Siang menjelang sore Ferdy tiba di rumah. Sebenarnya dari tadi dia sudah merasakan ada sesuatu yang mengganjal di dadanya, seperti firasat buruk yang tak bisa dijelaskan. Bahkan sejak dalam perjalanan, hatinya sudah terasa sesak. Rencana tiga hari perjalannnya bahkan sampai dia pangkas jadi dua hari.
Semakin dekat ke rumah, napasnya terasa semakin berat, seolah ada yang tidak beres. Begitu tiba, ia mendapati pintu kamar sedikit terbuka. Langkahnya terhenti sejenak. Ia mendengarkan. Detak jantungnya berpacu cepat ketika samar-samar terdengar suara bisikan-suara yang seharusnya tak ada di sana.
Itu suara Tania, tapi ada sesuatu yang aneh. Ferdy menahan napas, merasakan seberkas ketakutan menyusup ke dalam dirinya.
BRAK!
Tanpa pikir panjang, Ferdy mendobrak pintu dengan kasar, menghancurkan ketenangan yang semu.
"TANIA! APA YANG TERJADI DI SINI?!" suaranya menggema, parau, penuh kemarahan dan ketidakpercayaan, tak mampu menyembunyikan guncangan batinnya.
Tania tersentak. Ia berdiri panik. Wajahnya pucat, matanya membesar seolah baru tertangkap basah melakukan sesuatu yang tak seharusnya. Tangannya gemetar, meremas ujung bajunya, berusaha menutupi rasa bersalah yang terpancar dari setiap geraknya.
"MAS FERDY?! Kamu sudah pulang? Kenapa nggak ngabarin dulu?" Suaranya nyaris tak terdengar. Wajahnya takut menatap laki-laki yang jelas tengah menahan emosi.
Di atas tempat tidur mereka, seorang lelaki yang Ferdy kenal baik-Ricko-terduduk kaku. Matanya melebar, tangannya mengepal di atas selimut. Napasnya tak beraturan, terlihat jelas ketakutan menguasainya.
"Mas Fer, aku... aku cuma...," gumam Ricko tergagap, wajahnya pias. Kekhawatiran jelas terpancar di matanya, tapi tak ada sedikit pun rasa simpati dalam hati Ferdy saat itu.
Ferdy melangkah masuk. Aura dingin mengelilinginya. Rahangnya mengeras, tatapannya menajam, mengunci Ricko yang duduk di tempat tidur pernikahannya.
"Apa yang kalian lakukan di sini?! Kenapa dia ada di kamar kita, Tania?! JAWAB!" suara Ferdy meledak, seperti petir yang siap merobek segalanya.
Tania melangkah mendekat, tangannya terangkat seolah hendak menenangkannya. "Mas Ferdy, dengar dulu... Ini nggak seperti yang kamu kira! Tolong, jangan marah dulu!"
Ferdy terkekeh pendek, penuh kepahitan. "Bukan seperti yang aku kira? Jadi, apa yang sebenarnya terjadi, Tania?" suaranya bergetar, campuran antara marah dan kebingungan yang menyayat.
Tania menggigit bibirnya, menatap suaminya dengan sorot memohon. Namun air mata sudah jatuh dari sudut matanya.
"Ricko hanya teman lama, Mas. Aku butuh seseorang buat bicara. Aku merasa... kesepian," ujarnya dengan suara rapuh, seolah baru saja membuka rahasia terdalamnya.
Ferdy mendengus sinis. "Kesepian? Lalu kamu memilih bicara dengan dia di kamar kita? Di atas tempat tidur? DALAM KEADAAN SAMA-SAMA BUGIL? suaranya meninggi. Dadanya naik-turun menahan emosi yang membuncah.
Tania melotot, mendadak berubah defensif. "Mas Ferdy selalu sibuk! Kamu nggak pernah ada buat istrimu! Aku butuh seseorang yang bisa dengerin aku tanpa menghakimi!" Nada suaranya kini penuh emosi, matanya mulai memancarkan kemarahan.
"Jadi ini balasanmu? Mengundang pria lain ke kamar kita?" Ferdy mengarahkan pandangan menusuk ke arah Ricko yang masih terpaku di tempatnya.
"Mas Fer, aku nggak ada maksud apa-apa," ucap Ricko dengan suara rendah, menunduk dalam ketakutan. Tapi kata-katanya sudah tak berarti apa-apa.
Ferdy tak bisa menahan diri lagi. Tangannya terangkat.
