Apakah kamu pikir semua orang itu setara? Jelas sekali, orang-orang tidaklah sama dari ras mereka, penampilan dan warna kulit, atau masyarakat tempat mereka berada. Aku hanya berharap anak-anak seperti kami memiliki kesempatan sosial yang setara. Tapi itu tidak mungkin. Semakin miskin keluargamu, semakin sedikit peluang yang kamu miliki dalam hidup. Sedangkan anak-anak yang lahir dengan sendok perak di mulut mereka, hanya tinggal mengikuti peraturan masyarakat untuk menjadi sukses. Karna perbedaan ini, aku berusaha untuk mengangkat diriku. Tapi saat aku mencapai titik tertentu, takdir lagi-lagi menarikku kembali ke tempat aku memulai. ✯✿✯ " Maaf. Gue mungkin agak pemarah di sini. Karena kita teman sekelas. Gue akan mengabaikan Lo. Tapi dengan satu syarat. Bersujud di kaki Gue." _Sean ✯✿✯ " Gampangnya gini deh. Aku sebagai angin dan kau kincir anginnya. Jadi ... Kincir angin (Sean) itu agar bisa menghasilkan listrik membutuhkan angin (Mira). " _Mira " Itu artinya, angin (Mira) sangat penting bagi kincir angin (Sean), kan?" _Sean
Apakah kamu pikir semua orang itu setara?
Jelas sekali, orang-orang tidaklah sama dari ras mereka, penampilan dan warna kulit, atau masyarakat tempat mereka berada. Aku hanya berharap anak-anak seperti kami memiliki kesempatan sosial yang setara. Tapi itu tidak mungkin. Semakin miskin keluargamu, semakin sedikit peluang yang kamu miliki dalam hidup. Sedangkan anak-anak yang lahir dengan sendok perak di mulut mereka, hanya tinggal mengikuti peraturan masyarakat untuk menjadi sukses. Karna perbedaan ini, aku berusaha untuk mengangkat diriku. Tapi saat aku mencapai titik tertentu, takdir lagi-lagi menarikku kembali ke tempat aku memulai.
. . . . .
3 Hari yang lalu
Di sebuah tempat pencucian motor dan mobil, tampak seorang gadis berkucir kuda sedang memberikan pelayanan kebersihan pada motor seorang pelanggan. Ia tersenyum puas saat dirasa motor tersebut sudah bersih kinclong.
" Sudah selesai, paman. Jasanya 150 ribu." ucap gadis itu tersenyum ramah.
" Kenapa mahal sekali. Di tempat lain cuma 80 ribu."
Senyum gadis itu luntur digantikan raut wajah datar. " Itu ditempat lain, paman. Sudah tertulis di papan sama bahwa kami mengenakan biaya 150 ribu." gadis itu menengadahkan sebelah tangannya, seraya melirik Mading yang tertempel di dinding.
Terdengar decakan dari pelanggan itu. " Aku tidak mau bayar. Bagaimana bisa ongkos cuci motor Supra saja 150 ribu? Tunggu saja, akan aku bawa ini ke media." Karna emosi, pelanggan menunjuk-nunjuk wajah gadis itu.
Gadis itu berdecak sinis. " Bagaimana bisa paman bilang begitu? Disini kami tidak menggunakan barang murah lho, Paman. Biar saya jelaskan."
Lama-lama emosi juga ada pelanggan yang tidak mau membayar. Enak saja pikirnya. Gadis itu mulai menjelaskan harga barang-barang di sana yang lumayan fantastis, bahkan ia juga menjelaskan gaji harian perkaryawan yang hanya sekitar 500 ribu perhari. Ia tersenyum lebar saat akhirnya pelanggan setuju untuk membayar jasa pencuci motor.
" Terimakasih, Paman." Ia menerim uang tersebut dengan senang hati.
Saat sedang merapikan peralatan, seorang pemuda berjalan menghampiri Mira. " Mira." panggil seorang pria berusia 30 tahun pada gadis itu.
" Ya kak."
Amira Frasa Queensa, gadis berusia 17 tahun yang saat ini sedang bekerja paruh waktu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan membantu sang kakak mencari uang untuk bertahan hidup.
Pria itu memberikan amplop yang bisa ditebak berisi uang gajinya hari ini. " Ini gajimu. Gunakan dengan baik."
" Terimakasih kak." Mira tersenyum manis.
. . . . .
Pukul 9 malam
Mira telah tiba di kontrakkannya. Tempat bernaung dirinya dan sang kakak. Kontrakan nya pun tidak terlalu luas, namun juga tidak terlalu kecil, ada 2 kamar, 1 dapur dan 1 toilet.
" Hei, adikku sayang. Kenapa pulang larut sekali?" ucap Nadira Sastra Elara yang merupakan kakak Mira yang berusia 4 tahun diatas Mira.
