format/webp)
/0/3711/coverorgin.jpg?v=20250122110136&imageMogr2/format/webp)
/0/4508/coverorgin.jpg?v=3f1d61d85694c58aa544c0c81f79d567&imageMogr2/format/webp)
/0/4094/coverorgin.jpg?v=fdd247ab793375dbb7aef70f0a98278f&imageMogr2/format/webp)
/0/10495/coverorgin.jpg?v=20250122182731&imageMogr2/format/webp)
/0/2354/coverorgin.jpg?v=68083db55120801dd4a1daf89d10da2c&imageMogr2/format/webp)