Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Sang Pemuas
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sorotan mata orang tua Andre terasa begitu menusuk bagi orang tua Sherly yang duduk di depan mereka. Sebuah penolakan keras baru saja keluar dari mulut Andre yang tidak ingin menjadikan Sherly sebagai pendamping hidupnya.
"Maafkan kami, Pak, Bu," ucap papahnya nya Andre dengan suara yang gemetar, merasa malu yang luar biasa pada orang tua Sherly. "Anak kami belum siap untuk menjalin hubungan yang lebih serius."
Sherly yang duduk di samping orang tuanya tampak menundukkan kepalanya. Air mata yang mengalir di pipinya menampakkan betapa dia merasa kecewa dan hancur hatinya. Ia mengepalkan tangannya di pangkuannya, berusaha untuk tetap tegar di hadapan semua orang.
"Tidak apa-apa om, Tante, mungkin Andre masih butuh waktu untuk menerima cintaku." Ucap Sherly dengan mata berkaca-kaca.
Sementara itu, Andre berdiri tegak dengan tatapan dingin, tidak menunjukkan rasa penyesalan atau belas kasihan pada Sherly. Tidak ada yang tahu apa yang ada di pikiran pria itu, tetapi sikapnya yang keras membuat situasi menjadi semakin tidak nyaman.
Orang tua Sherly merasa begitu hancur, tetapi mereka tetap berusaha untuk menjaga martabat mereka. "Tidak apa-apa, Pak, Bu," kata Papahnya Sherly dengan suara yang berat. "Kami menghargai keputusan Andre. Semoga anak-anak kita bisa menemukan kebahagiaan mereka masing-masing."
Mereka pun akhirnya meninggalkan rumah Andre dengan hati yang gundah, merasa kehilangan wajah di depan keluarga yang seharusnya menjadi keluarga besar mereka. Andre sendiri merasa tidak peduli, ia yakin telah mengambil keputusan yang tepat, meskipun menyakiti banyak hati di sekitarnya.
"Mau mamah dan papah apa sih? Andre itu sudah dewasa pah, mah! Andre bukan anak kecil lagi, Andre juga bisa mencari pasangan hidup sendiri, papah, sama mamah, tidak perlu repot-repot menjodohkan Andre dengan wanita yang bukan pilihan Andre."
Andre tidak mau menikah dengan pilihan orang tuanya, ya walaupun anak orang kaya dan berwajah tampan tapi tidak mudah mencari pasangan hidup. Walaupun sebenarnya banyak yang jatuh hati pada Andre tapi belum ada yan cocok di hatinya.
"Terus mau kamu apa Dre! Mamah sama papah sudah mencarikan kamu wanita terbaik di bumi ini, dia cantik, berpendidikan, anak orang kaya, coba apa yang kurang pada Sherly?!" Mamahnya begitu marah karena Andre tidak mau menerima Sherly, sudah berkali-kali Andre di jodohkan oleh orang tuanya, tapi tak ada satupun yang di terima.
"Terserah! Kamu mau jadi apa Dre, papah sudah tidak mau lagi mengurusi kamu!" Papahnya juga ikut marah karena Andre tidak mau menerima Sherly sebagai pendamping hidupnya, padahal Sherly adalah anak dari kawan bisnis papahnya Andre.
"Baik pah, mah, jika kalian sudah tidak menginginkan Andre di rumah ini lagi, Andre pergi dari sini, Andre bisa cari uang sendiri tanpa harus meminta sama Papah dan Mamah!" Andre pergi ke kamarnya sambil membanting pintu.
Jebret.....!!
Tanpa berlama-lama dikamar, Andre keluar dengan membawa tas ransel berisi pakaian dia berencana meninggalkan rumah dalam jangka waktu yang lama entah akan kembali atau tidak.
"Mau kemana sih kak? Kalau kakak pergi siapa yang akan anter Erni sekolah kak?" Erni adiknya Andre merasa sedih ketika kakaknya mau meninggal rumah.
"Kamu kan sudah gede cantik.... masa, mesti bareng kakak terus. Kakak mau cari ketenangan dulu, jaga diri kamu baik-baik yah." Ucap Andre pesan pada adik perempuannya.
Andre menghentakkan kakinya keluar dari rumah, dia menggunakan Mogenya untuk pergi jauh, Andre ingin mencari ketenangan setelah terjadi pertengkaran hebat dengan Papah dan Mamahnya. Andre merasa sangat tertekan, keputusasaan dan kecewa mendalam mewarnai hatinya.
Papah dan Mamahnya sama sekali tidak peduli dengan kepergian Andre. Mereka merasa Andre sudah terlalu keras kepala dan tidak mau mendengarkan nasehat orang tua. Andre telah menolak perjodohan yang mereka rancang dengan Sherly, gadis pilihan mereka yang dianggap sempurna untuk menjadi istri Andre.
Di kejauhan, Andre mengendarai Mogenya dengan penuh amarah dan air mata yang mengalir deras di pipinya. Dia merasa tak ada yang mengerti perasaannya, bahkan orang tuanya sendiri. Andre berusaha mencari tempat yang sepi dan damai untuk menenangkan pikiran dan hatinya.
Sementara itu di rumah, Papah dan Mamahnya duduk di ruang tamu sambil menghela napas panjang. Walaupun mereka mencoba untuk tidak peduli, namun di lubuk hati mereka, tetap merasa cemas akan nasib Andre
"Kamu mau pergi kemana sih ndre" gumam Mamahnya dalam hati.
Namun, keteguhan hati mereka untuk menjodohkan Andre dengan Sherly tidak dapat digoyahkan. Mereka merasa telah melakukan yang terbaik untuk masa depan anak mereka, meskipun Andre tidak menyadarinya saat ini.
Dalam kegelapan malam, Andre duduk di bawah pohon rindang yang menjadi tempat persembunyiannya dari dunia. Dia merenung, mencoba menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang menghantui pikirannya. Apakah dia harus tunduk pada kehendak orang tuanya, ataukah harus berjuang untuk menentukan takdirnya sendiri?
Pikirannya kalut, sesaat terbesit di dalam benaknya untuk mengakhiri hidupnya, karena selama ini dia belum menemukan apa yang dia cari. Entah wanita seperti apa yang Andre cari. Walaupun Sherly kaya, cantik, dan pintar, tapi Andre sama sekali tidak berminat menjadikan dia sebagai istri.
Karena di pengaruhi setan Andre nekat ingin mengakhiri hidupnya dengan melompat dari jembatan, sesekali dia memandang ke bawah, dimana hamparan batu begitu luas di bawah sana. "Waduh kalau aku jatuh ke sana pasti tubuhku hancur berkeping-keping" pikirannya bingung antara ingin mengakhiri hidupnya atau melanjutkan untuk mencari sesuatu yang dia inginkan.