Dipertemukan dengan seorang wanita dingin dan sangat datar adalah hal yang paling berat yang pernah dialami pria yang sering gonta-ganti pasangan. Siapa yang tidak mengenalnya? Dia adalah playboy kelas kakap yang terkenal di seluruh bar yang ada di Jakarta.
Daniel Louis Denandra sangat kewalahan menghadapi sosok wanita yang seperti menjadi balok es, dia begitu dingin dan datar. Helaan napas terdengar berulang-ulang, susahnya berbicara dengan wanita itu.
"Hey, kau mendengarkanku?"
Dia hanya menoleh dan mengangkat sebelah alisnya, aishh ... bisakah dia menghargai sedikit? "Sulit sekali berbicara denganmu, Nona."
"Aku tidak memaksa Anda untuk berbicara denganku, Tuan."
Balasannya sedikit melukai harga dirinya, Daniel yang tidak pernah ditolak oleh wanita manapun merasa terluka. Wanita itu lebih memilih memandangi layar ponselnya daripada melihat dirinya yang tampan luar biasa.
"Bisakah kita serius membicarakan tentang perjodohan konyol yang dibuat oleh keluarga kita?"
Daniel mencoba untuk berbicara lagi, ia tidak ingin terjebak hidup bersama wanita dingin itu. Tangan wanita itu terulur mengambil minum dan meminumnya dengan tenang.
"Ada apa?"
"Kau tidak berusaha menolak perjodohan ini? Bukankah semua ini akan mengikatmu? Aku tidak ingin dijodohkan," kata Daniel dengan santai, ia sangat jujur dan ingin membatalkan perjodohan yang tidak berdasar ini.
"Jadi?"
Daniel menahan napasnya, jika saja orang di hadapannya bukan seorang wanita mungkin ia bisa mengajaknya bertarung di lapangan luas. "Aku ingin membatalkannya."
Ia sedikit tersinggung dengan senyum kaku wanita itu yang terkesan meremehkan, benar-benar tidak menghargai sama sekali.
"Silakan saja," katanya dengan santai.
Daniel membulatkan matanya tidak percaya, hey apa ini? Kenapa dirinya dipertemukan dengan manusia es seperti dia? "Bisakah kau tidak bersikap santai, hidupmu akan dipertaruhkan jika sampai kau menikah denganku."
"Hidupku selalu dipertaruhkan, hanya untuk hidup denganmu? Itu bukan masalah besar," katanya.
"Jadi, kau menerima perjodohan ini?" tanya Daniel menatap wajah wanita itu dengan serius. "Aluna Mei Silvana, itu namamu bukan?"
Wanita itu mengangguk mendengar pertanyaannya, sulit sekali menebak sifat wanita itu. Jujur saja, Daniel tidak pernah menemui wanita sedingin ini dengannya.
"Aku belum mau berkomitmen," lanjut Daniel.
"Aku tidak memaksamu untuk berkomitmen," balasnya.
Daniel geram, "harusnya kau menghargai perasaanku, Nona. Bagaimana jika kekasihku terluka mendengar aku akan menikah?"
"Itu urusanmu, kalau bisa silakan batalkan saja. Aku tidak ingin direpotkan untuk membatalkan perjodohan yang sudah terjadi," katanya. "Lebih tepatnya, aku tidak ingin melakukan hal yang sia-sia."
Hey, apa maksudnya?
***
Hidup tertekan?
Dirinya sudah terbiasa untuk itu, hidup bagai boneka yang harus menurut untuk melakukan sesuatu. Tanpa teman, keluarga yang begitu membelenggu seolah sudah menjadi makanannya sehari-hari.
Ini adalah akhir dari kehidupan yang begitu menyedihkan, kedua orang tuanya menyuruhnya untuk menikah dengan pria yang tidak ia kenal dan setelah itu mereka akan membebaskannya.
Perjodohan konyol, ia harus menuruti permintaan mereka. Jika tidak, mereka akan menghentikan pengobatan nenek yang sangat ia sayangi. Sekali lagi, ia berkorban demi keluarga.
Aluna Mei Silvana.
Di usianya yang ke 23 tahun ia akan menikah dengan pria yang usianya sudah menginjak kepala tiga, tetapi cara berpikirnya tidak seperti orang dewasa pada umumnya.
Dia seperti bocah yang terjebak di tubuh orang dewasa, itulah yang ia nilai. Dia sangat menyukai kebebasan, ia tahu hal itu. Ia tahu betapa bebasnya dia di luar sana, namun ia tidak peduli.
Pria itu tidak ingin dijodohkan, tetapi dirinya ingin perjodohan ini berlangsung. Karena dengan hal itu, ia bisa merasakan kebebasan.
/0/4317/coverorgin.jpg?v=23fa73c4d47aa5900a00f83cf000d5d1&imageMogr2/format/webp)
/0/11016/coverorgin.jpg?v=a3e1e3093a7f43e35b4fdedfe1a2957f&imageMogr2/format/webp)
/0/4602/coverorgin.jpg?v=7d2f46484faeb17cd3cdfe4e7af8d506&imageMogr2/format/webp)
/0/19788/coverorgin.jpg?v=1519138ea82de89162a5561ef53a5114&imageMogr2/format/webp)
/0/3101/coverorgin.jpg?v=5562a8fb315597470cffcd4928583bb3&imageMogr2/format/webp)
/0/4304/coverorgin.jpg?v=08faa4b693e62ac69070c4f0eceeecfb&imageMogr2/format/webp)
/0/15223/coverorgin.jpg?v=c41d8361bec4f13595ba87ce631bca7a&imageMogr2/format/webp)
/0/2737/coverorgin.jpg?v=20250120160007&imageMogr2/format/webp)
/0/14599/coverorgin.jpg?v=846c041a05a75fa3ac2960e72be51fe1&imageMogr2/format/webp)
/0/3164/coverorgin.jpg?v=37411865fdde4eb01ca2739dad6ddb01&imageMogr2/format/webp)
/0/5566/coverorgin.jpg?v=eda28ddf2e54c902b5f48eb306270d51&imageMogr2/format/webp)
/0/6826/coverorgin.jpg?v=4ce79a0298017204174ec02704e3f198&imageMogr2/format/webp)
/0/3295/coverorgin.jpg?v=f703043a166bab6ff7377be5d3ea9792&imageMogr2/format/webp)
/0/2985/coverorgin.jpg?v=dfaebb2c9e2a6cf068965cc64521f787&imageMogr2/format/webp)
/0/2765/coverorgin.jpg?v=73c87851898f3527cba598cd0d6fce68&imageMogr2/format/webp)
/0/5332/coverorgin.jpg?v=af9356c8a7be30b3b214b392913c743b&imageMogr2/format/webp)
/0/18764/coverorgin.jpg?v=6bd6ad1d611a7f157d317c23dba3330f&imageMogr2/format/webp)