" Aku harus menunggu bus. " jawab Mira setelah mendudukkan pantatnya pada kursi. Mira menatap sang kakak yang sedang mengenakan sepatu. " Ooh. Punya sepatu baru nih?" goda Mira dengan wajah lempengnya.
" Hm. Gimana? Bagus, kan?" pamer Nadira.
Mira mata sinis sang kakak. " Kakak pasti mengelabui beberapa pasien tua agar membelinya untuk kakak, kan? Jika keluarga mereka tahu, mereka mungkin berhenti mempekerjakan kakak." omel Mira.
" Kau bisa berhenti mengomel, Mira? Kalau kau cuma menghasilkan uang dari buku, bagaimana mungkin melunasi semua hutang itu? Bulan lalu, kita hampir tidak bisa membayar hutang tepat waktu. Kita nyaris di pukuli."
" Karena itulah Aku mengambil pekerjaan paruh waktu. " air wajah Nadira berubah menjadi murung. Melihat itu Mira merasa bersalah.
" Lapar ah, kita makan apa hari ini?" ujar Mira mengalihkan topik pembicaraan.
" Bubur nasi dan telur dadar. Aku beritahu ya. Aku baru saja mendapatkan beras dari rumah pasienku lho." ujar Nadira membusungkan dadanya bangga.
Mira menatap kaget sang kakak. " Beras pun kakak ambil dari pasien kakak?" Mira menatap curiga sang kakak.
Seakan mengerti isi pikiran sang adik, Nadira pun menjawab. " Aku tidak mencuri. Mereka yang memberikannya padaku."
" Aku pikir kakak bahkan mencuri beras."
" Dengarkan aku. Kau tidak perlu melakukan pekerjaan paruh waktu. Taruh semua perhatianmu pada studimu untuk mempertahankan beasiswa. Kau tahu apa impianku, kan? " ucap Nadira serius.
" Apa? " kepo Mira.
" Numpang hidup padamu." gurau Nadira.
" Itu impian kakak. Aku lebih suka bekerja keras sampai mati." sindir Mira membuat Nadira melotot tajam padanya.
. . . . .
Pukul 06.15 pagi
Pagi menyapa, nampak di lorong konditor banyak siswa/siswi yang sedang berlalu lalang , entah untuk pergi ke kelas ataupun pergi ke kantin untuk sarapan.
' SCARLYA HIGH SCHOOL '
SHS merupakan jejeran kedua sekolah elit yang ada di Lampung. SHS terkenal dengan sekolah yang banyak meraih prestasi, baik akademik maupun non akademik. Namun, tidak menutup kemungkinan SHS juga merupakan sekolah dengan tingkat pembullyan yang tinggi. Banyak siswa/siswi yang sering kali membully siswa/siswi dari kalangan rendah (Siswa siswi yang masuk lewat jalur beasiswa).
Mira berjalan di konditor seraya sesekali menatap sekelilingnya, banyak siswa/siswi yang sedang bercanda tawa dengan temannya, seragam yang mereka kenakan pun rapih dan bersih beda jauh dengan seragam nya yang sudah kumuh dan menguning.
" Hei, Mira." panggil seorang pemuda bertubuh gempal seraya menghampiri Mira.
" Eh, Ail. "
" Aku sudah dapat tiket lho." ucap Ail antusias tak ayal tangan kanannya membenarkan kacamatnya yang merosot.
" Tiket apa?" bingung Mira.
" Tiket grup Gril favoritku tau. Lihat nih, aku mendapatkan yang VIP dong." ujar Ail seraya menunjukkan tiket miliknya.
" Tunggu dulu. Harga tiket VIP kan hampir 10 juta. Kau merampok siapa agar mendapatkan uang untuk ini?" Mira memicing curiga.
" Aku tidak merampok siapa pun, sialan. Aku pakai tabunganku sendiri."
" Yang bener aja, kalau ibumu tau, aku bisa diomelin olehnya." Mira mendengus kesal.
" kalau begitu, jangan beritahu ibuku. Ayolah. Aku akan membelikanmu makan. Sepakat?"
" Kau mau menyuapku? Kau mulai mengembangkan kebiasaan orang kaya nih ya. " Mira dan Ail tertawa kecil. Mereka memutuskan untuk pergi ke kantin sebelum bel masuk berbunyi, tepatnya 45 menit lagi.
Setibanya di kantin, Mira dan Ail langsung menuju ke stand bakso untuk mengantri, di sana mereka bertemu temannya yang bernama Keyla.
" Kenapa antreannya panjang banget sih?"
" Capek nih, mana gw laper banget."
" Sabar kali. Bentar lagi juga dapet."
