/0/29430/coverorgin.jpg?v=8e86c699cec428f3b4eb4b4f9f811d64&imageMogr2/format/webp)
Setelah kurang lebih empat tahun lamanya, Anita berhasil menyelesaikan pendidikannya di Harvard University dan menjadi lulusan terbaik. Setelah acara formal di kampus anaknya, Wijaya dan Mila langsung kembali ke Indonesia karena Wijaya memiliki banyak pekerjaan di negara ini. Sementara Anita akan menyusul setelah menyelesaikan semua urusannya di Amerika.
Di sinilah Anita, di bandara internasional Soekarno-Hatta menunggu sang adik yang katanya sebentar lagi akan tiba. Namun, entah sudah berapa lama sejak dia menginjakkan kakinya di Indonesia, wajah Fadly sama sekali tidak terlihat. Lihat saja, Anita akan langsung memukul kepalanya jika sampai pria itu datang.
Anita baru saja kembali ke Indonesia setelah sekian waktu yang cukup lama dan Fadly malah membuatnya menunggu seperti ini. Anita kembali melihat jam yang melingkar di tangannya, memastikan berapa banyak waktunya yang sudah terbuang sia-sia hari ini. Dia menarik napas kasar menahan emosinya yang sudah menggebu-gebu.
Setelah cukup lama tinggal di Amerika, Anita sudah terbiasa dengan hal yang serba cepat. Tidak pernah sekalipun di sana dia dibuat menunggu. Bahkan orang-orang di sana kadang tiba lebih awal dari waktu yang sudah dijanjikan. Kalaupun harus telat, mereka pasti akan memberi kabar dan mengutarakan alasan yang masuk akal. Dan sekarang, tampaknya Anita harus mulai membiasakan diri dengan kebiasaan ngaret yang ada di Indonesia.
Dari kejauhan tampak seorang pria yang sedang melambaikan tangan ke arah Anita dengan senyum tidak bersalah. Dengan wajah datar, Anita menyeret koper miliknya mendekati Fadly.
“Lo telat dua jam, gila!” omel Anita begitu Fadly berada di hadapannya.
“Ya, maaf. Gue tadi ketiduran.” Alasannya yang sangat klasik di sini. Anita langsung mengayunkan tangannya memukul belakang kepala adiknya itu.
“Sakit, gila! Cuma dua jam, juga!” seru Fadly tak menyangka kakaknya akan memukul kepalanya sehingga tidak sempat menghindar.
“Gue udah ngabarin dari jauh-jauh hari, gue pulang ke Indo hari ini. Gue bahkan nelpon lo sebelum pesawat lepas landas tadi. Lo juga ngomong iya! Lo kira dua jam itu waktu yang sedikit?! Lo bisa nyelesaiin lebih dari setengah soal UTBK, tau nggak?!” omel Anita. Sudah sejak tadi mulutnya gatal ingin mengomeli tingkah adiknya itu.
“Iya, iya. Maaf, gue nggak sengaja,” ucap Fadly pasrah. “Sini gue bawain,” lanjutnya lagi mengambil koper dari tangan Anita.
Fadly lalu berjalan mendahului kakaknya menuju mobil yang terparkir rapi di luar bandara. Fadly memasukkan koper itu ke bagasi. Sementara Anita sudah naik lebih dulu ke kursi penumpang di sebelah supir. Fadly ikut memasuki mobil dan mereka kemudian bergegas untuk pulang. Fadly menyetir mobilnya dengan kecepatan rata-rata karena mereka tidak sedang buru-buru.
Mungkin karena masih kesal dengan adiknya, Anita memilih untuk memainkan ponselnya saja. Dia memilih untuk membuka instagram walau hanya sekedar scroll beranda saja. Namun, sebuah postingan menghentikan jari Anita. Sebuah postingan dari instagram Wijaya Corporation Build Group perusahaan milik Wijaya, Ayahnya. Terlihat di sana foto papa Wijaya bersama beberapa orang.
Namun, dari semua orang yang ada di foto itu, ada satu orang yang mengalihkan perhatian Anita. Seorang pria yang terlihat jauh lebih muda dari semua orang yang ada di foto itu.Anita kemudian menunjukkan foto yang dia lihat kepada Fadly.
“Cowok ini siapa?” tanya Anita menunjuk wajah pria muda itu. Kemudian Fadly melirik sebentar ke ponsel milik kakaknya itu lalu kembali menatap ke depan.
“Nggak tau, kayaknya partner bisnis Papa,” jawab Fadly apa adanya.
/0/10786/coverorgin.jpg?v=20250122182835&imageMogr2/format/webp)
/0/15353/coverorgin.jpg?v=7557f4a1b21f2ece9067206ca91e739c&imageMogr2/format/webp)
/0/20961/coverorgin.jpg?v=5e8a06fedbb6f6291ce59c5b50c6f99d&imageMogr2/format/webp)
/0/15668/coverorgin.jpg?v=3f88a78401dadfc0906470d07dde1aa3&imageMogr2/format/webp)
/0/13357/coverorgin.jpg?v=7e9ec409f6ce3aef977d66358a2ffbcb&imageMogr2/format/webp)
/0/17119/coverorgin.jpg?v=73661def9a299c57658e64aedfbdf6f5&imageMogr2/format/webp)
/0/2878/coverorgin.jpg?v=bda6231cfef7a8dedc7ed2cfadfb00ca&imageMogr2/format/webp)
/0/30662/coverorgin.jpg?v=94147b5f1a691127d46c8a965fd0615b&imageMogr2/format/webp)
/0/18495/coverorgin.jpg?v=fa722c6e46304d6306090e55dc99494a&imageMogr2/format/webp)
/0/16861/coverorgin.jpg?v=1d79d5c8d1067177e47366859cdb07d3&imageMogr2/format/webp)
/0/16204/coverorgin.jpg?v=fd817143ccf5117c121c4285e7c3d270&imageMogr2/format/webp)
/0/9450/coverorgin.jpg?v=d11f7d23467c368108f94bae2251abd9&imageMogr2/format/webp)
/0/12198/coverorgin.jpg?v=dc31d836caecd446dac10b44a8789176&imageMogr2/format/webp)
/0/18040/coverorgin.jpg?v=102fa469860503835501d205a0d6f199&imageMogr2/format/webp)
/0/19023/coverorgin.jpg?v=ece7031e039dc2359eb734b7e124c242&imageMogr2/format/webp)
/0/24216/coverorgin.jpg?v=2947d09921e477a3d573a773a8ae9132&imageMogr2/format/webp)
/0/4719/coverorgin.jpg?v=fc25b76c1d502f9d28df8a3d710735a0&imageMogr2/format/webp)
/0/13204/coverorgin.jpg?v=3affc6e83d29d46f1fb1f9f98f89a743&imageMogr2/format/webp)
/0/15751/coverorgin.jpg?v=1bdf86b5ee5478fbb236687f80b2d534&imageMogr2/format/webp)
/0/19254/coverorgin.jpg?v=c659b82c9199684efc0b7b383a3b2265&imageMogr2/format/webp)