Matahari sore menyorot tajam melalui jendela kaca kolam renang sekolah, memantulkan kilauan air yang bergoyang perlahan. Pak Radit berdiri di pinggir kolam, peluit menggantung di lehernya yang berkeringat. Latihan ekstrakurikuler renang sudah usai, dan sebagian besar siswa telah berhamburan ke kamar mandi atau langsung pulang.
Tapi tidak dengan Kania.
Gadis kelas XII itu masih berada di dalam air, tubuhnya yang ramping meliuk seperti ikan kecil di bawah permukaan. Rambut hitamnya yang panjang mengambang di sekitar bahunya, dan bikini merah yang dipakainya, terlalu minim untuk ukuran seragam renang sekolah, hanya menutupi bagian-bagian yang paling vital.
"Kania, latihan sudah selesai," panggil Pak Radit, mencoba menjaga nada suaranya tetap profesional.
Dia melihat Kania melambai, lalu berenang ke tepi kolam. Saat gadis itu naik, air mengalir di lekuk tubuhnya, membasahi kulit putihnya yang berkilau. Pak Radit dengan cepat mengalihkan pandangan ke clipboard di tangannya.
Ini hanya pekerjaan, ingatnya pada dirinya sendiri. Dia hanya seorang siswi.
Tapi tubuhnya tidak mendengarkan.
30 menit kemudian.
Pak Radit sedang mencatat kehadiran di ruang guru kecil dekat kolam ketika suara pintu kamar mandi siswa terdengar berderit. Dia mengangkat kepala—tidak seharusnya ada siswa yang masih di sana.
Dia berjalan mendekat, berencana hanya memeriksa sekilas.
"Apa ada yang masih di sini?" panggilnya sambil mengetuk pintu.
Tidak ada jawaban.
Dengan hati-hati, Pak Radit mendorong pintu yang ternyata tidak terkunci. Ruang ganti kosong... kecuali untuk satu sosok di sudut.
Kania.
Gadis itu berdiri di depan cermin besar, hanya mengenakan bikini merahnya, handuk kecil terjatuh di lantai basah di kakinya. Dia seolah sedang mengamati sesuatu di cermin atau mungkin menunggu sesuatu.
Tidak. Tidak mungkin.
Pak Radit membeku.
Kania tidak terkejut. Tidak berusaha menutupi diri. Dia malah berpaling perlahan, mata gelapnya menatap langsung ke arahnya.
"Maaf, Pak," ucap Kania, suaranya seperti madu yang dituang perlahan. "Handukku jatuh."
Tapi dia tidak berusaha mengambilnya.
Dari jarak tiga meter, Pak Radit bisa melihat setiap detail tubuh Kania. Payudara kecil tapi berbentuk sempurna, tertekan oleh bikini yang nyaris tidak cukup menutupi putingnya. Perut rata dengan otot halus bekas latihan. Lekuk pinggul yang mengarah ke paha mulus, di mana tali bikini bawahnya hanya berupa senar tipis.
Dan yang paling berbahaya—senyum kecil di bibir Kania, seolah tahu persis apa yang sedang terjadi di celana training Pak Radit.
Darah mengalir deras ke selangkangan Pak Radit. Dia merasakan bagaimana celananya tiba-tiba menjadi ketat, bagaimana tubuhnya bereaksi terlalu jujur terhadap pemandangan ini.
Sial.
Dia harus pergi. Sekarang.
"Pak Radit?" Kania memanggil saat dia berbalik. "Apa Bapak tidak mau membantu aku mengambil handuk?"
Suara itu—naik turun dengan sengaja, seperti permainan.
Dengan napas berat, Pak Radit membungkuk, mengambil handuk, dan melemparkannya ke arah Kania tanpa menatapnya lagi.
"Pakai seragammu dan pulang," katanya, suaranya lebih kasar dari yang dia rencanakan.
Dia tidak menunggu jawaban.
Di mobilnya sepuluh menit kemudian, Pak Radit masih mencoba menenangkan nafas. Dia menyalakan AC dengan maksimal, berharap udara dingin bisa meredakan panas di tubuhnya.
Ponselnya bergetar.
Sebuah pesan dari nomor tak dikenal:
"Maaf tadi membuat Bapak tidak nyaman :)"
Jantungnya berdegup kencang.
Lalu pesan kedua datang—sebuah foto.
Hanya sepintas, tapi cukup untuk membuatnya tercekik:
Kania di kamar mandi sekolah, bibirnya menggemes, jari-jarinya menarik tali bikini merah itu ke samping, hanya cukup untuk memberi petunjuk, tidak cukup untuk memperlihatkan.
Pesan ketiga:
/0/24416/coverorgin.jpg?v=3f42961cc95c0f05100f937190aa6aeb&imageMogr2/format/webp)
/0/14428/coverorgin.jpg?v=e673db163036ee391c656ce0b40786ba&imageMogr2/format/webp)
/0/8536/coverorgin.jpg?v=92c4ec56ea963e8582e65efa39e8f979&imageMogr2/format/webp)
/0/6688/coverorgin.jpg?v=2b549a2a6472ff248b6848f3fc2699be&imageMogr2/format/webp)
/0/6539/coverorgin.jpg?v=b442eb536248e6caa6553a30e37250fd&imageMogr2/format/webp)
/0/5325/coverorgin.jpg?v=a9836def2a9e7aa6ec6273032028da59&imageMogr2/format/webp)
/0/15068/coverorgin.jpg?v=fbd51862a8cec951ec91fa8185276564&imageMogr2/format/webp)
/0/4140/coverorgin.jpg?v=96bc234aca65def409292e6bc0e5257a&imageMogr2/format/webp)