PLAK!
Tamparan keras itu mendarat tepat di pipi Ricko, membuat tubuh pria itu terdorong ke belakang. Tangannya refleks menutupi wajahnya. Amarah Ferdy mencapai puncaknya.
"BRENGSEK LU, RICKO!" geramnya, suara penuh gemuruh kemarahan. "LU PIKIR BISA MASUK KE HIDUP GUE SEENAKNYA?!"
Tania menjerit, lalu berlari mendorong dada Ferdy dengan kedua tangannya yang mungil. "MAS FERDY HENTIKAN! Kamu keterlaluan!" teriaknya panik.
Ferdy menatapnya tajam, nyaris tak mengenali perempuan yang dulu begitu dicintainya. "Aku keterlaluan? Tania, kamu yang bawa pria lain ke kamar kita, dan aku yang keterlaluan? Maksud kamu apa?" Suaranya seperti pisau.
Ia mundur selangkah, dadanya makin sesak.
Tania terdiam. Bibirnya bergetar. Ricko berdiri perlahan, mengenakan pakain dengan tergesa-gesa menunduk, lalu melangkah mundur.
"Saya pergi. Maaf, Mas Ferdy," ucapnya lirih.
Ferdy menatapnya dingin. "Lu jangan pernah balik lagi ke sini, BANGSAAAAT!" teriaknya, memuntahkan seluruh amarah yang tertahan. Tapi kekosongan di hatinya tak juga hilang.
Ricko menunduk sekali lagi lalu buru-buru pergi. Ferdy menatap Tania penuh amarah, kecewa, dan luka yang menganga.
"Aku nggak tahu lagi, Tania... Aku nggak tahu lagi." Dengan langkah berat, Ferdy keluar, menutup pintu dengan hentakan keras-seolah mengubur semua harapan yang pernah tumbuh.
/0/24201/coverorgin.jpg?v=3c8096a57fb1b44cc792de197a9fbcd6&imageMogr2/format/webp)
/0/23963/coverorgin.jpg?v=f7ee9be2fbd2f0e56c0468f45b0b4e82&imageMogr2/format/webp)
/0/13523/coverorgin.jpg?v=bed2aa4320bf88c7538cbfd9cb2362b1&imageMogr2/format/webp)
/0/13422/coverorgin.jpg?v=8dbc5d2ea4081bab48f62d4af138b7d2&imageMogr2/format/webp)
/0/2130/coverorgin.jpg?v=0898bc8b430b58c8088e6d499bb8e0ec&imageMogr2/format/webp)
/0/3898/coverorgin.jpg?v=e8c73da8248f56bfc2354a940f0bf48f&imageMogr2/format/webp)
/0/12508/coverorgin.jpg?v=0b62fa134f25a5ff8c6f34782f050eb1&imageMogr2/format/webp)
/0/2314/coverorgin.jpg?v=83d6a252aa475c96b561cd00597ad4c5&imageMogr2/format/webp)
/0/2398/coverorgin.jpg?v=0b2b1c54e4252520e4b43f1d7776df14&imageMogr2/format/webp)
/0/3456/coverorgin.jpg?v=de716839bd98a0fdefee9093bf308d00&imageMogr2/format/webp)
/0/4027/coverorgin.jpg?v=54ca138eca4dd4c2dd32806ddd744bd8&imageMogr2/format/webp)
/0/6493/coverorgin.jpg?v=fb5ad58e064a9af1db29fd81f7376a77&imageMogr2/format/webp)
/0/5359/coverorgin.jpg?v=31dc0782c37317ab6efea0d844053c45&imageMogr2/format/webp)
/0/15445/coverorgin.jpg?v=9237c6edf1bfb2243d6db3d85f70d75f&imageMogr2/format/webp)
/0/22567/coverorgin.jpg?v=7c92bcb6385ea72a8db1d758256db4ae&imageMogr2/format/webp)
/0/16754/coverorgin.jpg?v=d4db72e404c10eee92f590cbd35a266b&imageMogr2/format/webp)
/0/16151/coverorgin.jpg?v=a220e864e5dbf64d96768e682ffbbf09&imageMogr2/format/webp)
/0/15682/coverorgin.jpg?v=309d2c68cdf00ae1a052e743831ec10a&imageMogr2/format/webp)
/0/23722/coverorgin.jpg?v=99d347a720b226ce13c8e6b617d987ca&imageMogr2/format/webp)