Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
Tanpa beringsut dari tempat tidur, Aku menjawab pertanyaan ayah.
"Iya, Ayah,"
Kurasakan tangan kekar ayah mengusap kepalaku, lantas mengecupnya.
"Semoga bahagia, Nak,"
Mampukah aku menerima perjodohan ini, pilihan ayah kuyakin tak salah tapi tanpa cinta? Bisakah?
**
Dengan tergopoh kumasuki kelas, telat 3 menit. Beruntung pak Hadi belum masuk kelas.
"Tumben lu kesiangan?"
Aku menunjuk sepatu yang basah, menjawab tanya Rani. Sambil terus meniup niup sepatu.
"Abis ngapain lu?"
"Angkot sialan tadi brenti pas dijalan berlubang, masuk tuh kaki gue"
Kudengar Rani tertawa namun segera berhenti karena pak Hadi mengucap uluk salam dari luar.
"Tita, coba tulis jawaban peer kemarin," kata pak Hadi memerintahku. Aku langsung berdiri dan maju. Tanpa berlama-lama aku tulis semua jawaban pekerjaan rumah kemarin.
"Jawaban yang sama dengan Tita, berarti bener ya," seru pak Hadi.
Riuh suasana kelas, ada yang berseru "Yes" ada pula yang mengeluh "Hadah" dan itu artinya tidak dapat mengikuti ulangan matematika kali ini. Begitulah konsep pak Hadi dalam mengajar kami. Tak ikut ulangan maka harus ikut belajar dengan kelas lain yang sedang belajar matematika juga namun beda guru. Tak perduli itu kelas berapa. Dan pastinya malu jika dimasukan ke kelas 10.
Yang tersisa di kelas hanya 26 orang dari jumlah siswa 37 orang. Yang tidak mengikuti ulangan disebar di beberapa kelas.
"Siap semuanya, fokus, ada hadiah hiburan bagi yang berhasil menjawab benar semua, " kata pak Hadi mengumumkan.
"Horee...,"
"Pasti yang dapet, Shanum lagi," celetuk Rani. Aku menyenggol siku tangannya.
"Siapapun pokoknya"
Pak Hadi hanya memberikan waktu satu jam dalam menjawab soal ulangan. Aku, hanya butuh 25 menit saja untuk menjawab tujuh soal ulangan matematika ini. Bagiku, matematika itu ilmu pasti, satu ditambah satu harus dua jawabannya selain itu salah. Berbeda dengan Bahasa.
"Sudah satu jam, kumpulkan selesai tidak selesai."
Seisi kelas bergeming, menunggu hasil ulangan tadi. Bertanya-tanya siapa yang mendapat hadiah dari guru yang bagi sebagian siswanya itu killer.
"Oke, ada dua orang yang akan bapak kasih hadiah kali ini. satu, karena dia benar semua. kedua, karena progres siswa ini meningkat luar biasa,"
Semua saling pandang, siapa siswa yang dimaksud pak Hadi.
"yang benar semua sudah gak asing lagi, Tita Shanum, dan yang kedua Devan Adrian."
what???? Devan Andrian? Siswa paling konyol di kelas ini.
Dia siswa yang paling seneng bikin aku keki. Rani senggol-senggol tanganku sambil berbisik "cie"
"ayo, Tita sama Devan kemari," panggil pak Hadi. Aku dan Devan menghampiri, Alhamdulillah dapat bingkisan dari guru yang beda dari yang lain itu.
"Terima kasih, Pak."
***
Depan gerbang sekolah, sudah menunggu seorang cowok berpenampilan rapi. Meski wajahnya terlihat seram tapi dia tampan.
"Siang, Ta," sapanya menyunggingkan senyum.
"Siang, Ken."
"Kamu gak kuliah?" tanyaku sambil masuk ke mobil pajero putih.
"Sudah ko,"
Agak kaku aku duduk di sebelah Kenzo, Dia sesekali melirikku. Ah, ayah kenapa ayah jodohkan aku dengan cowok kulkas macam Kenzo. Harus aku terus yang memulai pembicaraan dengan topik yang aku sendiri males cerita.
"Kenapa kamu mau dijodohkan sama saya?" akhirnya pertanyaan itu keluar juga dari bibir cokelat kehitaman Kenzo.
"Ayah gak akan salah pilih." kujawab sambil melempar muka ke samping kiri. Lantas kudengar Kenzo tertawa renyah sekali.
"Bapakmu salah, Ta, aku gak sebaik yang kalian kira"