Keluh kesah mulai ramai, apalagi saat antreannya bertambah panjang. Saat tiba giliran Mira, Ail ,dan Keyla, 3 orang siswa dengan tidak sopannya menyerobot antrean.
" Mereka memotong antrean lagi." sebal Mira.
" Emang mereka berkuasa banget ya sampai nggak ada yang berani mengajari mereka sopan santun?" geram Kelya.
" Berkuasa atau nggak, ayahnya mencalonkan diri sebagai anggota parlemen. Ayahnya dekat dengan kepala sekolah. Kalau kau bermasalah dengannya dan kehilangan beasiswamu, bisa jadi kau juga mengucapkan selamat tinggal pada masa depan cerahmu." peringat Ail pada Mira dan Keyla. Meraka pun segera memesan makanan mereka setalah dirasa geng pembully itu telah pergi.
. . . . .
Di sebuah gudang, terdengar suara bola yang di pantulkan ke lantai. Di gudang itu terdapat 3 siswa nakal dengan satu siswa bertubuh gempal.
" Hei. Coba Lo tebak. Apa yang lebih menyakitkan daripada dibuang dan merasa kehilangan?" Ujar pemuda berambut pirang dengan dasi tersampir di bahunya seraya bersimrik. " Melihat angka nol di makalahku, dasar brengsek!" lanjutnya menunjuk pemuda gempal.
Pemuda lainnya melemparkan sebuah makalah tepat di pemuda bertubuh gempal itu. Pemuda bertubuh gempal itu mengambil makalah di bawah kakinya dengan tubuh gemetar ketakutan. Melihat itu pemuda dengan rambut terikat memberi kode pada kedua temannya.
Bugh
Pemuda berambut pirang menendang Ail hingga tubuh gempalnya tersungkur. Mereka tertawa melihat itu.
Bugh
Bugh
Mereka terus memukuli Ail yang sudah terkapar tak berdaya. Ingin melawanpun sia-sia.
" Brengsek!" dua orang yang bersembunyi mengepalkan tangannya tak terima, tapi mereka harus menahan emosi mereka mereka tidak boleh gegabah.
Bugh
" Sakit ya? Bangun yuk." ejek salah satu dari mereka.
Pemuda dengan rambut terkucir jongkok, tangannya terulur mencengkram kuat rahang Ail. " Sialan Dasar bajingan miskin. Dan ini." berniat merobek tiket konser milik Ail yang terjatuh. " Lo nggak pantas mendapatkannya." ketiga pemuda itu tertawa iblis.
" jangan " lirih Ail terbata.
" Ohoho. Sepertinya lo sangat cinta dengan grup ini. Bagaimana kalo Lo menyimpannya di mulut?" ia memasukkan secara paksa ke mulut Ail.
" Gue ngga akan merobeknya. Sebagai gantinya... Gue akan membakarnya. " pemuda dengan rambut terkuncir menyalakan korek, dan dengan santainya membakar sisi tiket yang masih berada di mulut Ail.
" Kalau kau lepaskan, akan kami robek, bangsat!"
" Cabut!"
. . . . .
" Lihat ini pak guru." Mira menyerahkan ponsel yang berisi video pembullyan Ail di gudang.
" Mengapa kamu ingin saya melihat ini?" guru itu berucap santai.
" ini adalah penindasan di sekolah, pak." geram Mira tak habis pikir.
" Remaja selalu kasar dan gegabah saat bermain-main. Ini hanya masalah mood, you know?"
" Jadi pak guru akan membiarkan mereka lolos begitu saja?"
" Tenanglah. Saya adalah wali kelasnya. Saya akan mengurus ini."
Ceklek
" Pak guru memanggil saya, ada masalah apa?"
BERSAMBUNG...
Bab 1 Amira Frasa Queensa
04/03/2024
Bab 2 Tempat ini seperti Hutan
04/03/2024
Bab 3 Disini ada dua tipe orang
06/03/2024
Bab 4 Menjinakkan kucing
14/03/2024
Bab 5 Cium Bajingan gendut ini
18/03/2024
Bab 6 Tawaran
20/03/2024
Bab 7 Khawatir
21/03/2024
Bab 8 Tutor Pedofil
29/03/2024
Bab 9 Les pertama
29/03/2024
Bab 10 Steak A5
29/03/2024
Bab 11 Speaking
29/03/2024
Bab 12 Speaking 2
29/03/2024
Bab 13 Ulang tahun Sean
29/03/2024
Bab 14 Pemilik Payung
29/03/2024
Bab 15 Ujian dan Hasil
29/03/2024
Bab 16 Kembali Asing
29/03/2024
Bab 17 Mencari Pekerjaan
30/03/2024
Bab 18 Teman atau pacar
30/03/2024
Buku lain oleh A_Lara
Selebihnya