/0/22562/coverorgin.jpg?v=79ad4da2ee8b4c1948bdf5f78f4c2217&imageMogr2/format/webp)
"Kejar dia! Jangan sampai lolos. Aku tidak mau dia hidup dengan tenang di sana atas apa yang telah dia perbuat," ujar seorang pria yang sedang menelepon suruhannya. Dia terlihat begitu marah, matanya nyalang memandang ke arah luar ruangan.
"Harry, apa kau yakin akan kembali ke Korea?" tanya seseorang di belakangnya membuat pria itu menoleh ke arahnya.
"Aku sangat yakin. Aku ingin mencarinya dengan tanganku sendiri. Dia harus menebus dosa-dosanya, karena dia tidak akan berhenti kalau bukan aku sendiri yang menghentikannya." Aura dingin sangat terpancar pada sosok pria itu. Ambisinya untuk mencari seorang wanita psikopat begitu kuat. Dalang dari semua pembunuhan kekasih dan beberapa teman SMA-nya.
------
Hanya terdengar suara rintikan hujan di luar sana yang menemani di malam yang sunyi ini. Han Yura sedang duduk termenung sambil memikirkan perkataan orang tuanya. Mereka ingin dirinya segera menikah. Sampai-sampai mereka mempersiapkan kencan buta dengan beberapa pria untuk dirinya. Namun, semua itu sia-sia. Di antara dari semua pria itu tidak ada yang bisa memikat hati Yura.
"Haaahhh ... benar-benar, ya. Dunia ini sungguh nggak adil. Kenapa semua orang malah menanyakan tentang pernikahan kepadaku? Gimana mungkin aku memikirkannya? Pacar aja aku belum punya," gerutu Yura di dalam kamarnya sambil berguling-guling tak tentu arah di atas king size-nya.
"Yaakk. Kenapa juga diumurku yang ke 26 tahun ini masih aja single?" Yura mengacak rambutnya frustasi.
"Apa aku nggak cantik dimata para pria? Tapi, ahh, nggak mungkin kalau aku memang nggak cantik. Mengapa mereka mendekati aku di kantor? Kalau dilihat-lihat, mereka lumayan juga sih, bisa di bilang banyak yang tampan. Entahlah, mereka nggak ada yang istimewa di mataku. Apa jangan-jangan aku nggak tertarik sama pria? Astagaaaa ... ini sungguh membuat kepalaku pusing."
Berbagai pikiran melayang-layang di kepalanya. Karena sampai sekarang, dia tidak pernah merasakan bagaimana rasanya pacaran itu. Sudah jam dua belas malam, Yura masih betah untuk terjaga seolah-olah matanya enggan untuk menutup. Sampai jam satu dini hari, matanya sudah mulai lelah. Akhirnya Yura memutuskan untuk istirahat.
Keesokan harinya, Yura berangkat ke perusahaan Rank Group tempat di mana dia bekerja. Dengan kondisi yang kurang baik dan mata yang sedikit sembab karena dia terjaga semalaman sehingga harus tidur telat.
"Hei, Kenapa dengan matamu Han Yura? Kau seperti panda aja dengan mata seperti itu. Apa jangan-jangan kamu habis putus sama pacarmu, ya?" ejek Naemi sahabat karib Yura.
"Ahh, ini nggak apa-apa, kok. Hanya saja, aku terjaga semalam karena nonton melodrama. Terus aku harus mengeluarkan air mataku yang berharga ini. Ya, beginilah hasilnya mataku sedikit sembab." Yura terus membantah Naemi.
"Ohh, gitu rupanya. Tapi tunggu dulu, sepertinya aku nggak yakin dengan jawabanmu. Nggak biasanya kamu nonton film sampai larut malam. Apalagi film sedih kayak gitu. Biasanya kamu lebih memilih istirahat karena besok kamu harus bekerja, ya, kan?"
Berbagai ocehan yang diberikan Naemi membuat Yura gugup seketika. Bagaimana mungkin Yura menceritakan masalahnya kepada Naemi. Pada akhirnya dia malah dapat ejekan dari sahabatnya itu. Mau ditaruh di mana mukanya jika hal tersebut terjadi?
Yura terlalu malu karena dia tidak berpengalaman sama sekali dengan seorang lelaki di umurnya yang sudah terbilang cukup untuk berpacaran bahkan menikah. Sehingga, mau tak mau Yura harus mengalihkan pembicaraan sebelum Naemi memberi pertanyaan yang aneh-aneh terhadap dirinya.
'Astagaaa ... nih anak, kenapa otaknya begitu encer sekali pagi ini? Bisa-bisanya dia membombardir pertanyaan yang membuatku mati kutu,' batin Yura sedikit jengkel.
/0/3008/coverorgin.jpg?v=8073dbe1c4a7074ffc09005198f18b7e&imageMogr2/format/webp)
/0/4063/coverorgin.jpg?v=2806fd819c7a62cdb2e4ec276495cbfa&imageMogr2/format/webp)
/0/12572/coverorgin.jpg?v=0933be5bd8d4a488dd6904d47c04d8f6&imageMogr2/format/webp)
/0/15281/coverorgin.jpg?v=7efa6e7794ccbd9220ed75c6ffb5e5a8&imageMogr2/format/webp)
/0/17507/coverorgin.jpg?v=65d19d6cc8fd19ff0990ac7a6a74b941&imageMogr2/format/webp)
/0/2944/coverorgin.jpg?v=f32ff99841eec6325b90b7435c5f720d&imageMogr2/format/webp)
/0/17779/coverorgin.jpg?v=2dcdda9f95755126a407d86459576f58&imageMogr2/format/webp)
/0/2685/coverorgin.jpg?v=d434194db1453de584d60662980a5398&imageMogr2/format/webp)
/0/2624/coverorgin.jpg?v=e6f881395758d217272b9b32d202169e&imageMogr2/format/webp)
/0/18757/coverorgin.jpg?v=45534e54ad36109b6f207435dbe4052f&imageMogr2/format/webp)
/0/2832/coverorgin.jpg?v=98e6c4c98c752164cf20c222a90d35ae&imageMogr2/format/webp)
/0/2596/coverorgin.jpg?v=2c7522c9f3ed3a9911a4df0ee2fccf0a&imageMogr2/format/webp)
/0/8908/coverorgin.jpg?v=800e60c90f2919a853d22d5ca40b66b0&imageMogr2/format/webp)
/0/2861/coverorgin.jpg?v=4cb1622da09fa516b5e1b4b7dfd2247e&imageMogr2/format/webp)
/0/17563/coverorgin.jpg?v=7266e4075eb37c48a5309bd3afef1cfe&imageMogr2/format/webp)
/0/24645/coverorgin.jpg?v=91b6eb3fa45ac33f191824f709ee3b72&imageMogr2/format/webp)
/0/2631/coverorgin.jpg?v=eaa6718167fd3ce990121f25fa01a958&imageMogr2/format/webp)
/0/5593/coverorgin.jpg?v=fe6e852727fb0cd06f392a8b50df6ff5&imageMogr2/format/webp)